Seperti yang Alfa katakan di kertas sore tadi,Nara bersiap untuk pergi menemui laki-laki itu. Setelah banyak pertimbangan yang Nara pikirkan,gadis itu memilih untuk mengikuti ucapan Leon. Nara memerlukan jawaban. Dan itu hanya akan ia dapatkan jika malam ini dirinya bertemu dengan Alfa. Perihal menyakitkan ataupun tidak kenyataan yang akan Nara dapatkan nanti,setidaknya Nara tidak terus berada di posisi yang semu. Nara tidak akan lagi dibuat bingung oleh keadaan.
Nara hanya perlu menunggu seseorang yang akan menjemputnya,seperti apa yang dikatakan Leon. Jujur Nara belum sepenuhnya siap jika nanti dihadapkan kenyataan yang tidak dia harapkan. Apa Nara akan mendengar pernyataan dari Alfa kalau laki-laki itu ternyata sudah mempunyai pacar? Atau Alfa akan mengatakan kalau yang terjadi di antara mereka berdua hanyalah permainan? Entahlah,Nara tidak ingin menduga-duga yang membuatnya semakin resah.
Tin!
Nara membuka tirai jendela kamarnya,ada mobil yang sedang berada di depan rumah Nara. Sepertinya itu seseorang yang Leon katakan. Nara menutup tirainya kembali,bergegas untuk keluar rumah.
"Masuk,Ra." Orang itu berkata dari dalam mobil dengan kacanya yang sedang terbuka.
"Jadi lo yang jemput?" kata Nara setelah dirinya sudah duduk di dalam mobil,di samping Dipta. Ternyata seseorang yang menjemputnya adalah Dipta,teman Alfa.
"Iya, gue kan orang yang paling dipercaya sama Alfa," katanya dengan penuh bangga.
Nara terkekeh. "Kok tumben bawa mobil?" tanya Nara.
Dipta belum menjawab. Laki-laki itu masih mengemudikan mobilnya dengan fokus.
"Percaya ngga kalo ini kemauan Alfa?" Dipta balik bertanya.
"Maksudnya?"
"Alfa yang minta gue buat jemput lo pake mobil."
Nara mengerutkan dahinya. "Kenapa emangnya? Biasanya juga pake motor terus."
"Ciee.. ternyata lo udah sering dianter jemput sama Alfa. Pantesan akhir-akhir ini kayaknya dia rajin banget buat modif motornya."
"Engga juga! Cuman berapa kali kok," sergah Nara.
"Sama aja," kata Dipta.
"Lo belum jawab pertanyaan gue," ucap Nara.
"Yang mana? Gue lupa," kata Dipta sambil tertawa. Atau mungkin hanya pura-pura tertawa.
"Kenapa harus pake mobil jemputnya?"
"Kan gue udah bilang,Alfa yang minta."
"Ya tapi kenapa?" Nara masih ingin mendengar alasannya.
"Gue ngga tau. Dia cuman bilang harus jemput lo pake mobil. Ya gue turutin,mana berani gue ngga ngelakuin perintah si bos. Bisa dibunuh gue," kata Dipta sambil bergidik ngeri ketika mengucapkan kalimat akhirnya.
Terjadi keheningan sesaat. Nara tidak bertanya lagi. Sepertinya Dipta memang benar-benar tidak tau alasannya.
"Mungkin Alfa ngga mau lo kedinginan. Anginnya emang lagi dingin banget," kata Dipta.
Nara menoleh ke arah Dipta. Mendengar penuturan cowok itu membuat Nara kembali berpikir. Tentu saja bayangan Alfa yang kembali muncl dalam pikirannya. Laki-laki itu memang sangat pintar membuat Nara terjebak dalam pikirannya sendiri.
"Emmm.. lo tau kenapa Alfa ngajak gue buat ketemu?" tanya Nara.
"Gue tau."
"Beneran?" tanya Nara sangat bersemangat.
Dipta mengangguk. "Tapi gue ngga boleh kasih tau."
Nara membuang napasnya pelan. "Kenapa sih ngga ada yang mau kasih tau gue?" gerutu Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Teen FictionAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...