Epilog (Revisi)

445 25 0
                                    

Tidak ada perpisahan yang lebih menyakitkan dari kematian, karena tak peduli seberapa kau merindu kau tak akan bisa kembali bertemu.

~~~

Semua makhluk hidup suatu saat akan bertemu dengan hari akhir. Sebab, dunia ini hanyalah sementara. Kamu hanya singgah sebentar. Semakin hari umur terus berkurang, semakin dekat pula dengan kematian. Tidak ada yang pernah tahu tentang hidup dan mati. Ajal tidak memandang usia, jenis kelamin, derajat, paras, serta lainnya.

Bukankah Setiap kelahiran pasti ada kematian dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan? siap tidak siap kamu harus belajar untuk menghadapinya.

Winda menangis didepan gundukan yang sudah penuh dengan taburan bunga , Ia memeluk batu nisan yang tercetak jelas nama 'Gavin Alvaro Pradiba' disana.  Bahkan Winda sudah tak memperdulikan baju putihnya yang kotor terkena tanah.

Baru saja kemarin ia mendapat kabar baik bahwa Gavinnya akan segera bangun namun hari ini ia dibuat tak percaya dengan kepergian Gavin untuk selamanya. Gavinnya tak bisa bangun lagi, ia sudah pergi, tepat dihari Anniversary mereka.

Kenangannya dengan Gavin terputar jelas dikepalanya yang membuatnya semakin menangis histeris.

Winda mencium batu nisan itu dengan isak tangisnya, ia meremat tanah kuburan Gavin.

Ia bisa mendengar suara tangis lain dibelakangnya dan merasakan beberapa usapan halus dipundaknya yang diberikan beberapa pelawat.

"Winda, pulang yuk sayang" ucap Sarah dengan suara paraunya mengajak Winda pulang, namun Winda tak menanggapi ajakan Sarah. Ia masih betah duduk disebelah makam Gavin.

"Ayo pulang win, ikhlasin Gavin" tambah Angel

"Aku gak mau ninggalin Gavin, aku mau nemenin Gavin disini" ucap Winda yang membuat semua orang yang masih berada disana merasa iba pada Winda

"Ikhlaskan dia sayang, dia sudah tenang disisi tuhan" Sarah masih berusaha membujuk Winda

"Pulanglah Win, Gavin pasti tidak suka melihat kamu menangis disini" Mira yang sedari tadi terdiam mulai angkat suara.

"Jangan menahannya Win, biarkan Gavin pergi dengan tenang, ia tidak akan tenang jika kamu masih belum bisa merelakannya seperti ini" lanjut Mira

"Tapi tan--"

"Pulang Win, ikhlaskan Gavin" potong Mira menatap sendu pada Winda yang masih terduduk disebelah makam anaknya itu.

Winda dibantu berdiri oleh Reza dan Sarah, dengan berat hati Winda perlahan melangkah pergi meninggalkan makam Gavin, diikuti keluarga lainnya.

Didalam mobil Winda menatap kearah area pemakaman,

"Aku mencintaimu" bisik Winda sampai akhirnya mobilnya benar benar keluar dari area pemakaman.

~~~

1 minggu sudah kepergian Gavin kepangkuan tuhan, selama itu juga Winda tak pernah keluar dari kamarnya. Ia mengurung diri dikamar, tak seorang pun diizinkan masuk ke kamarnya. Bahkan ia hanya keluar saat mengembalikan nampan makanannya, itupun didepan pintu atau bahkan terkadang Winda tidak mengambil makanannya.

Dear Gavin || Bright Vachirawit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang