Di part sebelumnya aku nulisnya 'Kalau bisa' loh ya, hehe.
Nungguin kan? Iyalah, iya dong💚 (Kepedean amat)
Happy reading💚
🐰
Dua jam berlalu, dua jam pula Nana tak melepaskan pantatnya dari kursi belajarnya. Hari ini dia pulang dari rumah sakit dan jika Tuhan menghendaki lusa dia akan berangkat. Tangannya masih terdapat bekas infus ketika di menggunakannya untuk mengambil pensil lagi, sudah tiga pensil ia patahkan dalam waktu dua jam dia duduk pada kursi itu, didepannya lembaran-lembaran kertas HVS sudah tercoreti banyak tulisan, di tidak menulis apapun dan berpikir dua kali untuk menulis.
Yang Nan tulis hanyalah lirik dari lagu yang sudah ia dengarkan dua jam belakangan, lagu yang sama terputar selama dua jam, pikiran Nana tidak ada disana, hanya raga yang menolak jiwa.
I wonder if you're thinkin', "Is she alright all alone?"
Nana menghirup udara sebanyak yang ia bisa ketika lagu mulai kembali pada pikirannya tepat pada lirik yang menyakitkan baginiya.
I wonder if you tried to call but couldn't find your phone
Have I ever crossed your thoughts because your name's all over mine?
Satu nama yang Nana sebut dalam hati; Jevano. Dia merindukan cowok bermata sempit itu yang jika dia sedang sakit pasti mengomel seharian penuh tanpa henti.
A moment in time, don't watch me cry.
I'm not crying 'cause you left me on my own.
Tidak, dia tidak sendiri, kan? Banyak yang peduli padanya, kan?
I'm not crying 'cause you left me with no warning.
Disini dia yang akan meninggalkan, bukan? Dada Nana serasa baru saja terkena tusukan duri dalam daging, tak terduga, awalnya sangat nyaman tetapi berakhir menyakitkan.
I'm just crying 'cause I can't escape what could've been.
Nana mengangguk beberapa kali disertai air mata bercucuran berjatuhan melewati garis rahangnya dengan tangan melepaskan genggamannya pada pensil tersebut, tangan itu terkepal kuat lalu terangkat untuk memukuli dadanya. Kini nama yang terputar dalam benaknya justru Rhea, lekuk wajah gadis itu, harum rambut juga sentuhan lengannya yang melingkar dipinggangnya terasa begitu menyakitkan.
Are you aware when you set me free?
Déjà vu, Nana seolah kembali terlempar pada hari dimana dia oprasi karena cidera yang dialaminya beberapa tahun yang lalu. Setelahnya ingatan dimana Jevano duduk didipannya menggenggam tangan dinginnya dan berjanji padanya untuk menjaganya lalu dirinya mengangguk juga berjanji pada sahabatnya itu jika sakit akan berbicara kembali muncul. Lalu ingatan dimana dirinya, Reno, Jevano, dan Haekal dengan isengnya mematikan lift di salah satu mall keluarga Adiwalnya, lalu mereka berkejaran dengan satpam yang berjaga kembali muncul.
Oh, it's harder when you can't see through their thoughts.
Nana menggeleng dan kepalan tangan itu dengan nyalang dia arahkan pada meja membuat suara khas meja diadu dengan kepalan tangan kuat lelaki menggema seluruh kamarnya, setelahnya Nana mengelus dadanya yang rasanya sesak bukan main. Kini Nana teringat akan segalanya, bagaimana Sam sekarat karena terlibat dalam rencana penyelamatan yang Felix buat, bagaimana Rhea hampir ia tabrak, bagaimana dia berjuang sendirian setiap minggu dirumah sakit, bagaimana Papa yang tak pernah ada untuknya lalu tiba-tiba seorang wanita cantik datang dalam hidupnya yang ingin dia panggil Mama. Semuanya kembali terputar, bahkan saat dimana dia dan ketiga sahabatnya tengah bermain di time zone, seru-seruan bersama, bernyanyi dan bermain gitar bersama kembali terputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ÁRROSTOS
Roman pour Adolescents"Lah bos dari tadi baru sadar? Nala tuh dari tadi siang demam. Bos ini jadi ayah harusnya peka, bukan pekok" Jeff tahu jika anak hanya titipan dari Tuhan, tetapi Jeff ingin jika titipan itu tidak akan pernah diambil oleh siapapun, Jeff ingin titipan...