02; Dýo

4.5K 451 61
                                    

Nana memandang seluruh kursi kosong didepannya, juga kursi yang biasanya dipakai ayahnya untuk duduk makan. Setelahnya dia membuang napas pelan "Bi,,,"

Bi Linggar segera menghampiri tuan mudanya "Iya? Aden butuh sesuatu?"

"Hmm" Jaemin mengangguk kemudian dagunya mengisyaratkan Bibi untuk duduk disebrangnya. Bi Linggar terlihat tak enak hati membuat Nana mendegus "Duduk, Bi!"

"Tapi--"

"Ini perintah!!"

Bi Linggar akhirnya dengan berat hati duduk didepan Nana yang kini menjauhkan piringnya padahal baru saja tiga suapan. Bi Linggar hanya menghela napas, itu tuan muda dikasih makan enak nggak dimakan, lah gimana kalau cuma dikasih orek tempe sama telur dadar doang?

"Aku mau nanya, dan Bibi harus jawab jujur!"

"Aden mau nanya apa?"

"Ceritain gimana dulu aku lahir sampai Mama meninggal!"

Napas Bi Linggar tertahan sejenak mendengar penuturan Nana barusan, cerita tentang kematian ibunya?

"Ayo, Bi! Aku anaknya, aku mau tahu!"

Kalau sudah begini apa yang bisa dilakukan oleh seorang pelayan kepada tuannya selain bercerita, karena tugasnya disini adalah melayani apapun yang tuannya inginkan. Jadi Bi Linggar sedikit tersenyum dulu kepada Nana.

"Dulu, ketika ada kabar Ibu hamil, semuanya bahagia. Termasuk Papanya Aden, karena bagaimanapun, baik dari keluarga Mama dan Papa, mereka anak tunggal menjadikan hanya Mama saja harapan mereka. Ibu selalu dijaga oleh semua orang, Bapak juga lebih sering dirumah. Waktu itu semuanya bahagia menunggu Aden keluar, bahkan saking bahagianya, Ibu tidak mau di USG dan biar saja jadi kejutan, laki-laki atau perempuan nantinya. Jadilah Ibu memanggil janinnya dengan Nana, karena Ibu tidak tahu janin itu berjenis kelamin apa"

Nana diam, sepertinya ada sesuatu dibalik semuanya. Tidak mungkin semulus itu.

"Sampai tanggal tiga belas agustus, pagi-pagi sekali Ibu sudah kesakitan. Bapak dengan cekatan membawa Ibu kerumah sakit, tetapi Aden nggak mau keluar. Aden betah didalam perut Ibu, kenapa? Anget ya?"

"Iya, anget banget. Nyaman"

Bibi terkekeh "Sampai siang pun, Aden nggak keluar yang membuat dokternya punya pilihan untuk oprasi. Yang akhirnya dilakukan juga karena Aden harus keluar supaya Ibu jiga tidak sakit lagi--"

"Terus Mama meninggal karena oprasinya gagal?"

Bibi menggeleng "Aden kebanyakan nonton sinetron, Ibu meningal satu minggu setelah Aden lahir. Bahkan waktu itu Aden masih didalam inkubator"

"Kenapa Mama meninggal?" Nana bertanya semakin berhati-hati.

"Ternyata Ibu mengidap penyakit yang disembunyikan dari siapapun"

"Mama sakit? Sakit apa?"

"Leukemia"

Mata Nana membulat sempurna "Sama aja Mama meninggal karena aku!!" ujarnya sedikit menaikkan nada suaranya.

"Aden, nggak seperti itu--"

"Terus gimana? Mama meninggal karena nggak boleh minum obat, Bi. Karena aku diperutnya, kalau aku nggak ada Mama bakalan sembuh!" Nana berdiri dan beranjak meninggalkan ruang makan. Dia keluar rumah.

Ketika didepan pintu utama, Jeff ingin masuk, tetapi Nana menabraknya dari dalam membuat Jeff terhuyung? Tentu saja tidak, justru Nana yang sedikit terpental.

"Mau kemana?"

"Minggir!!" Nana menerobos tubuh Jeff.

"Kaosan gitu doang?"

ÁRROSTOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang