34. Bahagia Untuk Mereka

1.2K 162 37
                                    

"Aku benci banget sama kak Ilham."

"Ya Allah, yang! Kalo seenggak percaya itu yaudah aku nggak usah kuliah aja sekalian! Nggak usah bergaul sama orang!"

Awalnya, Tania pikir ada apa kok tiba-tiba Somi sudah berdiri di depan apartemennya- lengkap dengan sebuah koper. Kemudian beberapa jam kemudian, muncul Ilham dan Candra juga.

Tania pikir Gama yang mengundang manusia-manusia itu, namun ternyata Gama bersumpah kalau dia nggak ada kaitannya dengan kedatangan tamu-tamu tak diundang tersebut.

Selaku yang paling waras, Tania akhirnya membiarkan ruang tamu apartemennya dijadikan tempat rapat dadakan untuk Somi dan Ilham. Mereka duduk berjauh-jauhan. Somi bersamanya di atas sofa, sedangkan Gama dan Ilham di karpet. Candra sendiri sedang makan di meja pantry.

"Halah ngomongnya gitu terus! Kak Gama, bilangin ke dia, aku mau putus aja!"

Sontak, semua orang yang mendengar itu langsung menahan napas. Pasalnya mereka nggak pernah mengira kalau kata-kata terlarang itu bakal keluar dari mulut Somi.

"Somi! Ngomong apa sih?!"

"Apa? Kenapa? Nggak suka?!"

"Kalo ngomong yang bener! Dipikirin dulu!"

Gama berdecak, kemudian mengetuk permukaan meja. "Ngomongnya santai aja dong. Bini gue lagi bunting!"

"Kak Ilham deluan!"

"Aku aja terus yang salah!"

Tania menghela napas pelan. Dia mengusap perutnya yang sudah membesar, kemudian memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.

Ini kalau dia nggak ingat sedang hamil, sudah Tania tendang orang-orang itu agar keluar dari apartemennya.

"Ilham ngapain sih emang? Soal kating yang waktu itu?" Tania bertanya pada Somi dengan lembut.

"Iya, kak Tania ingat kan yang waktu itu aku cerita? Aku nggak ngerti gimana jalan pikir mereka. Seminggu aku nggak dapat kabar apa-apa dari dia, nggak taunya lagi mainan di Bogor sama cewek itu!"

"Nggak sama Fani doang, Som! Gue rame-rame!!"

"NGAPAIN SIH SEBUT NAMANYA SEGALA?! DI PIKIR AKU MAU PEDULI?!"

Merasa kalau akan sia-sia saja bicara dengan Somi, akhirnya Ilham menatap Tania dengan sorotan mata penuh harap.

"Tan, lo percaya kan sama gue?"

Tania menatapnya datar. "Gue aja nggak tau alesan lo nggak ngehubungin Somi selama seminggu."

Skakmat.

Harusnya itu jadi situasi yang menegangkan, tapi karena suara tawa Candra yang melengking hingga membuat telinga sakit, suasananya jadi agak berwarna.

"Untung gue banyak duit, Ham. Jadi nemenin lo ngejar Somi ke Malaysia doang bukan masalah besar. Tapi malu ah, masa jauh-jauh ke sini cuma buat dipergokin selingkuh?"

Ilham melotot. "SIAPA YANG LO BILANGIN SELINGKUH?!"

Gama kesal dengan suara nyaring Ilham, jadi dia menggeplak kepala temannya. "Suaranya!"

Gama kemudian menatap Tania. Kata dokter, Tania tuh nggak boleh banyak pikiran apalagi kecapean. Tahu sendiri bagaimana kondisi tubuhnya, serta janinnya.

Tania masih bertahan meski hampir mati karena dipukuli. Begitu juga janinnya yang tetap bertahan meski sudah pernah mau digugurkan, dan terkena dampak dari serangan fisik ibunya.

Gama kalau lihat Tania, bawaannya pengen nangis. Beruntung banget dia dikasih perempuan sekuat Tania.

"Sayang, kamu masuk kamar aja. Biar aku usir mereka." Ucap Gama, membuat Tania menggeleng.

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang