Bab Lima

1.2K 122 5
                                    

Bab Lima

"When you keep criticizing your kids, they don't stop loving you. They stop loving themself."

Unknown

"Besok jangan pergi ke mana-mana." Papa langsung bicara saat Kaviar datang untuk makan malam. "Jemput Rayna di Bandara. Besok dia pulang ke Indonesia."

Tangan Kaviar berhenti begitu saja, dia melirik Papa. "Besok saya ada janji."

"Kaviar."

Kaviar mendengus. "Kenapa harus saya? Bukannya Rayna punya keluarga yang bisa jemput dia pulang?"

Reyhan menatap Kaviar ragu. "Sebenarnya aku yang nawarin buat jemput Rayna."

"Lo? Sejak kapan lo bisa nyetir? Baru pegang setir aja langsung pucat, ini sok mau ngejemput segala." Kaviar mendengus.

"Jaga sikap, Kaviar! Seharusnya kamu senang hubungan Reyhan dan Rayna semakin dekat."

Senang? Kaviar mencemooh dalam hati. Bagaimana bisa dia senang dengan kedekatan Reyhan dan Rayna? "Kalau Rey yang nawarin, kenapa harus saya yang jemput?"

"Pak Rusman besok cuti, meski Reyhan punya SIM, saya tidak mau dia kelelahan." Papa melirik Kaviar. "Lagi pula, kamu di sini harus ada gunanya."

Tiba-tiba Kaviar merasa jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa saat. Tanpa dia sadari, bibirnya melengkung sinis. Harus ada gunanya, ya? Betapa menyedihkan hidupnya ini.

Karena tidak bisa membantah, keesokkan harinya Kaviar pergi ke bandara mengendarai mobil milik Reyhan, Papa mengomel setengah mati saat dia mau menjemput Reyna pakai motornya.

"Sialan." Lagi-lagi Kaviar menggerutu saat menyadari betapa nyamannya mobil milik Reyhan yang diberikan Papa sebagai hadiah ulang tahun. "Ck, semudah itu dia bisa punya mobil sebagus ini. Gue aja pengen motor harus nabung dulu."

Cukup lama Kaviar menunggu kedatangan Rayna yang diperkirakan akan tiba satu jam lagi. Karenanya, dia memilih tempat yang nyaman untuk duduk sekalian mengerjakan hal yang belum sempat dia selesaikan.

"Ini gue," kata Kaviar saat teleponnya dijawab oleh Nero. "Design web yang lo kasih udah gue kerjain. Coba cek, kalau ada kesalahan jangan ragu buat kasih tau entar gue revisi."

"Lagi gue cek, nih. Semuanya udah oke. Nggak perlu ada yang diperbaiki lagi." Hening sesaat. "Devon bilang lo mau bicara sama gue, ada apa?"

Kaviar menyimpan kembali laptopnya ke dalam ransel. "Apa lo ... bisa cariin kosan yang bagus buat gue?" tanyanya ragu.

"Kosan?" Hening sesaat. "Eh, lo lagi di mana? Rame banget kayaknya."

"Gue lagi di bandara buat jemput Rayna."

"Oh, mantan lo yang jadi tunangan adek lo itu?" Karena Kaviar tidak mengatakan apa pun, Nero berdehem canggung. "Gue cariin lo kosan yang bagus, tapi dengan syarat."

Kaviar berdecak, "Sebelum itu ada yang mau gue omongin. Kapan Bang Nero balik ke Indo?"

"Minggu depan gue balik."

"Sip, entar kabarin kalau udah di sini." Tanpa menunggu respon dari bosnya, Kaviar langsung menutup telepon.

Merasa bosan, Kaviar menutup telinganya dengan headseth lalu memejamkan mata. Tidak mau lagi mencari-cari kedatangan Rayna, biar saja cewek itu yang menunggu atau syukur-syukur ada orang lain yang menjemput.

"Jangan tidur di sembarang tempat," kata seseorang seraya menarik headseth dari telinga Kaviar. "Kecopetan lagi baru tau rasa."

Dengan enggan Kaviar membuka kedua matanya. Samar-samar dia melihat wajah cewek yang terlihat familier. Dia memejamkan mata kembali, berusaha untuk memfokuskan pikiran dan pandangannya.

SOMETIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang