Bab Empat

1.2K 129 5
                                    

Bab Empat

"Salah satu hal yang menyedihkan ketika kamu terlalu baik pada seseorang, dia akan berpikir kamu cukup bodoh untuk dimanfaatkan."

Uncontrollably Fond

"Si Elang nggak kerasukan setan, kan?" Bondan mulai bergosip, wajahnya tidak berhenti menampilkan senyum saking senangnya bisa istirahat lebih lama meski dia tidak benar-benar mengerjakan soal yang diberikan Elang.

"Mungkin aja. Sikapnya mencurigakan banget. Tiba-tiba dateng terus nyuruh ngerjain soal." Rafi menyahut. "Mana soalnya susah lagi." Dia memberikan tisu pada Kaviar. "Hidung lo mimisan lagi tuh."

Spontan Kaviar menerima tisu dari Rafi lalu menyentuh hidungnyanya sendiri. "Thanks."

Bondan menelengkan kepala. "Lo beneran nggak papa, Kav? Akhir-akhir ini lo sering banget mimisan. Nggak kekurangan darah tuh?"

Rafi langsung memukul mulut Bondan. "Sembarangan."

"Gue bicara jujur." Bondan menepuk bahu Kaviar. "Tenang, Kav, jangan takut. Kalau lo kehabisan darah, gue bakalan ngasih lo darah gue."

Kaviar hanya menggelengkan kepala lalu mengajak kedua temannya untuk pergi ke tempat yang lebih nyaman. "Ke kantin belakang aja. Di sana wifinya lebih kenceng daripada di sini."

"Lha, lo ngehack wifi sekolah lagi? Bukannya kemarin staf sekolah ngeganti kata sandinya, ya?"

Bondan memukul kepala Rafi. "Kayak nggak tau Kavi aja. Ngehack wifi sekolah mah cuma hal kecil pake banget buat dia."

Rafi mencebik, lupa kalau dia punya teman yang pinter banget meretas banyak hal. Kaviar adalah orang yang terlalu pintar memanfaatkan teknologi dan internet. Dengan kedua hal itu, Kaviar mampu melakukan banyak hal, meretas suatu sistem adalah hal kecil buat cowok itu, bahkan pernah dulu Kaviar membuat security system yang berhasil menarik perhatian perusahaan seterkenal Cubics Source.

Tapi sayangnya, tidak pernah ada yang tahu bakat hebat Kaviar. Bahkan keluarganya pun tidak tahu.

"Kav!" Rafi segera menahan bahu Kaviar saat kedua matanya melihat Reyhan di kelas. "Adek lo nggak ikutan olahraga lagi? Apa kondisinya selemah itu?"

Kaviar melirik ke arah kelas Reyhan yang kosong. "Jantungnya emang lemah. Sakit sedikit langsung kolaps. Bosen gue." Dia kembali berjalan namun berhenti lagi saat melihat ada orang yang masuk ke dalam kelas.

"Udah lo kerjain tugas punya gue?" tanya cowok yang baru masuk barusan.

"Belum." Detik berikutnya Reyhan mengaduh pelan saat kepalanya dipukul oleh cowok itu. "Gu-gue ngerjain tugas yang lain dulu."

"Gue udah bilang kalau lo harus ngerjain tugas punya gue dulu." Sekali lagi cowok itu memukul kepala. "Kuping lo budeg, ya? Oh, atau lo udah bosan hidup?"

Rafi dan Bondan sontak melirik Kaviar waspada, cowok itu tidak bereaksi apa pun. Wajahnya datar namun matanya menggelap.

"Siapa dia?" Jelas orang yang dimaksud Kaviar adalah cowok yang berani mengganggu Reyhan.

Rafi mau pun Bondan sama-sama tidak tahu siapa cowok itu, maka ketika ada cewek yang lewat, mereka langsung menahannya.

"Kenapa?" Cewek itu langsung gelisah saat tahu siapa yang menahannya. Pada Rafi atau Bondan, dia tidak akan segelisah ini, namun ... di hadapan orang paling nyeremin sesekolah setelah Elang benar-benar membuatnya ketakutan.

Rafi memutar bola mata. "Mukanya biasa aja kali! Kita nggak bakalan mukulin lo."

"Te-terus?"

"Siapa manusia nggak tau diri itu?" Bondan menunjuk cowok kurang ajar itu dengan dagunya. "Bukan Reyhan, tapi yang satunya."

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang