Nana mandi, iyalah mandi masa sejak pagi tadi nggak mandi terus ada kesempatan mandi kenapa nggak?
Setelah keluar dari kamar mandi, dia memgambil ponselnya diatas nakas kemudian menelpon Jevano.
"Hallo?"
"Tas gue masih dikelas, bawain!"
"Gue anter kerumah"
Tut tut tut
Nana segitunya, bukannya bilang makasih dulu gitu malah langsung dimatiin. Untung Jevano udah kebal.
Setelah itu seragamnya sudah berganti dengan kaos, dan celana pendek dia merebahkan dirinya pada ranjang. Salah satu tangannya dia gunakan untuk menutup dahinya dan mulai memejamkan mata.
Tetapi baru saja terpejam, pintu kamarnya itu kembali terbuka. Nana mau tidak mau membuka matanya kembali. Dia sedikit terkejut melihat pria memakai jas dokter masuk kedalam kamarnya. Nana mendudukkan dirinya "Om?"
"Kamu kenapa?"
Nana justru bingung sendiri dengan pertanyaan om dokternya "Aku kenapa emangnya?"
"Biar om periksa dulu. Tiduran lagi gih!"
Nana sebenarnya bingung ya, tetapi kata-kata, apalagi perintah dokter itu hukumnya wajib untuk di-iyakan.
Setelah memeriksa Nana, raut wajah Ken terlihat aneh. Dia sedikit tersenyum kepada Nana "Kamu semalam nggak tidur?"
Nana mengangguk.
"Ikut om kerumah sakit yuk"
Nana kaget dong. Memangnya dia kenapa? Kenapa mesti kerumah sakit segala "Nggak usah, om. Kasih aku vitamin aja"
Ken sedikit bingung "Bukan gitu, Na. Ada sesuatu sama tubuhmu, harus periksa memastikan kalau om ini salah"
"Emang yang om lihat dari tubuhku apa?"
"Leukemia"
"What? Om jangan bercanda!"
"Makanya ayo kerumah sakit, om yakin kalau om salah. Ayo kita pastiin"
Nana berdiri dan mengambil jaketnya kemudian "Ayo, tapi ada syaratnya"
"Apapun bakal om turuti yang penting kamu kerumah sakit"
"Jangan kasih tahu siapapun"
"Tapi--"
"Kalau gitu nggak jadi"
"Oke"
***
"Besok ada murid baru cuy"
"Cewek apa cowok?" Jevano yang pertama menyahuti pernyataan Reno barusan.
Sore ini ketika ketiga remaja itu akan mengajak Nana untuk nongkrong, Nana justru menolak dan bilang nongkrongnya dirumahnya saja, jadilah mereka berempat kini sedang santai-santai macam kuda nil nggak ada kerjaan.
"Cewek"
"Kasihan ya dia"
"Kasihan kenapa?" Jevano dan Reno bertanya bersamaan akan maksud Haekal.
"Ya satu-satunya kursi kosong dikelas cuma kursi depan kalian kalian, yang artinya dia bakal duduk didepan Jevano disamping Somi"
"Kalau dia nggak aneh-aneh juga nggak bakal diapa-apain sama Nana. Lagian Somi nggak mungkin tinggal diam kalau Nana bertindak!"
"Seratus buat Reno"
Haekal dan lanjut bermain game di komputer Nana, Reno dan Jevano bermain lewat ponsel, sementara Nana sendiri kini hanya duduk di sofa dengan TV menyala dan gitar ditangannya tanpa memetik senarnya. Melihat itu, Jevano meng-paused game yang dia mainkan dan duduk disebelah Nana "Lo kenapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/247244707-288-k804717.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ÁRROSTOS
Teen Fiction"Lah bos dari tadi baru sadar? Nala tuh dari tadi siang demam. Bos ini jadi ayah harusnya peka, bukan pekok" Jeff tahu jika anak hanya titipan dari Tuhan, tetapi Jeff ingin jika titipan itu tidak akan pernah diambil oleh siapapun, Jeff ingin titipan...