Bab Tiga

1.3K 128 7
                                    

Bab Tiga

"Teman-temanmu yang akan menopang ketidakmampuanmu, dan mencegah dari hal bodoh yang mungkin akan kau lakukan."

Naruto

Berulang kali Kaviar menguap lebar, kedua matanya memerhatikan guru di depan kelas dengan malas. Dalam hati dia mengerang kesal, kenapa harus Pak Budi yang datang bukannya Bu Ratna? Meski mereka sama-sama mengajar pelajaran Matematika namun jelas cara mengajar mereka sangat berbeda. Yang satu membosankan sedangkan yang satunya lagi enak dipandang.

"Kenapa?" tanya Rafi saat mendengar dengusan Kaviar.

Kaviar menopang dagu, inginnya tidur saja, tapi dia sedang tidak ingin berurusan dengan Pak Budi. Dihukum mengepel atau hormat bendera itu benar-benar membuatnya bosan setengah mati.

"Gue lagi mikir."

Rafi memutar bola mata. "Jangan. Entar kepala lo meledak."

Kaviar menatap Rafi tidak mengerti.

"Serius! Orang nggak pernah mikir kayak lo terus tiba-tiba mikir keras, entar yang ada kepala lo pecah karena lama nggak dipake."

Kaviar mendelik. "Brengsek lo."

Rafi menahan tawa. "Lagi mikir apa emang? Serius banget? Ah, pasti lagi mikirin si Reyhan atau kalau nggak lagi mikirin Rayna."

Kaviar mendengus, "Sok tau." Dengan enggan kedua matanya menatap ke depan kelas--hanya agar Pak Budi tahu kalau dia sedang belajar. "Gue cuma lagi mikir gimana caranya biar bisa bujuk Elang."

Rafi langsung menatap Kaviar horor, dari dulu dia tahu kalau sahabatnya itu konyol, tapi dia tidak pernah tahu kalau Kaviar akan sekonyol ini sampai-sampai punya niat buat membujuk Elang. Siapa pun tahu, cuma orang gila yang mau membujuk cowok sedingin dan sekaku Elang.

"Lo mau bujuk Elang? Orang paling taat aturan sesekolah itu? Mending lo ikut gue ke RSJ nanti."

Bukannya marah Kaviar malah tersenyum sangat lebar. "Makanya, karena Elang itu orangnya paling taat sama aturan sekolah, gue mau bikin aturan baru: yang melanggar aturan dapat hukuman nongkrong di kantin seharian bukannya hormat bendera apalagi nyapu halaman sekolah yang luasnya minta ampun."

Di belakang Kaviar, Bondan memukul kepala cowok itu dengan buku. "Mimpi sana!"

"Jadi anggota OSIS dulu sana!" Rafi ikut-ikutan mengomel.

Untungnya Kaviar berhasil melewati pelajaran Matematika dengan lancar, sayangnya pelajaran berikutnya adalah Bahasa Indonesia! Pelajaran yang selalu membuat dia bengong setiap kali mengerjakan soal yang diberikan guru.

"Gue benci Bahasa Indonesia sumpah!" gerutu Kaviar saat Bu Agnes bilang bahwa hari ini mereka ulangan.

Rafi dan Bondan tidak heran lagi mendengar geutuan Kaviar karena mereka tahu kelemahan Kaviar adalah Bahasa Indonesia. Sementara Gilang yang duduk sebangku dengan Bondan menatap cowok di depannya bingung.

"Dibandingin Matematika, jelas B. Indo jauh lebih gampang."

"Gampang kata lo?!" Tiba-tiba Kaviar marah, dia mendengus. "Tahu nggak? Matematika atau Fisika tuh rumusnya udah ditetapin, nggak bakalan berubah, asal tau rumus dan cara ngerjainnya pasti bakalan ketemu jawabannya. Beda sama B. Indo. Sefokus apa pun gue belajar, sefokus apa pun gue baca, akhirnya gue tetep tidur juga!"

Yah, Kaviar sedang dalam mode konyol sehingga cuma Gilang yang menanggapi.

"Hah?"

"Lagian, B. Indo tuh suka ngejebak orang seenaknya. Gue jawab ini eh ternyata jawabannya itu. Mana suka suruh-suruh buat puisi lagi! Memangngnya gue ini cucunya Pramoedya?"

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang