Nara,Lova dan Nadin sedang berjalan di sisi lapangan menuju gerbang sekolah. Banyak murid-murid yang beraktivitas di lapangan outdor SMA Dirgama. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, sehingga lapangan penuh dengan anak-anak yang mengikuti kegiatan yang memang biasa dilakukan di lapangan.
Saat ini,Nara hanya bersama dua temannya,karena hari ini Sara ada jadwal ekstrakurikuler dance di gedung sekolah.
"Girls,nanti sore nonton yuk,ada film bagus banget. Gue udah lama nungguin film ini tayang," ucap Nadin penuh antusias sambil memegang pundak Nara dan Lova.
Nara dan Lova yang terkejut karena tindakan Nadin pun menghentikan langkahnya. Cuaca siang ini cukup panas,apalagi posisi mereka yang sedang di area lapangan yang terbuka. Jelas panas matahari menyentuh tubuh mereka.
"Gue ngga bisa,lo kan tau nanti sore itu jadwal gue," jawab Nara seraya mengikat rambutnya karena merasa kepanasan. Orang-orang yang melihatnya merasa seperti mendapat air di tengah padang pasir yang panas. Tidak bisa dipungkiri,Nara memang terlihat sangat cantik ketika rambutnya diikat ke belakang.
"Yahh,masa lo ngga ikut,kurang seru dong," ujar Nadin dengan wajah memelasnya.
"Ya mau gimana lagi, lo kan tau ini penting buat gue. Gue ngga bisa kalo harus ngga dateng," balas Nara. Dia sebenernya juga sangat ingin pergi bersenang-senang dengan teman-temannya,tapi keadaan membuatnya harus mengubur keinginannya itu.
"Iya lagian kan masih bisa besok-besok. Tunggu kita semua ada waktu," kata Lova. "Lagi pula Sara juga pasti capek habis eskul," lanjutnya.
Nara memutar kedua bola matanya ke arah Nadin, menunggu jawaban.
"Ya udah deh ngga papa,masih bisa besok-besok." Nadin kembali memasang wajah cerianya lagi.
Nara bersyukur bisa memiliki sahabat seperti teman-temannya yang sekarang ini. Bisa mengerti keadaan Nara baik ketika senang ataupun dalam keadaan sulit. Kalau diceritakan,mereka ini bertemu ketika sedang MOS. Sama-sama menjadi siswa yang melakukan kesalahan sehingga harus dihukum. Dari situ mereka berkenalan dan bisa bersahabat sampai sekarang.
Tidak jarang mereka berbeda pendapat yang ujungnya ada pertengkaran. Tapi salah satu dari mereka pasti ada yang meminta maaf terlebih dahulu. Setelah itu tertawa lagi seolah tidak terjadi apa-apa.
"Makasih ya, kalian udah mau ngerti kondisi gue,maaf juga karena gue, main kita jadi sering keganggu," ucap Nara. Dia merasa bersalah karena membebani ketiga sahabatnya.
"Santai kali,Ra. Kita udah kenal lama. Kita ngerti kok ini penting banget buat lo. Kita ngga pernah ngerasa keganggu juga," jawab Nadin sambil tersenyum, meyakinkan Nara kalau yang diucapkannya memang benar-benar tulus.
"Iya,Ra. Jangan merasa bersalah gitu. Lagian semua orang kan juga punya urusannya masing-masing." Lova merangkul Nara,membuat perasaan Nara kembali terharu.
Nara tidak bisa membayangkan kalau dia tidak bertemu sahabat-sahabatnya. Mungkin akan terasa berat melakukan semuanya.
"Udah ah,ngga usah melow gini. Ke depan yuk ,panas nih di sini terus," ucap Nadin mengipaskan tangannya.
"Iya nih,gue juga udah dijemput di depan," ucap Lova.
"Gue temenin di halte ya,Ra.Nyokap telatan dikit katanya," ujar Nadin kepada Nara.
Nadin sudah hafal dengan kebiasaan Nara. Nara tidak pernah mau kalau ikut diantar dengan teman- temannya,karena rumah mereka juga tidak ada yang searah.
Toh,naik angkutan umum juga menyenangkan. Nara hanya perlu berjalan sedikit untuk masuk ke kompleks rumahnya. Dia juga tidak ingin merepotkan,kalau masih bisa sendiri kenapa tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Ficção AdolescenteAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...