20. Meet Reina

628 124 35
                                    

Sekarang pukul 7 malam, dan Tania sudah duduk di kafe itu ketika Reina sedang berjalan menghampirinya. Wanita dewasa itu menaruh tasnya ke atas meja, lantas berbicara dengan sesopan mungkin.

"Tania?"

"Iya, saya."

Reina mengangguk, lantas menarik kursi di seberang Tania dan duduk.

"Seingat saya kita janjian jam 7, jadi saya nggak terlambat."

"Memang saya yang datang terlalu cepat."

Untuk orang yang baru saling bertemu, Reina cukup mengakui kepintaran Tania dalam berkomunikasi dengannya.

Tidak seperti gadis-gadis lain yang ia datangi karena telah rela menjadi selingkuhan Gama, mungkin Tania akan jadi satu-satunya yang tetap berani menatap matanya.

"Sebelumnya saya minta maaf sudah menghubungi kamu secara tiba-tiba."

"Nggak masalah, selama—"

"Panggil aja Reina."

"Tapi dari yang saya dengar kita beda lima tahun?" Reina tersenyum tipis, mulai jengah dengan keberanian Tania. "Jadi, yah... Nggak masalah, selama anda punya alasan yang bagus."

Reina bahkan tidak berpikir dia akan di panggil begitu. Mendengar Tania memakai bahasa yang begitu baku membuatnya hampir tersedak.

"Kenapa nggak manggil saya 'kakak' aja?"

"Kita nggak kenal, jadi otomatis kita cuma orang asing yang kebetulan duduk di satu meja."

"Oke, fine, saya juga nggak tertarik untuk kenal kamu."

Tania menahan senyumannya ketika Reina sudah mulai mengeluarkan sisi lainnya-- tidak berbicara sesopan dan sebaik sebelumnya.

Pelayan datang membawakan minuman yang Tania pesan, menaruhnya di atas meja, kemudian Tania memiringkan sedikit kepalanya saat Reina hanya menatapnya datar.

"Saya pesan deluan karena.. yah, saya datang terlalu cepat. Anda nggak pesan?"

"Saya ke sini bukan buat nongkrong."

"Oke.. jadi?"

"Saya tau kamu sering ke apartemen Gama dan teman-temannya."

Tania mengangguk untuk menutupi keterkejutannya. Dalam hati bertanya-tanya bagaimana kabar itu bisa sampai pada Reina.

Tania memilin bibirnya, kemudian membalas. "Lebih tepatnya seminggu tiga kali."

Reina mengernyit, tidak suka cara Tania yang berbicara seperti menantangnya.

"Saya bakal terus terang. Apa kamu punya hubungan dengan adik saya?"

"Punya." Tania mengesap coklat panasnya sambil terus menikmati ekspresi kaget Reina. "Teman."

"Ngh?"

"Saya sama Gama teman."

"Kamu pikir saya bakal percaya?" Reina menarik dirinya agar bersandar pada kursi, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ekspresi kamu bagus waktu beralasan begitu, tapi sayangnya itu nggak berguna. Kamu pasti tau kalau selingkuhan-selingkuhan Gama selalu berurusan sama saya."

"Oh ya?"

Sedikit demi sedikit Tania mengerti kenapa Reina di sebut sangat menyebalkan. Dan juga bagaimana sikapnya benar-benar menyiksa Gama. Rupanya Reina sepenuhnya ada di pihak Kiara, hingga rela turun tangan untuk semua masalah yang bisa saja merusak hubungan Kiara dan Gama.

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang