21.Kesepakatan

3.6K 205 6
                                    

Sore ini Nara sedang berada di sebuah Cafe yang berada tidak jauh dari sekolah. Seperti bisa,dia akan menemui seseorang yang sudah setahun ini selalu ditemuinya di tempat itu. Baru beberapa menit yang lalu seseorang yang ditunggunya mengirimkan pesan kalau dia harus sedikit terlambat karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Nara memakluminya. Bahkan sangat.

Gadis itu sama sekali tidak merasa kesal ataupun marah. Dia cukup menikmati susana Cafe yang ramai di jam-jam seperti sekarang. Banyak sekali anak muda seperti dirinya yang berada di sana. Memang tempat tersebut cukup terkenal di kalangan remaja. Tempatnya yang nyaman menjadi salah satu faktor utama mengapa Cafe tersebut disukai para pengunjung.

"Maaf Ra,telat," ucap seseorang yang baru saja duduk di hadapan Nara.

"Santai aja kak. Aku tau Kak Bagas kan sibuk," balas Nara disetai nada bercanda.

"Hahaha biasa aja kok. Cuman ada sedikit urusan aja tadi."

"Oh iya mending pesen minum dulu Kak. Kasian baru dateng keliatan capek gitu."

"Biasa lah Jakarta. Macet di mana-mana. Capek nunggu macet sebenernya."

Kurang lebih satu jam Nara berada di sana bernama seorang lelaki yang Nara panggil dengan sebutan 'kak'. Keduanya sudah sering bertemu seperti ini. Di tempat yang sama. Walaupun terkadang mereka memilih berganti tempat karena bosan mengunjungi Cafe itu puluhan kali.

"Jadi gimana,Ra? Udah ada kemajuan?" tanya Bagas.

"Kayaknya belum deh," jawab Nara agak ragu.

Bagas mengangguk paham."Di rumah gimana?" tanyanya lagi.

"Masih sama. Kadang ada aja masalahnya."

"Sabar dulu. Aku tau kamu pasti bisa ngelewatinnya. Ngga lama lagi semuanya pasti bakal baik-baik aja."

"Aku udah mulai kebiasa kok. Satu tahun cukup buat aku beradaptasi. Suasa baru,masalah baru, kebiasaan baru. Semuanya udah buat aku mulai terbiasa."

Terdengar ada luka yang terselip dari setiap kata yang diucapkan Nara. Bagas paham itu. Satu tahun pertemuannya dengan Nara sudah membuat laki-laki itu mengenali gadis tersebut. Nara selalu berusaha terlihat biasa saja dari semua yang menimpanya.

"Kamu tau kan harus kemana saat semuanya ngga baik-baik aja?" bukan pertanyaan tujuan utama Bagas. Dia sudah tau Nara pasti mengetahui jawabannya. Memberi dukungan. Itu tujuan sebenarnya.

"Selalu tau," jawab Nara yakin disertai senyuman di bibirnya.

"Aku ngga bakal kemana-mana. Kamu boleh datang kapan aja," ucap Bagas,tulus.

"Aku ngga bakal bisa berenti bilang terimakasih sama Kak Bagas."

"Ra,aku ngga butuh terimakasih kamu. Aku denger semuanya baik-baik aja itu udah lebih dari cukup."

Sangat baik. Itu kata-kata yang selalu tersebesit di pikiran Nara setiap kali bertemu laki-laki itu. Entah bagaimana lagi Nara mengungkapkan betapa bersyukurnya dia bertemu seseorang seperti Bagas. Laki-laki yang tidak pernah meninggalkannya di situasi tersulit dalam hidupnya.

"Aku beneran ngga tau harus gimana lagi Kak. Kak Bagas udah baik banget sama aku. Aku ngga bisa bayangin kalo aku ngga ketemu Kak Bagas waktu itu."

Laki-laki berpakaian rapih itu hanya tersenyum simpul."Semua orang pasti butuh orang lain di dunia ini. Aku juga butuh kamu,Ra. Bukan cuman kamu yang berpikir kamu yang butuh aku. Aku juga seneng banget bisa ketemu kamu. Aku ngga pernah menganggap aku ini satu-satunya penopang buat kamu. Percaya sama aku. Banyak orang di luar sana yang pasti akan ngelakuin hal yang sama kalau mereka ada di posisi aku yang sekarang."

ALFA'S QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang