26. Ulang Tahun Somi

616 134 18
                                    

Pagi ini ketika Tania terbangun, tidak ada Gama disebelahnya. Hanya tertinggal aroma Gama yang masih menempel di bantal, juga segelas susu di atas nakas.

Beberapa kali ketika Gama menginap, laki-laki itu memang selalu pulang subuh karena katanya jika ia sampai melihat Tania bangun di pagi harinya, Gama mungkin tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium Tania.

Tania tahu itu hanya alasan, sebab sebetulnya Gama cuma takut kalau tiba-tiba Mama atau Kak Ica datang.

Suara alarm dari ponselnya sendiri membuat Tania mengeryit. Dia tidak merasa pernah memasang alarm di jam 8 pagi. Lalu ketika melihat alarm itu diberi nama Minum susu Tania lantas tersenyum. Pasti Gama yang menyetelnya.

Tania beranjak dari kasurnya, kemudian menutup pintu balkon. Matanya terdiam di jendela kamar Arkana untuk sesaat. Mereka tetangga, tapi Tania betulan jarang melihat cowok itu. Tania rasa, Arkana betulan menjauh karena semua perkataannya di taman beberapa bulan lalu.

Pintu kamar terbuka dan sosok Gama muncul. Tania terkejut, karena ia kira Gama sudah pergi. Laki-laki itu tersenyum.

"Pagi."

"Lo masih di sini?"

"Baru aja dateng. Kali ini lewat pintu depan."

Tania mengeryit. "Kenapa ke sini lagi?"

"Anter sarapan." Gama mengangkat plastik berisi makanan di tangannya. "Tapi kayaknya gue nggak bisa temanin lo makan."

"It's okay. Gue bukan anak kecil."

"Besok masa sewa apartemen gue sama anak-anak udah habis, jadi hari ini kita mau beresin barang."

Tania berjalan menghampiri Gama kemudian mengambil alih plastik makanan tersebut. Keduanya lalu berjalan bersama menuju lantai bawah.

"Nggak diperpanjang?"

"Jansen maunya begitu. Tapi kalo dipikir-pikir, nggak bakal ada yang ngurus karena kita semua kuliah di luar."

"Ilham kan di Jakarta."

"Dia mana mau ngurus apartemen sendirian."

Tania mengangguk, tidak terasa langkah mereka hampir sampai di pintu depan.

"Gue boleh ikut?"

"Memangnya mau?"

"Kalo boleh."

"Boleh dong." Gama mengacak rambut Tania gemas. "Tapi nggak bisa sebentar doang. Kalo lo minta pulang cepet, nggak usah ikut."

"Gue tau."

Tania memberikan plastik makanan yang tadi dia bawa ke Gama lagi. "Lagian Mama nggak pulang. Lo tunggu di depan, gue ganti baju."

"Mandi, Tania."

"Harus banget?"

"Selama sakit lo nggak ada mandi."

"Ck." Tania tampak malas. Bahkan kalau boleh memakai piyama saja, dia pasti keluar menggunakan pakaian itu. Tapi Gama benar kalau dia sudah dua hari tidak mandi.

"Apa mau gue yang mandiin?"

Tania memaksakan senyumannya. "Tidak, terima kasih."

Gama tertawa. "Udah buruan, nanti ada Somi juga kayaknya."

"Pacarnya Ilham yang waktu itu lo peluk di perpustakaan?"

"Lengkap banget!" Gama berdecak. "Dia nangis, makanya gue tenangin."

"Sama aja. Lo tetap peluk dia."

"Tania, ini nih yang ngebuat cap bajingan gue melekat banget di otak lo!"

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang