Gerombolan murid laki-laki terlihat berlarian di sepanjang lorong sekolah dengan seragam yang sudah tampak berantakan. Lorong yang sepi memudahkan mereka terus menghindari seseorang yang berjalan cepat cukup jauh di belakang mereka.
Mereka tidak memperdulikan teriakan orang itu yang mengisi suasana sekolah yang sunyi di jam pelajaran."SAGA! BERHENTI SEKARANG!" bentakan seorang wanita yang menusuk gendang telinga mereka tidak membuat keenamnya berhenti berlari.
"Aduhh capek gue," keluh Saga yang masih berlari. Posisinya yang berada paling belakang membuat dirinya terus-terusan mendapat teriakan guru yang memanggil namanya.
"BERHENTI ATAU SAYA KASIH KALIAN NILAI MERAH!" Bu Yanti teriak dari tempatnya berdiri. Nafasnya tersenggal-senggal akibat terus mengejar enam murid langganannya.
"Nah kan capek. Makanya duduk manis aja bu di kelas. Ngga perlu repot-repot ngejar kita," ujar Gavin yang sudah berhenti berlari. Alfa,Dipta,Leon,Ian dan Saga pun menghentikan larinya dan mengatur nafas mereka yang juga ngos-ngosan.
"Bener,Bu. Biar sama-sama enak. Ibu duduk kita juga duduk," ucap Alfa.
"Iya kalian duduk! Duduk di kantin iya kan?!" sahut Bu Yanti dengan nada yang meninggi.
Guru satu ini memang sepertinya memiliki dendam kesumat dengan Alfa dan teman-temannya. Tidak pernah satu kalipun berbicara dengan nada yang halus dengan mereka sehingga Alfa merasa seperti anak tiri yang diperlakukan kasar oleh ibunya.
"Ibu suka buruk sangka terus sama kita. Kita cuman mau ke wc doang kok, iya kan teman-temanku?" Ian menaikkan kedua alisnya bergantian kepada teman-temannya.
"Najis anjir!" ucap Leon berbisik.
"Iya,Bu. Masa ke wc ngga boleh? Nanti kalo keluarnya di kelas gimana?" kata Leon
"Emangnya saya anak kecil gampang diboongin sama kalian?!" guru itu kembali menaikkan suaranya. "Ngapain ke wc rombongan segala? Mau arisan di sana?!"
"Namanya juga temen bu. Solidaritas,kemana-mana harus bareng. Kayak ngga pernah punya temen aja ibu," balas Alfa.
"Capek saya itu ngurusin kalian! Bolos lagi,kabur lagi,berantem lagi,telat lagi!" Bu Yanti mengabsen kejelekan mereka dengan mudahnya.
"Ibu apal banget sama yang jelek-jelek. Bagusnya juga disebutin dong bu," ucap Saga.
"Emang apa bagusnya kalian?! Saya berbicara apa adanya."
"Ganteng,Bu!" jawab mereka kompak.
"Itu poin yang paling penting," lanjut Dipta.
Bu Yanti menghela napas pendek. Matanya mengarah ke murid-muridnya bergantian. Sedangkan yang ditatap hanya cengengesan seperti tidak melakukan dosa.
"Oke saya bicara baik-baik. Sekarang kalian kembali ke kelas dan ikut pelajaran." Bu Yanti menunjukan senyum pura-puranya ditambah ucapannya yang lembut. Membuat Alfa dan teman-temannya justru bergidik geli mendengarnya.
"Emmm gimana ya,Bu. Tapi kita ke wc aja deh." Alfa berlari setelah mengatakan itu kemudian disusul teman-temannya yang ikut melarikan diri dari guru perempuan tersebut.
"ALFA!" Bu Yanti kembali mengejar mereka dengan langkah cepatnya. Jangan menyuruh guru itu untuk ikut berlari,karena tenaganya tidak sekuat ketika muda dulu.
Alfa berlari paling depan tanpa tujuan. Yang terpenting terbebas dulu dari guru yang membencinya itu. Di ujung lorong, Alfa dapat melihat seorang perempuan dengan buku tulis di tangannya. Murid perempuan tersebut juga dapat melihat Alfa yang sedang berlari ke arahnya.
Semakin dekat, dan HAP!
Alfa menarik tangan murid itu dan membawanya ikut berlari. Kejadiannya begitu cepat sehingga gadis itu terkejut menyadari tangannya sudah ditarik oleh Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Roman pour AdolescentsAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...