Sore ini Nara sudah bersiap di dalam kamarnya. Gadis itu baru saja selesai menyiapkan hal-hal yang diperlukannya. Dimasukkannya ke dalam tas ransel untuk dibawanya nanti.
"Gue chat dulu kali, ya?" ucap Nara kepada dirinya sendiri.
Nara mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja belajar. Berniat mengirimkan pesan kepada Alfa untuk memastikan janjinya sore ini.
Nara
Jadi kan?Tidak lama handphonenya berbunyi menandakan pesan masuk. Ternyata dari Alfa.
Alfa
Iya
Gue siap2 duluNara
OkeNara dan Alfa memang memilih untuk langsung bertemu di sana. Cowok itu sempat menawarkan untuk pergi bersama,tapi Nara menolak. Ada istri ayahnya di rumah,Nara tidak ingin Alfa menyaksikan drama yang dibuat istri ayahnya itu.
Nara langsung menuju tempat dia akan bertemu Alfa. Gadis itu memilih untuk menggunakan taxi. Karena tempatnya yang juga lumayan jauh dari rumahnya,Nara tidak bisa berjalan kaki untuk pergi ke sana.
Sesampainya di sana Nara langsung memilih tempat yang dekat dengan kaca yang menampakkan suasana luar. Alfa memang menentukan tempat di sebuah tempat makan yang bisa dibilang mewah. Nara juga sebenarnya belum pernah mengunjunginya.
Dia melihat ke sekeliling,tempatnya lumayan sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang terdapat di sana. Nara heran tempat sebagus ini bisa sepi pengunjung.
Kurang lebih satu setengah jam Nara sudah berada di sana. Jus yang dipesannya bahkan sudah habis dari tadi.Tapi Alfa belum juga muncul. Sejak tadi dia mencoba berpikir positif karena mungkin saja cowok itu terjebak macet. Nara mencoba menghubunginya setengah jam yang lalu tapi tidak diangkat oleh Alfa. Chatnya juga tidak ada satupun yang dibaca.
"Dia ke mana sih?!" gerutu Nara. Dia sudah mulai merasa bosan di sana. Baterai handphonenya sudah hampir habis karena sejak pagi dia lupa untuk mencharge. Langit sore mulai turun digantikan langit malam. Suasana di sana juga semakin sepi.
Nara masih mencoba yakin kalau Alfa pasti datang. Cowok itu pasti tepat janji. Mengingat ucapannya di kantin kemarin,dia yakin Alfa pasti datang.
Tapi beberapa jam setelahnya,Alfa masih belum datang. Terakhir sebelum handphonenya mati,tidak ada pesan yang didapat Nara dari Alfa. Cowok itu sama sekali belum mengabarinya. Nara sempat meminta nomer Gavin dari Nadin untuk menanyakan keberadaan Alfa. Tapi Gavin bilang memang anak-anak Thunder sedang berkumpul, tapi tidak ada Alfa sedang bersama mereka.
Nara jadi teringat soal Vika yang kemarin mengajak Alfa pergi. Apa mungkin Alfa pergi dengan Vika? Kalau dipikir,memang besar kemungkinan Alfa pergi bersama cewek itu. Mereka sudah dekat lama,pasti Alfa mau menuruti permintaan Vika.
Nara mulai berpikiran kalau Alfa mempermainkannya. Pasti dia sengaja mengucapkan hal seperti kemarin di kantin agar dirinya yakin untuk menunggu Alfa seperti sekarang. Lagi pula dirinya siapa sampai sangat yakin Alfa akan menemuinya?
Gue bego banget sih!
Nara mengambil tasnya dan buru-buru keluar Perasaannya sudah tidak menentu. Ada sesak di dadanya yang dia sendiri tidak bisa mendeskripsikannya seperti apa. Dia tidak ingin menangis,sama sekali tidak ingin. Mungkin ini kesalahan dirinya sendiri yang terlalu percaya dengan Alfa tanpa memikirkan kemungkinan lainnya.
Nara menyusuri jalanan yang tampak sepi. Rasa takutnya bahkan kalah dengan perasaan kecewanya. Di satu sisi Nara menjadi sangat benci dengan Alfa,tapi di sisi lain dia juga menyalahkan dirinya sendiri yang mudah percaya. Seharusnya Nara tidak mudah percaya omongan cowok itu. Seharusnya Nara tidak melakukan kesepakatan apapun dengan Alfa. Seharusnya sejak awal dia tidak mengenal Alfa. Seharusnya,seharusnya dan masih banyak lagi yang harusnya tidak terjadi dengan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Genç KurguAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...