Bab Satu

2K 134 4
                                    

Bab Satu

"Aku tidak ingin terlihat lemah, aku hanya akan menjalani hidup seolah aku baik-baik saja."

Linger On - Roy Kim

"Kav, Kavi!" teriak Bondan terengah-engah, tangannya menunjuk ke belakang. "Adek lo ... hahh ... adek lo pingsan barusan."

Kaviar yang saat itu sedang menikmati bubur ayam favoritenya hanya melirik Bondan datar.

"Yaelahh, ketinggalan info lo." Rafi yang menjawab. "Anak-anak udah pada ngasih tau kalau si Reyhan pingsan," imbuhnya seraya memperlihatkan chat dari teman-temannya.

Bondan menganga, tidak terpikir untuk menelepon Kaviar saja bukannya capek berlari dari lapangan sekolah ke kantin belakang.

"Kalau punya otak tuh pakek, jangan cuman dijadiin pajangan doang." Rafi tertawa senang saat melihat Bondan merengut. "Jangan marah. Sini duduk-duduk. Percuma juga ikut upacara lagi, lo udah mangkir dari sana."

"Berisik." Tatapan Bondan tertuju pada Kaviar, tumben sahabatnya itu tenang-tenang saja padahal biasanya setiap kali mendengar Reyhan pingsan Kaviar akan langsung berlari dan melihat keadaan Reyhan. "Lo nggak pergi, Kav?"

Kaviar mengedikkan bahu. "Udah ada anggota PMR yang bawa dia ke UKS."

Kening Bondan berkerut samar, memang benar perkataan Kaviar. Ada orang lain yang senantiasa menolong Reyhan. Namun tetap saja, rasanya sangat aneh melihat Kaviar yang biasanya selalu menggebu-gebu setiap kali mendengar kondisi adiknya melemah kini berubah menjadi sangat tenang.

"Serah lo ajalah." Bondan menyerah, mencoba memahami jalan pikiran Kaviar hanya akan membuat rambutnya cepat ubanan. "Eh, kecoak! Kalau si Elang lihat lo lagi ngerokok kita bisa dihukum berat."

"Cuman sebatang."

Bondan menggertakkan gigi, bolos upacara bendera saja sudah sangat melanggar aturan dan sekarang ditambah merokok di area sekolah? Bisa-bisa mereka disuruh membersihkan toilet dan mengepel lantai koridor sekolah.

"Matiin nggak! Buruan. Habis bawa Reyhan ke UKS si Elang bakalan langsung inspeksi. Kayaknya dia nyadar banget kalau Kavi nggak ada di barisan kelas."

"Bukan Kavi, tapi gengnya Liam. Mereka kan yang sering bikin ulah," balas Rafi seraya mematikan rokoknya. "Tahu nggak, mereka bahkan lagi ngebully orang di gudang."

Bondan memutar bola mata. "Kalian pada ke sana dulu sebelum nongkrong di sini?"

"Tadinya mau mabar di sana tapi malah keduluan sama mereka." Kali ini Kaviar yang berkata, wajahnya tampak pucat.
Bondan terkekeh pelan. "Padahal biasanya kalau kepergok, mereka bakalan sekalian bully kalian."

Rafi memukul kepala Bondan. "Kayak mereka berani aja. Satu-satunya orang yang nggak bisa disentuh di sekolah ini cuma satu ... Reyhan Bramantyo."

Tadinya Bondan mau marah tapi setelah dipikir-pikir memang benar. Satu-satunya orang yang tidak bisa anak-anak sekolah sentuh seenaknya hanya Reyhan Bramantyo, karena siapa pun yang berani menyentuh Reyhan maka mereka akan berurusan dengan Kaviar. Sahabatnya yang satu itu berbeda dengan Liam yang suka bully dan tawuran sana-sini, Kaviar orangnya kalem kalau tidak diganggu tapi malah dijuluki pentolan sekolah sampai-sampai membuat Liam marah karena merasa tersaingi.

"Gue balik dulu." Kaviar bangkit berdiri tanpa menghiraukan Bondan dan Rafi.

"Dia kenapa, sih? Akhir-akhir ini kelihatannya aneh banget." Rafi menatap kepergian Kaviar. Keningnya berkerut samar, akhir-akhir ini cowok itu jadi sangat pendiam kadang suka melamun juga. Saat bicara malah tidak nyambung. Mereka bicara apa Kaviar menanggapinya apa.

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang