Bab Duapuluh Tujuh

1.4K 127 6
                                    

Bab Duapuluh Tujuh

"Beberapa orang tinggal hidupmu agar kau menghargai kenangan. Beberapa orang tinggal dalam kenangan agar kau mengharagai hidupmu."

Brian Khrisna

"Tante Diyah baik-baik aja?" tanya Elang saat melihat Reyhan berjalan masuk ke dalam kelas kosong.

Reyhan mengangguk. "Baik."

Dalam hati Elang bersyukur, setidaknya Mama tidak marah karena ditipu oleh Devon. Malam itu, mereka mengira Kaviar lah yang datang untuk memberi kejutan, tetapi yang datang ternyata Devon sambil membawa kado yang dititipkan oleh Kaviar. Saat itu dia merasa malu sebagai adik Devon, bisa-bisanya menipu semua orang?! Untungnya Mama bukan tipe orang pendendam.

"Lo habis ngajar?" tanya Reyhan seraya melihat ke sekeliling kelas kosong, melihat betapa berantakannya kelas ini, jelas sebelumnya kalau kelas ini baru saja dipakai.

Elang membereskan barang-barangnya. "Hm." Dia mengangkat kepala untuk menatap Reyhan. "Bukannya harusnya kemarin lo berangkat? Kenapa masih di sini?"

"Diundur seminggu. Ke sini karena ada urusan sama Pak Jono." Reyhan menyandar ke kursi. "Tadinya mau turun tapi capek, ya udah gue ke sini buat duduk bentaran, tapi ternyata ada lo."

Tadinya Elang mau pergi sendiri, tetapi karena Reyhan takut ditinggal sendiri, mereka berdua keluar bersamaan.

Keluarnya mereka bertepatan dengan jam makan siang sehingga koridor kampus yang biasanya sepi mendadak ramai. Hal tersebut membuat Reyhan risi sementara Elang bersikap tenang seperti biasa seolah tatapan kagum para cewek yang suka padanya tidak ada arti di matanya, dia bahkan mengabaikan tatapan iri para cowok yang selalu mengumpatinya dalam hati mereka.

"Lang," panggil Reyhan. "Lo oke-oke aja ngajar di sini?" tanyanya.

"Kenapa emang?"

"Njir, semua orang natap lo kayak mau bunuh lo tau!"

Elang memutar bola mata, jika diperhatikan lebih saksama, kelakuan Reyhan ini tidak jauh beda dengan Kaviar--heboh sendiri dan lebay, untung tidak narsis juga. "Gue nggak peduliin mereka. Terserah mereka mau natap gue kayak gimana-gimana pun."

Kening Elang berkerut dalam begitu menyadari kalau mereka tidak pergi ke parkiran melainkan ke kantin. Sontak saja dia menatap Reyhan kesal, pasti cowok tak tahu malu itu sengaja mengalihkan perhatiannya.

 Sontak saja dia menatap Reyhan kesal, pasti cowok tak tahu malu itu sengaja mengalihkan perhatiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu, mie ayamnya dua, ya? Elang bayar." Reyhan menyengir lebar saat Elang melotot padanya. "Hehe, jangan marah. Kalau gue udah gajian, entar gantian gue yang teraktir."

Elang memutar bola mata. "Ini udah ketiga kali dalam seminggu lo minta gue teraktirin. Njir, gaji gue nggak sebanyak itu. Dibandingin gaji yang bakal lo dapetin, jelas gaji gue jauh."

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang