Bab Limabelas
“If i let my self fall apart here. It'll be the end of me.”
Chocolate
[Satu tahun yang lalu]“Kamu pasti begadang lagi, ya?” tanya Rayna, tanpa sedar menyentuh bawah mata Kaviar yang menghitam. “Lihat, kantung mata kamu tebel banget begitu.
Kaviar memerhatikan Rayna saat cewek itu mengambil masker dari dalam tasnya tanpa mengatakan apa pun.
“Kata Sally maskernya ampuh buat ngilangin kantung mata. Sini kamu coba!”
Kaviar terkekeh. “Kita lagi di resto loh, Ray. Pengunjungnya juga lagi banyak.”
Rayna melihat ke sekeliling, wajahnya berubah pucat kemudidan terkekeh. “Lupa.” Dia tetap memberikan maskernya pada Kaviar. “Pokoknya harus kamu pakai biar tambah ganteng. Eh, jangan! Kalau kamu makin ganteng, entar temen-temen aku makin suka sama kamu.” Rayna merengut memerhatikan wajah Kaviar. “Kenapa sih kamu harus ganteng banget begini? Coba deh sesekali kamu jelekin dikit biar cewek-cewek nggak terpesona tiap kali kamu lihat.”
Bukannya menanggapi dengan serius, Kaviar malah tertawa senang. Dia mengacak-ngacak rambut Rayna. “Kalau aku jelek entar orang-orang ngatain kalau kamu punya pacar jelek.”
“Bodo. Mau kamu jelek atau gimana pun aku pasti bakalan tetep sayang.” Rayna berkata tidak peduli, sama sekali tidak menyadari bahwa kata-katanya berefek besar pada Kaviar. “Eh, salonnya udah buka lagi. Ayo! Kamu harus potong rambut biar nggak dibotakkin sama guru BK.”
Kaviar hanya bisa menurut ketika Rayna menarik tangannya keluar resto.
“Aku dapat kabar kalau besok di sekolah kamu ada rajia rambut.” Rayna mulai bercerita saat dia menggandeng Kaviar menuju salon, dia mengusap rambut Kavuar yang sudah mulai panjang. “Lihat, rambut kamu tuh sudah melebihi aturan, bisa kena rajia kalau nggak dipotong.”
Sebelah alis Kaviar terangkat. “Aku udah biasa kena rajia, Ray. Lumayan bisa cukur gartis.” Detik berikutnya dia mengerang saat Rayna mencubit lengannya. “Sakit.”
“Rasain!” Rayna kembali menatap ke depan. “Dulu kamu kena rajia terus karena nggak ada yang ngingetin kamu. Sekarang aku bakal ngingetin apa aja yang nggak boleh kamu lakuin, atau ngingetin kamu biar terhindar dari bahaya.”
Kaviar terdiam.
“Aku nggak akan biarin nama kamu tercemar! Aku nggak akan bairin orang-orang ngejek kamu karena kamu botak kayak Upin-Ipin! Pokoknya ...”
Kaviar terpana, biasanya ketika dia mendengar Tante Hanin dan Nenek mengoceh tanpa henti, perasaannya menjadi sangat kesal. Kalau saja bukan karena Mama, dia pasti akan menyuruh dua orangtua itu untuk menutup mulutnya. Namun sekarang rasanya berbeda. Dia tidak merasa kesal mendengar omelan Rayna, dia malah merasa geli.
“Kamu dengerin aku nggak, sih?” tanya Rayna seraya menoleh ke belakang, bibirnya mengeucut, keningnya berkerut, matanya berkilat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES
Teen Fiction"Kavi, aku tahu hidupmu nggak mudah. Aku tahu kamu yang selalu kalah dari keadaan. Aku tahu saat ini kamu sedang jatuh. Aku tahu kamu selalu merasa kesepian. Semua itu ... membuatmu kayak gini, kan? "Tapi, Kavi, sekarang ada aku. Kamu bisa pegang t...