09; Ennéa

3.3K 363 47
                                    

Coment yang banyak ya💚














🐰

Nana mendengus kesal saat sudah tiba didepan kediaman Rhea, beberapa saat yang lalu Rhea justru menelponnya dan langsung mengatakan 'Nala, tunggu bentar ya, aduh toilet gue mampet' begitu dengan entengnya. Nala sih hanya menghela napas sabar, tapi dlam hati bisa dikatakan sudah sangat geram dan seolah mengatakan; Ya kalo WC lo mampet apa urusannya sama gue, anjing. Lagian otak lo juga mampet!

Nana hanya diam menatap gelapnya malam itu pada jejeran rumah yang ada di komplek perubahan elite Rhea, ini sedikit sama seperti area perumahan miliknya, tetapi Nana itu hampir tidak mempunyai tetangga, jarak antara rumah satu dengan yang lainnya sangat jauh oleh halaman rumah tersebut, baik halaman depan, belakang, dan samping rumah pasti ada taman atau setidaknya lahan kosong untuk lapangan bermain. Nana saja tidak kenal dengan tetangganya sendiri.

Saat masih menerawang itu semua, Nana dikejutkan oleh suara berat seseorang "Mas,,,"

Dia menoleh, ternyata ada pak security yang sudah berdiri didekatnya "Iya?" jawabnya sopan.

"Mau masuk dulu? Didalam ada keributan"

"Nggak deh, justru ada keributan makanya saya nggak harus masuk"

"Tapi sepertinya Mas dibutuhkan deh"

Alis Nana menyatu "Kenapa gitu?"

"Jari tangan Mas-nya panjang, kecil-kecil lentik gitu, jadi itu berguna banget"

"Emang keributan apaan sih, Pak?"

"Cincin Mbak Rhea jatuh kedalam selang wastafel"

"Katanya toilet mampet, gimana sih?"

"Ya toilet udah beres, sekarang cincin yang jatuh"

*

"Biasa aja dong, nggak usah sewot gitu. Kalau nggak ikhlas tuh bilang!" gerutu Rhea saat tangannya masih sibuk membalut jari telunjuk Nana yang terluka akibat membantunya mengeluarkan cincinnya tadi dirumah.

"Sok banget lo pake cincin"

Rhea terkekeh dan menggeleng beberapa kali kemudian menatap Nana yang masih memasang wajah sangat datar "Lo pasang mimik muka dong, Na! Biar gue tahu lo kesakitan apa nggak, kalo datar aja kan gue nggak tahu"

Nana sekilas melirik Rhea kemudian pandangannya jatuh pada jarinya yang masih dieksekusi oleh Rhea "Nggak sakit" ujarnya.

"Gue tahu" Rhea mendongak menatap wajah Nana "Karena yang sakit disini" dia melanjutkan seraya menunjuk letak hati Nana pada dada cowok itu dengan telunjuknya "Benar, kan?"

"Lo tahu banyak tentang gue"

"Nggak juga, gue cuma tahu kalau lo itu Nala"

"Nala, ada banyak Nala di Indonesia"

"Nala yang tidak sempurna, Nala yang keras kepala, Nala yang mencoba damai dengan hati dan kenyataan"

Nana terdiam mendengar jawaban dari Rhea barusan, kemudian keduanya saling diam lama sampai Rhea sudah membalut luka Nana dengan baik dan benar. Dia kemudian membuang sisa pembalut lukanya pad tempat sampah terdekat. Kedua anak itu kini berada ditrotoar jalan dari apotek membeli obat dan hendak pergi makan malam.

Nana berdiri akan menaiki motornya, tetapi seruan Rhea membuatnya berhenti berjalan "Apa?" tanyanya.

"Gue yang bawa"

"Bawa apaan?"

"Motor lo"

"Ha?? Nggak ada, nggak!!"

ÁRROSTOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang