15. Kiara Sakit

686 119 13
                                    

Rasanya senin datang dengan begitu cepat. Gama bahkan tidak punya cukup waktu untuk tidur yang berkualitas karena lagi ambis-ambisnya. Dikarenakan mood belajarnya sedang naik, juga persiapannya harus matang untuk kuliah di luar negeri, Gama merelakan jam tidur berharganya.

Niatnya hari ini ingin bolos saja dan tidur di apartemen, namun begitu ingat kalau ini hari senin dan berarti ia akan mengajar Tania, Gama jadi semangat sekolah.

"Gam, bangun."

Maksudnya semangat sekolah saja, bukan ikut pelajarannya.

Gama sudah mual jika harus menerima semua materi guru di kelas. Sudah cukup semua pelajaran yang ia pahami sejak semalam suntuk. Ia datang ke sekolah hanya bentuk formalitas saja, jadi waktu senggangnya akan digunakan tidur.

Namun Mark menginterupsi mimpi indahnya. "Apaan sih?!"

"Liat nih."

"Hah?" Gama menyipitkan mata sewaktu Mark meletakkan layar ponsel ke depan wajahnya. "Apaan?"

"Bangun dulu. Coba liat, ini Ara kenapa?"

Meski malas, Gama tetap membuka matanya dan mengambil ponsel Mark. Di layar itu terdapat update-an terbaru Lia. Hanya sebuah foto bertemakan rumah sakit, dengan punggung tangannya yang di infus.

"Sakit kah?"

".... Mana gue tau."

"Kok nggak tau sih? Cewek lo nih!"

"Mark Gerald Serpara, ada yang bisa saya bantu?" Miss Evelyn menegurnya dari balik meja guru. Mark menoleh, lantas meringis.

"Nggak ada Miss.."

"Kalau gitu boleh bantu saya untuk tidak berisik di dalam kelas?"

"Tentu."

"Thank you."

Mark menoleh kepada Gama yang masih datar-datar saja memperhatikan layar ponselnya. Baru saja Mark mau memanggilnya, Gama langsung mengeluarkan ponselnya sendiri dari dalam laci, lalu pergi menuju meja guru.

"Miss, saya harus ke toilet sekarang."

Miss Evelyn menurunkan kaca matanya sampai ke pangkal hidung, lalu memperhatikan Gama yang memang nampak terburu-buru. Guru itu mengangguk sekenanya, kemudian terperangah saat Gama langsung berlari keluar setelah mendapat izin.

Gama menelan ludahnya saat ia berhasil menekan tombol telepon ke nomor Kiara. Laki-laki itu tetap berjalan melewati koridor demi koridor yang sepi.

"Halo?"

"Are you okay?" Tanya Gama cemas. "Sakit apa? Kenapa?"

"Nggak papa."

Rahang Gama mengeras. "Apanya yang nggak papa sampai masuk rumah sakit?! Kenapa gak ngabarin gue sih Ra??"

"Tante Airin bilang, gue sama lo harus selesai..."

"Terus?"

"Jadi gue nggak ngabarin lo kalau gue sakit."

"Ra--"

"Kenapa kita harus putus sih Gam?" Suara isakan Kiara mulai terdengar, membuat Gama merasa seperti laki-laki paling brengsek untuk saat ini. "Gue... nggak mau Gam. Gue nggak bisa. Apa lo sebenci itu sama gue?"

"Ra, dengerin gue. Lo sama siapa di sana?"

"Sendiri."

"Kenapa bisa masuk rumah sakit?"

"Makan es krim stroberi."

Langkah Gama memelan, ia mengeryit hanya untuk mencerna apa yang baru saja Kiara katakan.

GAMANIA | Jeno ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang