Epilog

1.6K 121 23
                                    

[Cubics Source]

"Minggu depan gue bakalan fokus di Alexi. Jadi, masalah di Cubics lo yang tangani." Karsa berkata pelan seraya mengusap rambut anak kecil yang duduk di pangkuannya. Dia mengalihkan perhatian pada Kaviar. "Masalah besarnya sudah gue tangani, lo cuma perlu lihatin perkembangan."

Kaviar hanya mengangguk saja, tanpa diberitahu pun dia sangat mengerti kalau saat ini Karsa tengah memberinya kelonggaran. Seharusnya dia membantu Karsa di Alexi Group, apalagi sekarang ini perusahaan itu sedang sibuk-sibuknya, tetapi rupanya bosnya yang pemalas itu pengertian juga. Dia sudah lama tidak bertemu dengan keluarganya, jika dia tetap mengikuti Karsa sebagai asistennya, dia akan jauh karena jarak rumah dan kantor Alexi sangat jauh, sedangkan kantor Cubics hanya butuh waktu setengah jam perjalanan dari rumah. Sangat ringan.

"Papa, mau ini!" seru anak kecil seraya menunjuk es krim di layar iPad.

"Jangan makan es krim terus." Karsa berkata dengan sabar.

"Kenapa?"

"Nanti kamu tambah manis kalau makan es krim terus." Karsa protes. "Papa aja sampai kalah. Masa tiap kali keluar, yang diperhatiin kamu bukannya Papa. Papa 'kan lebih ganteng dari kamu."

Kaviar menganga.

Tangan anak kecil itu menepuk-nepuk wajah Karsa. "Papa ganteng, kok." Dia mengacungkan dua ibu jarinya. "Papa Cello yang paling ganteng sedunia!"

Karsa menutup mulutnya dengan gaya lebay, dia menatap Kaviar terharu. "Anak gue kenapa bisa pinter begini?"

Kaviar hanya memutar bola mata.

"Jangan natap gue begitu, nanti kalau lo udah punya anak lo pasti lebih parah dari gue lebaynya!"

"As you wish." Kaviar mencibir. "Lo udah dapet penerjemah? Iklan yang kita pasang diwebsite sudah nggak ada."

Karsa menganggukkan kepala, masih bermain-main dengan Cello. "Sudah." Keningnya berkerut samar. "Hari ini datengnya."

"Apa?"

"Cello, kita pulang sekarang. Mommy kamu nanyain terus, pengen ketemu."  Karsa menggenggam tangan kecil Cello. "Gue pergi dulu. Tolong urus penerjemah yang bakalan dateng siang ini. Perlakukan dia dengan baik, oke?"

Sebelah alis Kaviar terangkat, kenapa bosnya tiba-tiba bersikap manis begitu?

"Cello salim dulu sama Om Kavi."

Cello meraih tangan Kaviar lalu menciumnya dengan gerakan ringan, matanya yang bundar menatap Kaviar polos, senyumnya terlihat begitu manis. "Assalamualaikum, Om Avi, Cello pulang dulu. Bye bye!"

Kaviar tidak bisa berkata-kata, pantas saja Karsa selalu bersikap lebay pada Cello, anak kecil itu rupanya sangat lucu. Dia mengusap rambut Cello sayang. "Hati-hati di jalan. Bye bye juga Cello!"

Setengah jam kemudian, Kaviar mendengar teriakan tidak bangetnya Roland yang memanggil namanya. Untungnya sifat Ares sangat sopan--dengan datang ke mejanya lalu memberitahu kalau penerjemah perusahaan yang dikerjakan Karsa untuk enam bulan kedepan sudah datang.

"Gue ke sana bentar lagi." Kaviar menutup jendela di PCnya lalu pergi menemui penerjemah baru mereka.

"Nah, itu orangnya. Saya tinggal dulu, ya." Roland tersenyum seraya mengedipkan sebelah mata saat melihat Kaviar. Dia menepuk bahu Kaviar. "Cantik banget orangnya."

Sebelah alis Kaviar terangkat, tidak mengerti. Saat dia melihat penerjemah baru itu, barulah dia mengerti kenapa Karsa dan Roland terlihat sangat bersemangat hari ini.

"Hai, Kavi."

Kaviar tidak bisa menahan senyum, instingnya menyuruh untuk melangkah maju dan memeluk penerjemah itu, tetapi kesopanan yang selama ini dia tanam dalam hati berhasil mengendalikannya. Dia menarik napas panjang kemudian berkata,

"Kayaknya kalau kamu penerjemahnya, nggak perlu ngelakuin wawancara, deh." Kaviar mempertahankan senyumnya. "Bahasa Inggris dan Jepang sangat kamu kuasai, bukan begitu, Rayna?"

"Jika kamu berpikir begitu." Rayna menjawab dengan pipi bersemu merah.

Kaviar mengulurkan tangan. "Selamat datang di Cubics."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang