35. Panglima Perang dan Prajurit Hebat

1.7K 158 61
                                    


bacanya pelan-pelan, di nikmati, di mengerti, dan semoga disukai. hehe.


*


"Happy birthday to you... Happy birthday to you... happy birthday Mommy.... happy birthday to you..."

Lilin dengan angka 25 itu mati setelah gue meniupnya. Tepuk tangan dan senyuman lebar orang-orang yang membawa kue itu membuat gue hampir menangis. Tahun ke-7 kami, dengan umur gue yang sudah ke-25 tahun.

"Happy birthday mommy! I love you!"

"I love you more, prince."

Namanya Jovan Gamaliel Aditama. Mungkin kalau dia nggak galak, gue nggak akan percaya kalau Jovan anak gue. Dibandingkan begitu, dia betul-betul mirip Papanya. Wajahnya, pintarnya, dan manjanya dia ke gue.

"Selamat ulang tahun, sayangku."

"Makasih-"

"Harus pake sayangku juga."

Gue langsung mengalihkan pandangan, kemudian mengambil alih kue tadi untuk dibawa ke dapur. "Oke, siapa yang mau kue??"

"Ish, jahat!"

Namanya Gama Jovandra Aditama. Mungkin dia anak ke-dua gue. Bercanda. Tapi serius, Gama dan Jovan kadang ngebuat gue kayak ngurus lebih dari lima anak.

"Ma, tebak Jovan punya apa??"

"Apa tuh?"

"Taraa!" Jovan memberikan sebuah kertas. "Ulangan matematika Jovan. Akhirnya Jovan berhasil dapet lima puluh!"

Gue langsung tersedak, kemudian melotot.

"Be-berapa?!"

"Lima puluh! Waktu itu pas Jovan sakit, kan, Mama nyuruh nurunin nilai Jovan setengahnya. Kalo dipikir-pikir, iya juga... Jovan bosen dapet seratus."

Jovan mirip Papanya. Mereka tipekal orang-orang pintar, namun lemah jika sudah terlalu fokus. Seringkali sakit apabila terlalu banyak belajar. Untuk beberapa hal, gue bersyukur sebab Jovan nggak mirip gue- meski kalo boleh diadu, Jovan pasti bakal ngotot kalo dia lebih suka di bilang mirip gue dibandingkan Gama.

"Mom, Jovan nggak bisa pindah kelas aja?"

"Kenapa memangnya?"

"Nggak asik, Jovan nggak punya teman."

Gue membawa kue yang sudah dipotong untuk kembali ke ruang keluarga. Jovan mengikuti.

"Kamu yang nggak mau temenan sama mereka."

"Kenapa sih, Kiana nggak ikut pindah aja?"

Lagi. Kayaknya nggak pernah sehari aja Jovan nggak menyebut nama gadis itu. Kiana Tan- anak kakaknya Candra. Kalo tau Jovan jadi sebucin itu sama Kiana, mungkin gue akan lebih memperhatikan kedekatan mereka.

Bisa dibilang, kakaknya Candra tuh bosnya Gama. Pengusaha real estate. Gama beberapa kali dapat proyek dari sana. Karena pekerjaan itu juga, kami sering pindah-pindah.

Tahun ini kami di Bali.

"Jovan pengen ke Jakarta, Ma. Pengen bareng Kiana."

Jakarta....

"Nanti aja ketemu Kiana tunggu dia ke Surabaya, Van. Natal kan kita ngumpul bareng." Gama menimpali, membuat gue semakin terdiam.

"Kenapa Mama sama Papa nggak pernah mau ke Jakarta??"

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang