06. Penawaran

870 147 5
                                    

"GAMA BANGSAT!" Daripada berteriak sambil mengumpat seperti yang dilakukan Ilham, ketiga temannya yang lain malah tertawa, lalu menarik laki-laki itu agar segera keluar dari kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GAMA BANGSAT!" Daripada berteriak sambil mengumpat seperti yang dilakukan Ilham, ketiga temannya yang lain malah tertawa, lalu menarik laki-laki itu agar segera keluar dari kamar.

Pantas saja mereka merasa ada yang aneh saat semalam Gama bilang kalau ia tidak akan selingkuh lagi dari Ara. Laki-laki itu juga bilang kalau ia tidak akan ikut taruhan perempuan lagi.

Namun lihat, kan? Pagi ini saat mereka semua janjian akan berkumpul di apartemen, mereka malah menemukan sosok Gama sedang tertidur pulas sambil memeluk perempuan asing.

Jelas, semalam Gama tidak pulang karena mabuk.

"Yang begitu katanya mau tobat. Ngomong aja sana sama tembok." Jansen geleng-geleng sendiri. Anak itu sudah siap di depan televisi, sedang memasang kabel play station.

Dari arah dapur, suara tawa Mark menggelegar renyah. Diikuti suara tawa melengking milik Candra yang memekakkan telinga.

"Ini apartemen bukan tempat tongkrong lagi, tapi jadi tempat nampung dosa." Kata Mark setelah bergabung dengan teman-temannya di depan televisi. Laki-laki itu membawa potongan semangka.

"Mana sempat, keburu napsu."

"Ih mulutnya kebiasaan." Mark menjejalkan potongan semangka ke dalam mulut Ilham. "Tapi emang bener sih HAHAHAHA."

"Pengen kasihan sama Ara, tapi ya mau gimana kasihan juga sama Gama yang dipaksa mulu."

Candra mengangguk setuju. "Itu makanya gue seneng banget kalo kita udah taruhan. Kali aja Ara gak tahan terus putusin Gama, kan?"

"Iya habis itu si Gama kena hajar sama kak Reina." Balas Jansen, mengundang tawa teman-temannya yang lain.

Meskipun terdengar salah, teman-temannya hanya kehabisan akal saja bagaimana caranya membantu Gama lepas dari Reina dan Ara.

Jika teman-temannya yang lain gonta-ganti pacar karena bosan, maka Gama karena Ara. Dia melakukan itu karena berpikir kalau Ara mungkin saja akan memutuskannya jika sakit hati.

Namun ternyata tidak juga.

"Tapi bebal banget sih si Ara. Tetep aja pertahanin Gama." Ilham mulai nyinyir. Memang ya, selain rokok, dia gak akan bisa tahan jika tidak julid.

"Coba kek cari cowok lain aja sana. Dia kan cantik,"

Candra berdecih. "Maksudnya sama lo gitu?"

Ilham tertawa menyebalkan. "Boleh dicoba."

Suara pintu kamar yang terbuka membuat mereka semua menoleh. Dari sana keluar Gama dengan rambut berantakannya, juga mata yang masih terbuka setengah.

Dengan santainya laki-laki itu bergabung bersama teman-temannya yang lain, lalu mencomot semangka milik Mark.

"Pagi, sayang."

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang