Dua Puluh Sembilan

2.6K 232 18
                                    

"Kamu serius dengan Anya?"

"Serius,Om." Tegas Bara.

Dua orang pria berbeda usia tengah berbicara di kursi teras rumah. Saat Om Wisnu berjalan pulang dari warung Pak Usman ke rumahnya, ia melihat Bara berdiri di depan pintu rumah Anya. Sedari tadi Bara mengetuk pintu dan mengucap salam namun tak ada balasan dari dalam rumah kekasihnya. Om Wisnu yang melihat itu pun menghampiri Bara dan mengajaknya duduk di kursi teras rumah Anya.

Mereka berbincang segala hal. Dari tentang pekerjaan Bara, hingga tentang rencana pernikahan mereka.

"Walaupun sekarang Anya nggak punya keluarga, setidaknya sebagai lelaki yang ingin meminangnya kamu harus punya tata krama." Ucap Om Wisnu.

"Maksud, Om?"

"Kapan kamu akan melamar Anya?" Om Wisnu balik bertanya.

Dengan senyum Bara menjawab, "... itu sudah saya lakukan minggu lalu, Om."

Om Wisnu mengernyit, "kepada siapa kamu meminta gadis itu?"

Bara bilang kalau dia sudah meminta restu pada Ibu Tania dan sudah mendapatkannya. Tapi kelihatannya Om Wisnu belum puas dengan jawaban Bara.

Helaan nafas panjang terdengar dari Om Wisnu, "... lebih baik kamu pulang. Anya tidak ada di rumah." Tegas Om Wisnu seraya berdiri hendak meninggalkan Bara.

Bara tak serta merta percaya dengan ucapan Om Wisnu. Ia juga bisa melihat bahwa ada yang ingin dikatakan oleh bapak dari karyawannya itu. Ia pun segera menghalangi Om Wisnu meminta penjelasan.

"Jangan karna Anya tidak punya ayah dan ibu, kamu bisa seenaknya menikahinya. Semua ada caranya. Ada tata kramanya."

Setelah mengatakan itu Om Wisnu melanjutkan langkah kembali ke rumahnya. Sedangkan Bara masih berdiri di depan rumah Anya dengan tampang kebingungan.

🌼🌼🌼🌼

"Maksud kedatangan kami ke sini adalah ingin melamar Ananda Anyelir untuk diper-istri oleh anak kami yang bernama Bara Abimanyu Irawan ..." Om Bahtiar selaku juru bicara serta wali dari Bara pun mulai mengutarakan perihal kedatangan mereka.

"Kiranya lamaran anak kami ini bisa diterima, mengingat jika Bara dan Anyelir ini sudah sama-sama dewasa dan saling mencintai." Lanjutnya.

Sekarang giliran Om Wisnu yang bicara sebagai tuan rumah, "... terima kasih kepada Bapak Bahtiar sudah datang beserta rombongan untuk meminang anak gadis kami. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa menerima lamaran ini."

Sontak semua orang kaget mendengar jawaban dari Om Wisnu. Suasana menjadi sedikit tegang. Seluruh mata tertuju pada Om Wisnu. Apalagi Bara. Pria itu langsung mendelik, shock tak percaya pada wali sang pujaan hati. Ditambah lagi, Anya yang belum juga muncul. Entah di mana keberadaan gadis itu.

"... karena yang berhak menjawabnya adalah anak kami. Anyelir Salsabila." Sambungnya dengan tenang.

Semua orang yang ada di sana bernafas lega mendengar lanjutan dari Om Wisnu.

"Waduh, hampir saja saya mau langsung pulang." Celetuk Om Bahtiar, diikuti tawa dari para keluarga yang hadir.

Ternyata keluarga calon besan di-prank oleh si tuan rumah. Ada-ada saja ayahnya Satria ini. Bara sudah hampir protes karena lamarannya ditolak. Apalagi yang sejak tadi yang membuatnya gugup, Anya tak kunjung muncul. Ia menyeka bulir keringat yang bermunculan di dahi dengan tisu yang diletakkan di hadapannya. Om Wisnu yang melihat itu pun malah menjadikannya bahan ejekan untuk Bara di hadapan para keluarga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang