Angin malam menyelinap masuk ke dalam ruangan bercat abu-abu dengan jendela yang dibiarkan sedikit terbuka.
Ruangan itu sunyi,hanya terdengar suara tirai yang kadang bergerak karena angin.Seorang laki-laki terduduk di karpet lembut menyandarkan tubuhnya pada badan kasur di sana. Tangannya memegang gitar sambil sesekali memetiknya tanpa irama. Pandangannya kosong mengarah ke jaket hitam yang tersampir di kursi depannya.
Sampai akhirnya,
BRAK
"ALFA I'M COMING."
Mata Alfa langsung tertuju ke pintu kamarnya. Di sana berdiri laki-laki yang sudah merentangkan tangannya dengan wajah tanpa dosanya.
"Awas minggir!" Saga datang dari belakang Ian dan langsung mendorong tubuh lelaki itu hingga terhuyung ke depan dan hampir saja terjatuh.
"Kasar banget sih lo! Alusan dikit ngga bisa apa?" sungut Ian.
Tidak membalas ucapan Ian,Saga langsung duduk di sebelah Alfa dan melepas jaketnya.
"Berdua doang lo?" tanya Alfa sambil meletakkan gitarnya.
"Ngga,sam-"
"ALFAAA AKHIRNYA KITA KETEMU!AKU KANGEN SAMA KAMU," suara Gavin yang masuk ke kamar Alfa membuat ketiga lelaki di sana langsung menutup telinganya. Di belakang Gavin muncul Dipta dan Leon yang juga sama dengan Alfa,menutup telinganya yang merasa terganggu.
"Brisik bego! Ini rumah orang,udah malem. Lo kira ini panti jompo pake teriak segala," ucap Dipta kesal.
"Lah emang di panti jompo boleh teriak?" tanya Leon dengan polosnya.
"Ya kan di sana indra pendengarnya udah beda. Harus teriak kalo lo mau ngga cape ngulang-ngulang ngomongnya," jelas Dipta.
"Bengong aja,Al?" tanya Saga tak ingin lebih lanjut mendengar penjelasan Dipta.
"Ngga. Gue biasa aja dari tadi," jawab Alfa.
"Mata gue ngga buta kalo lo tau."
Alfa diam. Lelaki itu tidak ingin membicarakan apa yang sedang di pikirkannya.
"Oh iya,Al. Si Nara kasian tadi pas lo tinggal," Gavin mengalihkan pembicaraan. Dia tau raut wajah Alfa menunjukan tidak suka dengan topik sebelumnya.
"Kenapa?" balas Alfa.
Tawa Gavin pecah. Bukannya menjawab,dia malah mengeluarkan tawanya yang keras.
"Ngapain lo ketawa? Ada yang salah?" Alfa bingung melihatnya.
"Lo mulai kepo sama Nara?" tanya Gavin dengan tawanya yang sudah mulai reda.
"Biasa aja."
"Bener nih ngga pengin tau soal Nara yang kemarin?"
Alfa diam sejenak. "Ya udah apaan?"
"Yee ujung-ujungya juga kepo. Gengsi doang lo gedein."
"Ya udah kan gue udah bilang mau tau. Ribet banget lo."
"Ah,kelamaan lo Vin," sahut Saga dari tempatnya duduk.
"Tau tuh. Sini mending gue aja." Dipta bangkit dan berpindah duduk di sebelah Alfa.
"Ya elah mau cerita doang pada rebutan. Kaya digaji aja lo pada," kata Leon.
"Ya udah gue aja makanya," balas Gavin. "Gini,Al. Jadi si Nara itu,"
Gavin menggantungkan ucapannya,membuat Alfa semakin penasaran dan geram dengan laki-laki itu."Ngapain lo berenti? Lanjutin nyet!" bukan Alfa saja yang mulai geram dengan Gavin,Dipta juga sama kesalnya.
"Biar kayak di sinetron-sinetron gitu,ada jedanya. Ngga asik banget sih lo pada," balas Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Ficção AdolescenteAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...