Bab Sembilanbelas

1.2K 143 10
                                    

Bab Sembilanbelas

“Bahkan jika ombak yang keras dan gelap datang kepadaku, aku tak akan pernah terseret lagi ke dalamnya.”

Black Swan - BTS

“Jangan ngerokok di sini elahh,” gerutu Nero saat Karsa mengambil sebatang rokok. “Lo nggak liat kalau ada Kaviar di sini. Bisa-bisa dia kambuh lagi gara-gara ngisap asap rokok lo.”

Karsa melirik Kaviar yang terduduk di atas sofa dengan pandangan kosong, rambutnya lepek karena basah sehabis hujan-hujanan. Kalau saja dia tidak mendapat telepon dari Devon tentang masalah yang menimpa Kaviar, mungkin sampai sekarang cowok itu masih berdiri di depan gedung apartemen tanpa berniat masuk ke dalam.

“Kav,” panggil Karsa. Meski ini pertemuan kedua mereka, dia tidak bersikap canggung atau menahan diri seperti kemarin-kemarin. Sebaliknya dia memperlakukan Kaviar seperti karyawan Cubics biasanya. “Ngrokok bareng di balkon buruan.”

Nero langsung memukul kepala Karsa. “Sialan lo. Lo lupa ya kalau Kaviar itu lagi sakit? Ini malah diajak ngerokok!”

Karsa mencibir, tahu begini dia tidak akan ikut Nero menemui Kaviar. Mending tidur saja di rumahnya daripada melibatkan diri dalam permasalahan anak remaja. “Bodo. Gue ke balkon dulu kalau begitu.”

Karsa terduduk di lantai balkon, di bibirnya terselip rokok yang mengepulkan asap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karsa terduduk di lantai balkon, di bibirnya terselip rokok yang mengepulkan asap. Eskpresinya datar, tidak ada sorot apa pun di matanya. Sebab itu, ketika Kaviar menatapnya, dia merasa mengenali tatapan Karsa sekarang. Tatapan yang mempunyai arti sama dengannya saat ini.

Apa Karsa juga sedang terpuruk? Tapi kenapa Karsa terlihat begitu santai?

“Lo sadar nggak kalau sekarang ini kita lagi berlayar di lautan luas?” tanya Karsa tanpa menoleh pada Kaviar. Dia mengisap rokok dalam-dalam sebelum akhirnya mematikannya. “Awalnya perahu lo yang tumpangi baik-baik aja, masih mampu berlayar di laut meski tanpa tujuan, tanpa peta, sampai lo sadar kalau perahu yang lo naikin beberapa kali nabrak batu karang, kadang ketemu sama hewan laut buas, kadang kehabisan bahan bakar. Apa lo tau apa yang harus lo lakuin saat semua itu terjadi?”

Kaviar terdiam.

“Berhenti kalau nggak mau perahu lo rusak.” Tangannya gatal ingin merokok lagi, namun saat tahu bahwa Kaviar duduk di sampingnya, Karsa hanya bisa menahan diri. “Jangan maksain diri, entar perahu lo rusak, kalau sudah rusak bakalan susah diperbaikinya, kalau pun bisa bakalan lama buat bikin perahu lo kembali seperti sedia kala.”

Kaviar melirik Karsa.

“Lo bisa singgah di pulau buat memperbaiki perahu lo yang berlubang,” imbuh Karsa.

“Singgah? Apa gue berhak?”

“Terus lo mau berlayar dengan perahu yang hampir rusak?” Karsa tersenyum miring. “Saran gue jangan. Jangan maksain diri. Bakalan susah buat bikin perahu yang baru. Lagian buat singgah di pulau itu adalah hak lo, itu adalah perahu lo, lo yang kendaliin. Saat singgah, coba lo jalan-jalan, ada banyak hal yang bisa bikin lo bahagia, yang bikin lo tahu kalau hidup lo berharga, kalau lo pantas hidup. Lo bisa lanjut berlayar kalau semangat lo udah terisi, kalau perahu lo bisa dinaikin lagi tanpa bikin lo tenggelam.”

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang