Bab Enambelas
“Bahwa sekuat apa pun orang itu pasti memiliki satu masalah yang membuat dirinya hancur. Jadi, tidak apa-apa untuk tidak menjadi baik-baik saja.”
Ko Moon Young
“Kavi, kamu dengar aku?”
Samar, Kaviar mendengar suara Rayna memanggil namanya berulang kali. Dia mencoba membuka matanya untuk memberitahu Rayna kalau dia baik-baik saja. Namun dia kesulitan membuka matanya.
“Aku minta maaf, seharusnya aku nggak bilang begitu sama Reyhan. Harusnya aku lebih bersabar.”
Air mata membasahi tangan dingin Kaviar. Andaikan dia bisa menggerakkan tubuhnya seperti biasa, maka dengan senang hati dia membalas genggaman tangan Rayna dan bilang bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa Rayna tidak perlu meminta maaf untuk hal apa pun.
Seharusnya dia yang meminta maaf.
“Aku janji, setelah ini aku akan lebih menahan diri. Aku akan jadi pacar yang baik buat Reyhan. Aku nggak akan bikin penyakit Reyhan kambuh.” Suara Rayna serak saat mengatakan semua janjinya. “Tapi kamu juga harus janji padaku, jangan sakit lagi. Jangan bikin aku cemas kayak gini. Tolong bangun, Kavi.”
Tangan Rayna semakin erat menggenggam tangan Kaviar. “Tolong bangun.”
Kaviar tidak bisa membuka matanya, namun dalam kegelapan dia bisa melihat Rayna menangis dan berteriak padanya. Meski tidak jelas, namun Kaviar tahu betul kejadian ini. Hal yang membuatnya berubah menjadi sangat egois dan tidak berperasaan.
“Kavi. Aku akan setuju buat putus dari kamu.” Saat itu suara dan ekspresi Rayna terlihat sangat sedih. “Aku akan menerima perasaan Reyhan, aku akan ngelakuin semua yang mereka bilang. Jika itu membuatmu bahagia, aku akan melakukannya. Jadi, tolong ... jangan sia-siain pengorbananku. Janji kalau kamu akan hidup untuk diri kamu, kejar mimpimu, dan jangan biarin mereka terus melukaimu. Jika aku melihat mereka melukaimu di depan mataku, aku nggak akan segan-segan untuk melukai Reyhan seperti mereka melukaimu.”
Sekarang Kaviar teringat lagi obrolan Reyna dan Reyha di mobil waktu itu yang membuat dia sadar kalau selama ini dia sudah membebani Rayna dengan keinginan egoisnya. Dia tidak pernah tahu kalau selama ini Rayna menderita.
“Aku akan bertahan, jadi, kamu juga harus bertahan.”
Dia tidak bisa bersikap egois lagi.
Saat Kaviar membuka matanya, dia tidak melihat Rayna dimana pun. Ruang bangsal di sekelilingnya gelap, dia bahkan tidak tahu sudah jam berapa sekarang?
“Sudah sadar?” tanya Bayu saat menghidupkan lampu tidur samping nakas, dia memeriksa keadaan Kaviar. “Usahain buat minum obat tepat waktu. Kondisi kamu drop tadi pagi, sebagian besar karena stres sebagian lagi karena penyakit kamu.” Dia menghela napas lalu enarik kursi. “Mau minum?”
Kaviar menggelengkan kepala, dia hanya ingin bertemu dengan Rayna.
“Lagi nyari gadis yang bawa kamu ke sini, ya?” tebak Bayu tepat sasaran. “Dia baru pulang 20 menit yang lalu setelah ditelepon sama pacarnya.”
Seluruh tubuh Kaviar terasa kaku, apa Rayna buru-buru menemui Reyhan karena dirinya juga? Kaviar tertawa ironi, berapa banyak beban yang dia berikan pada Rayna?
“Dokter, nggak bilang apa pun, kan, sama Rayna?” Kaviar bertanya dengan suara serak, masih teringat jelas ketika Rayna menangis tersedu-sedu. “Tentang keadaan saya?”
Bayu terkekeh pelan. “Tadinya saya mau ngasih tahu, habisnya kelihatan banget loh kalau gadis itu peduli sama kamu. Tapi, saya akan disalahkan karena nggak bisa menjaga privasi pasien. Saya hanya bilang kalau kamu kelelahan dan stres.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES
Teen Fiction"Kavi, aku tahu hidupmu nggak mudah. Aku tahu kamu yang selalu kalah dari keadaan. Aku tahu saat ini kamu sedang jatuh. Aku tahu kamu selalu merasa kesepian. Semua itu ... membuatmu kayak gini, kan? "Tapi, Kavi, sekarang ada aku. Kamu bisa pegang t...