Bab Duabelas

1K 127 13
                                    

Bab Duabelas

"Suatu hari, kau akan sendirian. Jadi, kau harus mencari cara untuk menjaga dirimu."

The Queen's  Gambit

"Kavi!" Reyhan mengetuk pintu kamar Kavi.

Kaviar yang saat itu sedang melihat running code di layar komputer langsung menoleh ke arah pintu, dengan gerakkan alami dia menggulir jendela ke artikel lain meski dalam hati dia menggerutu karena nanti harus menulis ulang kode. "Hm, kenapa?"

Perlahan Reyhan masuk ke dalam kamar. "Kamu lagi sibuk?"

Kaviar melirik layar laptop yang menampilkan background karakter gamenya. "Nggak sibuk. Lagi maen game barusan." Dia menatap buku di tangan Reyhan. "Lo kesusahan belajar lagi?"

Reyhan menganggukkan kepala. "Ada soal Matematika yang nggak aku ngerti. Aku udah berusaha buat cari jawabannya, tapi salah mulu."

Kaviar mengambil buku dari tangan Reyhan lalu melihat soal yang dimaksud Reyhand. Ada bekas coretan yang dihapus, jelas sekali adiknya itu kesusahan menjawab soal ini. Dulu, dia juga butuh beberapa menit untuk mendapat jawaban benar dari soal ini.

"Duduk sini." Kaviar menunjuk kursi belajar yang tadi di dudukinya. "Gue tunjukkin caranya."

Dengan patuh, Reyhan duduk di kursi. Memperhatikan dengan cermat saat Kaviar menjelaskan tentang rumus soal yang harus dia gunakan untuk mendapat jawaban. Hanya dalam sekali penjelasan, dia sudah mengerti, berbanding terbalik ketika guru yang menjelaskan.

"Ohh, pantes aja."

Kaviar membuka halaman buku. "Besok ada ulangan Matematika, ya?" tanyanya.

"Kok, tau?"

Kaviar tidak menjawab, dia kembali membaca setiap halaman buku lalu melingkari beberapa soal. "Yang gue tandai itu kemungkinan bakal dijadiin soal sama guru. Coba deh lo pelajari."

"Tapi ... materi ini belum dipelajari."

Kaviar melongo. "Hah? Lha, gue pas awal semester belajar materi ini. Tapi nggak papa. Bisa gue ajari sekarang. Sini!" Dengan sabar, dia kembali menjelaskan hingga lupa waktu. Dia bahkan tidak menyadari kalau Reyhan sudah tertidur.

Kaviar melihat ke arah jam digital yang menunjukkan pukul setengah satu malam, pantas saja Reyhan sudah tidur. Tidak tega melihat adiknya tidur di kursi, dia memapah cowok itu dan menidurkannya di ranjang. Karena tidak merasa mengantuk dan sama sekali tidak bisa tidur, Kaviar kembali ke meja belajar dan mulai menulis kode yang tadi sempat terhapus.

Pukul dua, Kaviar berhasil menyelesaikan pekerjaannya namun dia masih belum mengantuk. Dia menatap langit kamarnya yang gelap lalu melihat kertas yang berisi materi debat milik Elang. Dia membacanya perlahan lalu mulai mengoreksi apa saja yang salah.

Pukul tiga, Kaviar masih belum bisa tidur. Pilihan terakhirnya adalah obat tidur, saat dia hendak meminum obat, Reyhan terbangun.

"Kamu lagi apa?" tanya Reyhan dengan suara serak, tatapannya tertuju pada botol obat di atas meja.

"Minum vitamin."

Kening Reyhan berkerut samar. "Vitamin? Semalam ini?"

"Hm, tadi nggak sempet makan."

Karena linglung dan masih mengantuk, Reyhan tidak bertanya apa pun lagi.

"Tidur. Masih malem." Kaviar memerintahkan dan kembali duduk di kursi, lupa memasukkan kembali obat tidur ke dalam laci meja belajar.

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang