21. Hari Buruk

657 130 8
                                    

Ternyata, bukan cuma murid kelas 12 yang dapat free class. Tapi beberapa ruang kelas di gedung kelas 10 dan 11 juga kebagian karena guru yang kebetulan mengajar harus hadir ke pertemuan wali murid di aula.

Kelas Tania baru saja mendapat tugas dari guru yang kebetulan akan menghadiri pertemuan, namun suasana di dalam ruangan sana terpantau tidak sehening ruang kelas yang lain.

Alana mungkin bosan mengerjakan tugas-- mengingat dia salah satu jejeran murid pintar yang jika di suruh mengerjakan soal begitu, hanya akan jadi hal sepele untuknya-- jadi perempuan itu mendatangi Tania yang sedang fokus menulis.

Awalnya Alana hanya memainkan rambut Tania, namun tangannya mulai aktif sampai ke dalam tas perempuan itu.

Tania menyadarinya, jadi ia menoleh, kemudian melebarkan mata saat melihat Alana sedang membuka-buka catatan matematika miliknya yang di buat oleh Gama.

"Wow... Lo nyewa orang buat ngerjain tugas-tugas lo, ya?"

Tidak mau menjawab pertanyaan Alana yang baru saja mengundang perhatian, Tania merebut tas ranselnya dari Alana, hingga perempuan itu tersentak kemudian menatap Tania dengan tatapan tidak ramah.

"Siniin tas lo."

"Jangan ganggu gue."

Alana tergelak. "Udah pintar ngejawab gue lo ya."

Tania memutuskan untuk tidak mendebat lagi. Ia hendak duduk lagi, namun kursinya keburu di jauhkan oleh Alana hingga Tania yang sudah terlanjur mau duduk jadi kesakitan karena bokongnya harus jatuh ke atas lantai yang keras.

Sontak, satu kelas tertawa. Rasanya rintihan sakit Tania bagai hiburan menarik.

Alana menyeringai, lalu membuka lebih jauh catatan milik Tania di tangannya. Dari tulisannya saja Alana tahu kalau bukan Tania yang membuat itu.

"Yah... Seenggaknya lo punya uang, meskipun nggak punya otak. Berapa lo bayar orang buat tugas-tugas lo?"

Tania tetap tidak menghiraukan. Kini ia sudah berdiri, kemudian berniat merebut catatannya di tangan Alana. Namun Alana lebih cepat darinya hingga tubuh Tania hampir tertuju ke arahnya. Secara impulsif, Alana mendorong tubuh kurus Tania hingga punggung perempuan itu mengenai pinggiran meja.

Tania menggigit bibirnya menahan sakit.

"Jangan deket-deket gue!"

"Balikin buku gue." Tania masih memintanya baik-baik.

"Kalo gue nggak mau?"

Merasa ini akan buang-buang waktu, Tania kembali menghampiri Alana untuk mengambil bukunya. Namun belum sempat ia meraih benda tersebut, Alana sudah keburu merobek beberapa halaman.

Tania membeku. Selama dua minggu belajar bersama Gama, setiap waktu luangnya laki-laki itu mencatat ulang apa yang Tania pelajari.

Gama menulis tangan semuanya, di buku itu. Namun sekarang Alana dengan gampangnya merobek kertas-kertas itu.

"ALANA!"

Bentakan Tania membuat seluruh kelas terperangah. Alana sampai kaget, tidak percaya kalau Tania bakal membentaknya dengan keras.

"Balikin buku gue!"

"Lo... Udah berani lo sama gue?!"

"Balikin selagi gue minta baik-baik."

Alana membulatkan matanya, kemudian tiba-tiba emosinya merambat naik hingga tanpa menunggu lama, dia langsung merobek lebih banyak halaman dalam buku itu.

Tania ikut terkejut, namun sesegera mungkin menahan tangan Alana yang semakin gencar merusak catatannya.

Ketika sadar kala Tania menyentuhnya, Alana langsung menendang tubuh Tania. Lagi, dengan gampang ia membuat Tania tersungkur hingga menabrak meja.

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang