Tiga

2.4K 335 3
                                    

Numpang lewat dikit, yaaaa.....

Maaf kalo banyak typo.

Happy reading...

🌸🌸🌸

Seorang Pria sedang mengemasi pakaiannya ke dalam koper. Besok Ia akan meninggalkan kamar yang sudah Ia tempati selama beberapa tahun ini, untuk kembali ke tanah air.

Bara Abimanyu Irawan. Terakhir kali Ia pulang ke Indonesia sekitar 7 tahun lalu. Waktu itu Ia kembali berangkat ke Munich untuk menyelesaikan program pascasarjananya yang sempat tertunda karena kepergian Papa dan Mamanya akibat kecelakaan.

Padahal tinggal dua semester lagi, lalu Bara akan lulus meraih gelar MBA (Magister Business Administration), dan membuat kedua orang tuanya bangga. Tapi takdir berkehendak lain. Orang tua yang Ia cintai, meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Sejak saat itu, pria yang sekarang menginjak usia 32 tahun itu tidak pernah pulang ke Indonesia. Setelah selesai menyelesaikan program S2-nya, Bara memilih untuk bekerja di Munich. Ia belum ingin kembali ke Indonesia. Kedua orang tuanya telah tiada. Memang, sih Ia masih memiliki keluarga, yaitu keluarga Tantenya. Adik Papa satu-satunya. Namun, hatinya belum siap untuk kembali.

Hari-hari Bara diisi dengan bekerja sebagai freelancer. Dengan pendidikan terakhirnya, Bara pernah bekerja sebagai analis dan konsultan bisnis di beberapa perusahaan di Munich, secara bergantian. Gajinya, sih lumayan, walaupun tak sebesar jika Ia memilih menjadi pemimpin di perusahaan Papanya.

Almarhum Papa Bara mempunyai perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang tekstil. Setelah Papanya meninggal, otomatis Bara lah yang akan meneruskan usahanya itu. Tapi, sayangnya Bara belum mau menempati posisi CEO menggantikan Papanya. Ia malah berkeliaran di negeri orang sebagai pekerja lepas.

Jadi, selama Bara tidak ada di Indonesia, segala urusan perusahaan Ia serahkan pada adik sang Papa, Tante Ratna.

Dulu, sebelum menikah dengan suaminya, Tante Ratna juga sempat bekerja sebagai manager keuangan di perusahaan tersebut. Tapi setelah menikah dengan manager pemasaran di kantor yang sama kala itu, maka Tante Ratna memilih resign dan memilih menjadi ibu rumah tangga, apalagi setelah dikaruniai seorang anak, yaitu Martin. Apalagi, seiring berjalannya waktu, suaminya kini juga sudah menempati posisi sebagai direktur pemasaran.

Dan setelah Papa Bara meninggal, mau tak mau Tante Ratna mengambil alih kepemimpinan, menggantikan kakaknya. Sejak Bara berhasil menyelesaikan program MBA-nya, Tante Ratna berulang kali membujuk agar keponakannya itu pulang. Tentu saja untuk menempati posisi CEO. Tante Ratna sendiri, selain menjadi istri seorang direktur pemasaran, Ia juga memegang yayasan yang juga didirikan oleh Almarhum Kakeknya Bara, dulu. Maka dari itu Tante Ratna sudah pusing dengan dua tanggung jawab ditangannya.

Kini, Bara sudah memantapkan hati untuk kembali ke tanah air dan mengambil alih tanggung jawab kepemimpinan perusahaan keluarganya.

Apalagi Ia mendengar kabar bahwa sepupunya, Martin, akan diangkat menjadi kepala sekolah di SMA yang dinaungi oleh yayasan keluarganya. Sepupunya itu juga selalu setia memberi dukungan padanya saat orang tuanya meninggal.

Bara sangat berterimakasih kepada Tante Ratna dan keluarganya yang begitu baik menyayanginya. Mereka bisa memaklumi rasa kehilangan Bara yang sangat besar. Bara hanya anak semata wayang. Jangan sampai Ia merasa hidup sendirian di dunia ini.

🌸🌸🌸

Tut... tut... tut....

"Halo..."

"Gue udah sampe Bandara."

"Sorry, Bang gue nggak bisa jemput. Tapi Pak Jimmy,  udah nunggu di sana." Ucap Martin.

"Iya, gue paham. Selamat, ya. Hari ini lo udah sah jadi kepala sekolah." Bara tersenyum tulus, walaupun Ia sadar Martin tidak melihatnya.

"Makasih loh, Abangku sayang..." katanya, bernada genit.

"Ckk... yaudah. Gue udah liat Pak Jimmy. Sampai ketemu di rumah gue, ya."

Martin pun mengiyakan. Kemudian panggilanpun berakhir.

Bara melemparkan senyumannya saat jaraknya dan Pak Jimmy sudah dekat. Pak Jimmy merupakan sekretaris almarhum Papa, dulu. Pak Jimmy ini orang yang setia dan sudah lama membantu Papa Bara mengurus perusahaan. Makanya, setelah jasat Papa dan Mama Bara di kubur, secara pribadi Bara meminta agar Pak Jimmy tetap bekerja di perusahaannya.

"Saya senang, Anda sudah kembali." Ucap Pak Jimmy saat mereka berdua berada di dalam mobil.

"Jangan terlalu kaku, Pak. Aku belum resmi jadi atasan Pak Jimmy, kan?" Ucap Bara sambil memperhatikan jalanan.

Pak Jimmy menggangguk tersenyum sebagai tanggapan. Kemudian Ia kembali fokus pada jalanan.

Anak Bosnya itu memang orang yang rendah hati. Walaupun menjadi pewaris tunggal, namun Bara tidak mau sombong. Apa yang dia miliki sekarang adalah jerih payah keluarganya, bukan hasil kerja kerasnya sendiri dari nol. Maka dari itu, Bara memutuskan mencari pengalaman sebagai pegawai biasa di Munich dengan menjadi freelancer.

Bara tiba di rumahnya. Rumah yang dulu Ia tinggali bersama Papa dan Mamanya. Rumah yang penuh kenangan bahagia di dalamnya. Akhirnya Bara menginjakkan kakinya kembali di situ.

Pria bertubuh tegap, berparas kebule-bulean, yang diturunkan oleh garis keturunan ibunya itu, melangkah pasti ke lantai atas dimana kamarnya berada.

Tidak ada yang berubah di sini. Kamarnya juga bersih. Sepertinya selalu dibersihkan. Di sini ada dua asisten rumah tangga yang mengurus rumahnya. Dan satu orang penjaga.

Hari ini Bara ingin beristirahat, sebelum besok Ia akan menjalani kehidupan barunya sebagai seorang CEO.

🌸🌸🌸

Tbc.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang