Extra Chapter

1.5K 151 35
                                    

Mom, ini Jovan.

"JOVAAAN KAMU APA SIH PAKE SURAT-SURATAN BEGINI!"

Tania menatap tajam putranya yang sudah siap keluar dari rumah— lengkap dengan seragam putih-abu. Jovan kesiangan, jadi rambut basahnya masih berantakan karena nggak sempat dia sisir. Tania sudah siap ngamuk lagi, tapi Jovan keburu nyengir dan keluar dari pintu.

"JOVAANNN!!"

"I LOVE YOU TOO, MOMMY!"

Tania memegangi belakang lehernya. Tiba-tiba darah tinggi padahal masih pagi. Gama lagi di luar kota karena pekerjaan, jadi mungkin dia bisa sedikit bersyukur karena nggak perlu mengomel selain kepada Jovan.

Setelah sedikit lebih tenang, dia menunduk lagi, mengambil kertas yang tadi ditinggalkan Jovan untuknya.

Kalo Mama baca ini, berarti Jovan berhasil lolos.

"Anak ini."

Mom, sebelumnya tolong maafin Jovan dulu. Untuk dua hari ke depan, kemungkinan besar Jovan nggak bakal ada di rumah. Jovan mau ke medan perang.

Tania langsung berdiri. Sebetulnya tanpa baca lebih, dia sudah tahu apa maksud Jovan. Namun Tania tidak bisa apa-apa selain meneruskan untuk membaca surat itu.

Jovan kangen Kiana. Kalo mommy bosen, boleh kok nyusul ke Jakarta.

P.s. asalkan bukan buat nyeret Jovan pulang. I love you, Panglima Perang.

Salam damai,
Prajuritmu.

"JOVAAAAN!!!"

Tania pusing. Kebucinan Jovan pada Kiana sudah nggak bisa ditoleransi. Entah menurun dari siapa sifat tersebut.

•••

"Kamu?!"

"Iya, aku. Halo!"

Kiana menatap Jovan dengan horor. Tiba-tiba cowok itu sudah ada di depan sekolahnya, lengkap dengan seragam sekolah berbeda. Padahal baru semalam mereka video call, dan Kiana yakin kok kalo Jovan masih ada di kamarnya— di Bali sana.

"Kok di sini?!"

"Nggak papa. Pengen aja."

"Kamu kabur lagi, ya?"

Jovan tertawa, membuat kekesalan Kiana perlahan jadi pudar. Alunan tawa Jovan bagai musik candu yang ingin Kiana dengar berulang-ulang.

"Kamu nggak dapet telpon dari Ibu Panglima?"

"Nggak."

"Tumben." Jovan merenung, namun tak urung menarik tangan Kiana agar segera pergi ke lapangan parkir dimana mobil perempuan itu berada. "Biasanya begitu tau aku kabur, Mommy pasti langsung telepon kamu."

"Sebenernya... Aku ganti hape."

"Kapan?!"

"Pagi ini." Kiana cemberut. "Layarnya kegores, aku nggak suka. Aku langsung suruh Pak Dika ganti yang baru aja."

Jovan mengangguk— menutupi keterkejutannya, yang sebenernya nggak perlu kaget-kaget banget mengingat dia sedang bicara dengan Kiana Tan. Anak tunggal dari pengusaha sukses di bidang real estate terbaik.

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang