32. Ancaman dan Rahasia

375 30 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

HAPPY READING🤍

Kantin sedang ramai-ramainya dipenuhi murid SMA Dirgama yang tengah menghabiskan waktu istirahat mereka di sana. Tapi sepertinya bukan hanya karena itu yang membuat kantin terlihat ramai dan sangat berisik.

Di antara banyaknya murid yang ada di kantin,ada seorang perempuan yang menjadi pusat perhatian mereka semua yang sedang berada di tempat itu. Terlihat Vika sedang membagikan sesuatu yang ada di tangannya. Ada beberapa murid yang sudah memegang kertas yang dibagikan oleh Vika. Mereka semua terlihat sangat antusias.

Nara,Lova,Nadin dan Sara  yang baru saja memasuki kantin memperhatikan suasana seisi kantin yang sedang heboh itu. Setelah beberapa detik mengamati sekeliling area yang penuh tersebut,pandangan Nara berhenti ke arah sekumpulan laki-laki yang seperti biasa sedang duduk di meja milik mereka. Lebih tepatnya,sorot mata Nara mengarah ke arah seseorang dengan dasi yang disampirkan di kedua bahu cowok itu. Bajunya sudah pasti dikeluarkan,dengan rambut yang sedikit acak-acakan. Tapi tetap saja,itu tidak mengurangi ketampanan si ketua geng itu.

"Biasa aja ngeliatinnya!" Nadin memetik kedua jarinya di depan wajah Nara.

"Gitu tuh, orang lagi kasmaran. Gue yang jomblo bisa apa," ujar Sara mengkasihani nasibnya sendiri.

"Apaan,sih kalian?" ujar Nara sambil terkekeh. Kalau dipikir-pikir ucapan teman-temannya ada benarnya juga. Sejak dirinya berpacaran dengan Alfa,rasanya semua yang dilakukan cowok itu terasa sangat menarik untuk diperhatikan. Ah, kenapa Nara jadi seperti tergila-gila dengan Alfa!

"Cowok lo emang ganteng sih,Ra. Wajar kalo lo ngeliatnya sampe kayak gitu. Liat tuh,hampir semua cewek di sini juga pada terang-terangan ngeliatin dia," kata Nadin yang bola matanya menatap ke sekeliling mereka yang saat ini memang dominan adalah perempuan,dan mungkin juga,mereka dominan penggemar Alfa.

Nara jadi mengedarkan kembali pandangannya,memperhatikan sekilas cewek-cewek yang benar memang sedang menatap penuh pujian ke arah Alfa. Mereka semua terlihat cantik,banyak yang lebih cantik dari Nara. Tapi itu tidak membuat Nara menjadi minder. Dia percaya kepada Alfa,laki-laki itu tidak mudah tertarik dengan orang lain. Lagi pula, sifat Alfa yang menyeramkan itu harusnya membuat orang berpikir dua kali untuk menyukainya.

"Tenang,Ra. Sebanyak apapun cewek yang suka sama Alfa. Dia tetep milik lo," kata Lova membuat Nara jadi malu sendiri mendengarnya.

"Ya ampun terharu banget gue,si Lova bisa ngomong kayak gitu. Ngerti juga lo soal cinta." Sara berkata demikian.

"Ya ngerti lah. Temen gue gitu loh!" balas Nadin sambil merangkul Lova yang ada di sebelahnya.

"Itu mereka lagi ngapain,sih? Kayaknya pada rame banget," tanya Nara yang melihat ke arah sumber kerumunan.

"Itu yang lagi megang kertas si nenek lampir kan?" celetuk Sara membuat Nara menahan tawanya.

"Vika namanya," kata Nara menimpali.

"Iya itu lah. Ngga peduli juga gue. Mau Vika kek,Viko kek, intinya dia nenek lampir! Ngapain juga diinget namanya,ngga penting banget!"

"Kok kayaknya lo dendam banget gue liat-liat?" tanya Nadin kepada Sara.

"Ya iya lah! Tuh cewek kan kecentilan banget sama Alfa. Udah tau Alfa pacarnya Nara. Masih aja ditempelin terus,belum lagi kelakuan dia yang seenaknya."

"Gue denger-denger dari temen dance gue,si Vika itu suka mbully adek kelas yang ketauan naksir diem-diem sama Alfa. Emangnya dia pikir dia siapa? Orang pacarnya Alfa aja anteng-anteng gini." Sara menyenggol lengan Nara pertanda ingin meledeknya.

ALFA'S QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang