Bab Sembilan

1.1K 123 4
                                    

Bab Sembilan

"Jangan bergantung pada orang lain, bahkan sahabat pun tak akan selalu ada untukmu. Jadilah pribadi yang mandiri."

Naruto Shippuden

Sebelah tangan Kaviar menopang dagu sedangkan tangan lainnya sibuk menulis rumus dan menjawab soal latihan. Sesekali dia melihat ke arah Elang yang sama sibuknya seperti dirinya.

"Lo juga ikutan olimpiade?" tanga Kaviar memecah keheningan, dia melihat ke sekitar ruang OSIS yang sepi.

Tanpa menoleh pada Kaviar, Elang menganggukkan kepala.

"Debat pakai bahasa Inggris? Njir, nggak belibet?"

Elang tersenyum kecil. "Bukannya lo juga sering ngomong pakai bahasa Inggris kalau lagi maen game bareng orang luar? Belibet nggak?"

Kaviar berdecak, sejak dulu kesinisan Elang sepertinya tidak pernah berubah.

"Kesannya bahkan bahasa Inggris tuh kayak bahasa keseharian lo saking fasihnya." Elang mengimbuhkan dengan enggan, dia menghela napas. "Harusnya lo juga ikutan olimpiade ..."

"Stop!" potong Kaviar cepat. "Untuk saat ini gue belum siap jadi orang terkenal."

Elang hanya memutar bola mata.

Karena Elang diam lagi, Kaviar kembali melanjutkan mengisi soal Fisika sebelum Pak Tono datang untuk memeriksa.

"El," panggil Kaviar tiba-tiba.

Elang yang saat itu sedang membaca tiba-tiba terhenti, tetap menunduk, sama sekali tidak mampu memandang Kaviar. Sudah sangat lama dia tidak mendengar Kaviar memanggilnya dengan nama itu.

"Tau nggak? Bang Devon nyuruh gue buat nyanyiin lagu Lara punyanya Dialog Senja pas dia nembak Dea entar." Kaviar tetap bercerita, tidak menyadari bahwa Elang menatapnya dengan terkejut. "Pas gue denger, gue langsung tau kalau itu lagu buat orang yang gagal move on bukannya buat nembak cewek."

Elang hanya memerhatikan Kaviar.

Kening Kaviar berkerut samar. "Yang ada malah gue ngerasa kesindir."

"Masih belum ngelupain Rayna?" tanya Elang melanjutkan bacanya. "Kalau lo masih sayang sama Rayna, kenapa lo malah mutusin dia dan nyuruh Rayna buat nerima perasaan Reyhan?"

Kaviar mengedikkan bahu. "Karena sejak awal Rayna itu milik Reyhan. Lo juga tau awalnya Rayna mau nembak Reyhan waktu itu." Dia tersenyum saat mengingat pertemuan pertamanya dengan Rayna. "Salah sendiri malah nembak orang sambil nundukkin kepala, ya jadi salah orang lah. Tapi karena gengsinya kegedean, jadinya dia jadiin gue pacarnya."

Elang menatap senyum di wajah Kaviar, terakhir dia melihat senyum itu adalah saat Kaviar bercerita bahwa dia menyukai seorang cewek. Sudah sangat jelas kalau cowok itu masih menyukai Rayna.

"Tapi lo masih suka, kan?"

Kaviar tersenyum kecil, menaruh pensil ke atas meja setelah selesai mengerjakan soal. Keningnya berkerut samar. "Eh, bukannya gue lagi bicarain Bang Devon, ya? Kenapa malah ngomongin perasaan gue?"

Elang mencibir. "Lo yang duluan. Nggak nyadar."

Kaviar tertawa. "Sampai mana tadi? Ah iya! Terus gue kasih saran buat lagunya diganti aja. Tapi malah ditolak." Dia mendengus. "Katanya lagu itu bersejarah banget buat mereka."

"Turutin aja mau Bang Devon biar nggak ribet."

"Takutnya kalau gue turutin entar Bang Devon curhat semaleman." Kaviar menatap Elang penasaran. "Sebenernya sejak dulu gue penasaran."

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang