02. Kenapa Ragu?

1.9K 207 24
                                    


•••

Seminggu sudah berlalu semenjak Gama berbicara jujur kepada Tania mengenai alasan dibalik perilakunya yang kerap kali mendekati perempuan itu.

Tania tidak terlihat dimana-mana. Wajar, mungkin perempuan itu sedang menjauhkan diri dari Gama dan segala rencana taruhannya yang gila.

Di satu sisi, Gama baik-baik saja. Perasaannya malah lega karena Tania tidak terlihat di publik. Karena sejahat apapun Gama, menjadikan Tania sebagai taruhan adalah hal yang selalu berat ia lakukan.

Namun tidak bagi teman-temannya.

"Rokok ga?" Gama melirik Ilham yang kini menyodorkan satu batang rokok. Gama mengangguk kecil, lalu menerima rokok dari tangan Ilham.

Saat ini mereka sedang berada di dalam gedung tak terpakai yang terletak di belakang sekolah. Dulunya tempat ini dijadikan ruang guru, namun seiring berlalunya tahun, ruang guru dipindahkan ke gedung baru yang lebih bagus.

Dalam sebuah sekolah, pasti setidaknya ada satu kumpulan yang dikenal nakal dan menakutkan. Berisi murid-murid yang selalu berbuat semaunya dan enggan mematuhi peraturan yang ada.

Gama ada di dalam perkumpulan itu. Bersama empat orang temannya yang lain, dimulai dari kenakalan-kenakalan murid SMA biasa, mereka akhirnya dikenal sebagai lubang masalah.

Dibeberapa situasi, Gama memang mengakuinya. Teman-temannya mungkin akan jadi manusia paling loyal dan royal yang pernah ada, namun mereka juga akan menjadi manusia paling bejat secara bersamaan.

Teman-temannya suka bermain perempuan.

"Emm... Ganti taruhan aja gimana?"

Keempat temannya secara bersamaan langsung menoleh pada Gama sesaat setelah laki-laki itu mengambil topik yang diluar perkiraan.

"Kenapa? Sesusah itu deketin Tania?"

"Iya." Gama mengangguk. Memang, salah satu alasannya adalah itu.

"Padahal kemaren lo udah ngikutin saran kita buat ikut olimpiade. Dia masih gak tertarik sama lo?" Kini Jansen yang kebingungan. Pasalnya, menurut informasi yang beredar Tania menyukai laki-laki pintar.

"Nggak tuh." Gama mengedikkan bahunya. "Udahlah.. Ganti. Gue beliin minum aja."

Candra mengibaskan tangannya tanda tidak terima. "Gak asik! Lo kalah balapan Gam, sportif dong."

"Biasanya lo suka deh kalo dikasih cewek. Kenapa sama Tania gak mau?"

Mark tertawa geli. "Jangan-jangan kalo Tania pengecualian?"

"Lo suka sama Tania, Gam?"

Kini giliran Ilham yang tertawa. "Gak mungkin. Cewek sombong kayak dia mana mau si Gama."

"Iya, Gama sukanya sama yang seksi."

"Kayak modelan bubuhan Shalsa kalo udah main ke klub ye?"

Candra ikut tertawa, lalu tangannya sampai ke atas pundak Gama yang sejak tadi diam saja.

"Ayolah Gam apa susahnya sih dapetin Tania terus ditinggalin? Atau..."

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang