31. Keep The Baby

1.2K 129 25
                                    

bantu koreksi kalo ada typo ya gengs.

selamat membaca~

***

"Kalian pacaran, Gama?"

Gama menoleh, kemudian termenung sebentar. Dia tidak merespon sampai akhirnya Laura kembali bicara. Sekitar mereka bising karena ramainya manusia, namun keduanya malah merasa kesepian.

Laura dan Gama saling bertatapan dengan banyak pikiran yang memenuhi kepala mereka.

"Apa kamu percaya..... kalau aku suka kamu sejak pertama kali lihat?"

Gama mengangguk, sebab ia juga merasakan hal yang sama saat bersama Tania.

"Aku lihat kamu waktu antri fotocopy. Dalam hati, kayak.... 'Wah, ganteng banget.' apalagi waktu kamu senyum waktu ngambil uang kembalian."

"Kamu pakai celana jeans, kemeja hitam, sama sendal jepit. Sederhana aja, tapi kamu nggak tau kan kalo waktu itu banyak cewek yang nggak bisa napas waktu liatnya." Laura terkekeh, membuat Gama tersenyum. "Tapi bagian yang paling aku suka.... waktu kamu ngasih air mineral yang baru kamu beli ke nenek-nenek di pinggir jalan."

"Lo liat?"

"Iya, beruntung banget kan? Di sana aku mulai suka sama kamu. Kapan lagi ketemu cowok ganteng dan baik."

"Laura--"

"Tapi cowok gantengnya bakal jadi ayah." Senyum Gama luntur, sedangkan senyum Laura semakin lebar.

"Tania nggak akan pertahanin bayinya, Ra."

"Maka itu jadi kewajiban kamu untuk yakinin Tania. Gama..... kalau kamu berani berbuat, maka kamu harus berani bertanggung jawab. Bilang ke Tania, tolong jangan lepasin kamu lagi. Bilang ke Tania, kalau sampai dia biarin kamu lepas, ada seseorang yang bakal nunggu kamu di sini."

Laura di mata Gama.... mungkin akan jadi perempuan paling baik. Jika saja perempuan lain ada di posisinya, dia tidak akan mau menemani Gama ke bandara dan mendengarkan dengan setulus hati alasan apa yang mesti membawanya kembali ke Jakarta.

Kemarin sewaktu mereka makan siang bersama, Laura bertanya sambil tersenyum.

"Gama, ada dm masuk. Maaf aku baca dari notifikasi. Karena sudah terlanjur.... keberatan kalau aku nanya siapa Tania?"

Gama tidak menjawab pertanyaan Laura, melainkan membaca pesan dari Arkana. Kemudian saat ia tahu alasan Arkana menyuruhnya pulang, Gama segera pamit pada Laura untuk undur diri.

Namun Laura kembali bicara. Katanya, "Gama, kapan kamu kembali ke Jakarta? Boleh aku antar?"

Kemudian di sinilah mereka akhirnya. Bandara, menunggu keberangkatan Gama. Tidak banyak yang mereka bicarakan. Hanya saja, di setiap pembicaraan, Laura bisa menyimpulkan sedikit bagaimana keadaan Tania dan Gama.

"Laura, maaf."

"Buat apa?"

"Karena nggak bisa menerima perempuan sebaik lo."

Laura terkekeh, kemudian mengangguk. "Selamat berjuang, teman?"

"Teman?"

"Yap, kali ini beneran teman."

Gama tersenyum. "Oke, teman." Kemudian mereka mengakhiri pertemuan itu dengan berjabat tangan.



***


GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang