Coment yang banyak ya💚
🐰
"Nana—"
"Kalian disini aja, lanjutin makannya, biar Om yang urus" ujar Jeff membuat niat ketiganya berhenti dan hanya mengangguk patuh membiarkan Jeff berlari kearah yang sama dengan Nana tadi.
Jeff terdiam didepan toilet saat melihat putranya bersimpuh dilantai memegangi perutnya. Dia sedikit terlonjak kala Nana kembali memuntahkan isi perutnya, lalu Jeff mendekatinya, memijat tengkuk putra satu-satunya itu.
"Uhuk uhuk"
"Udah?"
Nana mengangguk lemah, semua badannya sakit-sakit ditambah perutnya yang tidak enak, dadanya sesak, tenggorokan sakit, dan hidung yang gatal membuatnya hanya bisa berseder pada dinding.
Jeff melihat wajah anaknya lebih lekat "Kuat jalan? Kita kerumah sakit"
Nana mengangguk kemudian menggeleng, Jeff sangat paham maksud Nana, maksud anaknya itu adalah iya dia kuat jalan, tapi tidak untuk rumah sakit. Jeff menghela napas lalu membantu Nana berdiri, baru saja hendak melangkah tapi tubuhnya sudah limbung membuat Jeff memeluknya lalu mengangkat tubuhnya dan dibawanya keluar lewat pintu samping tanpa merusak pesta hari ini.
Didalam mobil, Nana juga hanya diam, beberapa kali sempat berhenti untuk kembali muntah. Jeff tahu rasanya menyakitkan, karena dia sendiri juga pernah merasakannya, Nana memiliki alergi juga karenanya, menurun darinya.
Namun kali ini, setelah Nana kembali duduk bersandar pada jok, Jeff memberikan air mineral. Dia mengambil tissue diatas dashboard lalu menyeka keringat Nana. Nana sendiri setelah minum, dia justru tidak bisa bernapas, seluruh oksigen yang masuk seakan tidak bisa keluar sebagai karbon dioksida. Wajahnya memerah membuat Jeff panik luar dalam.
"Tahan, sebentar lagi sampai" ujar Jeff seraya kembali melajukan mobil.
Nana hanya diam, tangannya meremas lengan ayahnya yang tidak ada di lingkaran stir mobil. Nana tidak pernah seperti ini sebelumnya, jika dia tidak sengaja makan, pasti nanti hanya akan mengakibatkan ruam dikulit, juga mual dan muntah saja, tidak pernah sampai tidak bisa bernapas seperti ini. Dia tidak bisa menghirup udara membuatnya semakin sesak, seluruh tubuhnya serasa mati rasa.
Jeff merasakannya, sakit pada tangannya yang diremas oleh Nana. Tetapi remasan itu mulai memudar membuatnya menoleh "Nala? Jangan tutup mata!"
Tidak ada jawaban, pegangan tangan Nana ditangannya juga melonggar membuat Jeff panik seketika "Nala jangan bercanda, jangan tutup mata atau Papa marah!!!"
"Nala!!"
*
"Dia makan terlalu banyak membuat alerginya bereaksi sepert itu. Tetapi jangan khawatir, dia baik-baik saja. Tolong lain kali lebih diperhatikan lagi makanannya, karena pernapasan juga pencernaannya terganggu oleh itu. Saya permisi"
Jeff mengangguk kemudian menatap bagaimana putranya terbaring di brankar UGD, anaknya itu masih menggunakan kemeja putih dan jas hitam, hanya saja dasinya sudah dia lepas waktu hendak pergi dari rumah Reno.
"Huh,,, tenang, jangan panik, dia nggak apa-apa. Lagian makan kok nggak cari tahu dulu itu apa"
Jeff medekatinya lalu menyentuh tangan Nana yang terdapat infusnya itu, akan dia cium namun gagal karena ponselnya berdering pertanda panggilan masuk.
"Unny,,, tumben"
Jeff menerima panggilannya "Hal--"
"Koe ki piye toh, Le"

KAMU SEDANG MEMBACA
ÁRROSTOS
Teen Fiction"Lah bos dari tadi baru sadar? Nala tuh dari tadi siang demam. Bos ini jadi ayah harusnya peka, bukan pekok" Jeff tahu jika anak hanya titipan dari Tuhan, tetapi Jeff ingin jika titipan itu tidak akan pernah diambil oleh siapapun, Jeff ingin titipan...