Part 25 (revisi)

286 18 2
                                    

rasa sakit yang paling sakit adalah ketika seseorang membuatmu teramat istimewa kemarin, dan membuatmu begitu tak diinginkan sekarang.

~~~

"Aku mau kita putus"

DEG

4 Kata yang diucapkan cowo yang duduk didepannya itu membuat Winda terdiam,

"Haha. putus? kamu bercanda kan?" Winda bertanya dengan nada bergetar menahan tangis. Hatinya seperti ingin mencelos keluar. Ia berharap Gavin hanya bercanda dan segera menarik ucapannya itu.

"Aku serius" Gavin menjawab dengan nada dingin dan muka datar. matanya menatap tajam kearah Winda. Tatapan itu adalah tatapan pertama kali yang Winda dapatkan saat mereka bertemu.

"G-gak mungkin, kamu cuma bercanda kan?" Winda masih berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah sebuah candaan.

"K-kamu gak mungkin pu-putusin aku, karena kamu itu cinta sama aku. Kam--kamu janji kalau kita bakal terus sama sama, kamu gak mungkin ninggalin aku" Tangisan Winda semakin histeris

Gavin tak bergeming sedikitpun, ia tetap duduk tenang dikursinya dan menatap Winda dingin.

"Aku gak mau putus vin!"

"Terserah kamu, lagian aku juga sudah punya calon tunangan"

"Tu-tunangan? siapa vin? apa cewek yang bernama Reina Reina itu ha?"

"Kalau iya kenapa?"

"Gak mungkin, bilang Vin kalau semua ini cuma bercanda, bilang kalau kamu gak serius sama omongan kamu!" Winda semakin histeris bahkan beberapa pengunjung cafe mulai memperhatikan keduanya.

"Kita putus, hubungan kita udah selesai, gak ada yang perlu dibahas lagi, apa kurang jelas?" Gavin bekata dengan nada tenangnya

"Tapi kamu cinta sama aku vin!"

"Siapa bilang? kamu pikir selama ini aku serius dengan hubungan ini?, aku dari awal emang cuma kasihan sama kamu"

Plak

Satu tamparan lolos mengenai pipi mulus Gavin, tangan Winda bergetar sesaat setelah selesai menampar Gavin. Dadanya naik turun mengontrol nafas yang tersenggal akibat tangis, dan menahan emosi

"Aku benci sama perpisahan kita yang ternyata semenyakitkan ini, aku benci dengan hati ini yang mencintai kamu dengan tulus. Aku pikir hadirmu akan selalu ada namun nyatanya hanya sementara. Kenapa kamu pergi disaat hati ini terbiasa, disaat aku merasakan bahwa hadirmu begitu berharga?!" Winda memukul mukul dada Gavin

"Terima kasih telah memberiku rasa paling menyakitkan. Pada akhirnya semua janji yang kamu bilang ke aku itu cuma omong kosong belaka."

"Dan semoga kamu sama Reina bahagia"

"Terimakasih atas doanya" jawab Gavin enteng, ia tak menunjukan rasa bersalahnya sedikitpun.

Winda pergi meninggalkan Gavin yang masih duduk dikursinya dengan tenang, dipintu keluar ia berpapasan dengan Reina. Winda menatap Reina dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu ia melanjutkan jalannya dengan buru-buru.

Dear Gavin || Bright Vachirawit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang