Bab Tujuhbelas

1K 121 19
                                    

Bab Tujuhbelas

"Orang akan mengambil resiko untuk melalukan hal buruk demi orang yang mereka cintai."

Bad Genius Series

“Saya nggak berharap kamu menang, lagipula sudah beberapa tahun ini kami sedikit tertinggal dalam olimpiade Fisika.” Pak Tono menepuk bahu Kaviar. “Lakukan semampumu.”

Kaviar mengangguk setelah memakai id perserta olimpiade. “Kalau saya menang, boleh nggak saya nggak dihukum kalau melanggar aturan?”

Pak Tono menatap Kaviar tidak percaya. “Kamu ini. Lakukan saja, asal kamu bisa masuk lima besar, akan saya penuhi permintaan kamu.”

Kaviar menyeringai. “Janjinya dipegang, ya!” Dia mundur perlahan saat mendengar suara pengumaman. “Saya masuk dulu.” Kaviar mendadak heboh saat melihat Bondan, Rafi, dan Elang tengah berjalan ke arahnya. “Oi, kalian! Liat aja, gue pasti menang!” serunya tanpa peduli diperhatikan oleh banyak orang.

“Gue percaya. Borong semua pialanya!” Bondan malah ikut-ikutan heboh.

“Kavi. Jangan malu-maluin kita! Tunjukkin semua kemampuan menghafal rumus-rumus yang sering bikin kepala kita berasap!”

Kaviar menganggukkan kepala, dia melihat ke arah Elang, menunggu cowok itu mengatakan sesuatu. Ditatap seperti itu Elang malah melengos. Tapi Kaviar tidak keberatan, senyumnya malah semakin lebar.

“Lang, meski kemampuan bahasa Inggris lo pas-pasan, tapi kalau tekun gue yakin lo pasti menang. Semangat!”

Sebelah alis Elang terangkat. “Bukannya gue yang harus ngomong begitu ke lo?”

Kaviar menepuk bahu Elang. “Ah lo bisa aja! Gue masuk dulu. Jangan lupa buat doain gue.” Dia menatap Rafi dan Bondan “Kalian, sehabis sholat Dzuhur jangan langsung pergi, berdoa supaya gue bisa menang.”

“Tenang, Kav! Semalam kita bahkan tahajud bareng dan berdoa agar lo menang.”

Kaviar langsung bersikap melow. “Duh, sahabat-sahabat yang paling gue sayang. Sini, kalian peluk dulu.” Ketika dia hendak menarik Rafi dan Bondan, kerah bajunya malah ditarik lebih dulu oleh Elang.

“Jangan lebay, sana masuk ke dalam.”

Kaviar merengut lalu masuk ke dalam ruang. Saat berjalan menuju mejanya, dia melihat ke sekeling peserta yang membawa barang perlengkapan, bahkan ada juga yang masih membaca buku. Kaviar melihat dirinya sendiri, selain satu buku kosong dan pensil, dia tidak membawa apa pun lagi.

“Harusnya gue bawa lebih banyak barang biar keliatan keren,” gumamnya saat duduk di meja.

***

Saat Elang kembali ke sekolah, dia disambut oleh anggota OSIS lain yang memberitahukan bahwa di kantin belakang sekolah terjadi keributan. Awalnya Elang tidak peduli, tetapi saat tahu siapa yang berkelahi, tanpa pikir panjang dia berlari pergi ke kantin belakang.

“Reyhan sama Panji berantem,” cerita salah satu anggota OSIS yang tidak Elang ingat namanya.

“Kenapa mereka bisa berantem? Reyhan bukan tipe orang yang suka cari masalah.” Dalam hati Elang merutuk, kenapa harus Reyhan dan bajingan sialan itu lagi? Disaat yang seperti ini lagi, jika Kaviar tahu, dia yakin saudara tirinya itu akan pergi sebelum menyelesaikan olimpiade.

“Kata anak-anak, Panji yang mulai duluan. Dari awal masuk, dia emang selalu gangguin Reyhan terus. Mungkin karena sekarang Kaviar nggak masuk, jadinya dia semakin semena-mena.”

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang