Bab Duapuluh Lima
"Semoga lama hidupmu di sini, melihatku berjuang sampai akhir. Seperti detak jantung yang bertaut, nyawaku nyala karena denganmu."
Bertaut - Nadin Amizah
[Beberapa tahun kemudian]"Ma, aku perginya besok, tapi kenapa Mama malah nangisnya sekarang?" Reyhan menggaruk lehernya yang mendadak gatal saat melihat Mama menangis terus. "Tante Nela udah datang, tuh. Mending Mama siap-siap," katanya saat mendengar suara deru mesin mobil.
Mama menghapus air mata yang tidak pernah mau berhenti mengalir. "Mama takut kamu nggak pulang-pulang seperti Kaviar."
Reyhan memejamkan mata sesaat, akhir-akhir Mama menjadi sangat sentimental setelah melakukan video call dengan Kaviar dua Minggu yang lalu. "Ma, aku cuma pergi ke Tangerang bukan ke Amerika kayak Kavi."
"Tetep aja. Gimana kalau tiba-tiba bos kamu nyuruh kamu pergi ke Palestina kayak Kaviar? Sudah dua Minggu, tapi dia belum menghubungi kita!"
Reyhan memegang tangan Mama. "Ma, aku bekerja dibidang perbankan, mana mungkin mereka nyuruh aku pergi ke Palestina?"
Mama berpikir sesaat kemudian mengangguk, merasa tenang. "Iya juga."
Reyhan langsung tersenyum. "Sekarang Mama jangan khawatir. Aku pasti bakalan pulang pas weekend. Kalau kangen, Mama bisa telepon aku. Atau kalau mau Mama bisa dateng ngunjungi aku."
Mama mengangguk lagi.
"... Soal Kavi. Dia pasti baik-baik aja. Mama juga tahu kalau Kaviar sering pergi ke daerah yang berbahaya. Kali ini Kavi pasti bisa kembali dengan selamat."
Setahun ini Reyhan harus pintar berkata-kata dalam menenangkan kecemasan Mama. Semua ini gara-gara Devon yang selalu bicara seenaknya sampai-sampai kelepasan bicara mengenai pekerjaan berbahaya yang dilakukan Kaviar di Amerika pada Bunda. Sebagai ibu yang kompak, Bunda langsung memberitahu Mama sehingga kepanikannya menular dengan cepat.
Awalnya Reyhan tidak bisa menangani kekhawatiran Mama pada Kaviar, tetapi setelah bekerja sama dengan Elang untuk sama-sama berbohong mengenai Kaviar maka semuanya sedikit terkendali. Terkadang Reyhan kesal pada Kaviar yang sangat sulit dihubungi, bahkan ditahun pertama dan kedua, Kaviar tidak pernah menghubungi mereka sama sekali. Barulah ditahun ketiga, Kaviar mulai mengirim email, dan pada tahun kelima, komunikasi mereka benar-benar lancar meski terkadang Kaviar tidak bisa langsung dihubungi karena perbedaan waktu dan pekerjaan.
Kesehatan Kaviar membaik, pada tahun kedua Kaviar pergi, Nero memberitahu mereka bahwa Kaviar sudah sembuh meski harus beberapa kali check up. Awalnya mereka merasa tenang meski Kaviar jarang menghubungi mereka, namun saat mendengar bahwa Kaviar sering pergi ke daerah konflik dan berurusan dengan orang-orang dari 'dunia bawah', ketenangan mereka langsung sirna. Reyhan bertugas menenangkan Mama sementara Elang bertugas menenangkan Bunda.
Dua Minggu yang lalu Kaviar melakukan video call dengan Mama dan Bunda, dia memberitahu mereka bahwa sekarang ini dia harus menemani Karsa ke Palestina untuk membereskan beberapa hal, bilangnya hanya beberapa hari, tapi ini sudah berminggu-minggu namun Kaviar belum menghubungi mereka.
Reyhan mengerti jika sekarang Mama menangis saat dia memberitahu bahwa dia akan tinggal di Tangerang untuk sementara waktu, semenjak Kaviar pergi ke Amerika lima tahun lalu, Mama menjadi sangat dekat dengannya, pasti berat berpisah dengannya. Tetapi, dia tidak punya pilihan lain. Bolak-balik Tangerang-Jakarta Selatan sangat melelahkan, dia juga tidak bisa melepaskan pekerjaan yang selama ini diimpikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES
Teen Fiction"Kavi, aku tahu hidupmu nggak mudah. Aku tahu kamu yang selalu kalah dari keadaan. Aku tahu saat ini kamu sedang jatuh. Aku tahu kamu selalu merasa kesepian. Semua itu ... membuatmu kayak gini, kan? "Tapi, Kavi, sekarang ada aku. Kamu bisa pegang t...