Setelah banyak peristiwa kemarin, hari ini Nara sama sekali tidak mengetahui kabar Alfa. Sejak semalam sampai hari ini,laki-laki itu tidak mengirimkan pesan apapun. Bukannya Nara berharap lebih,hanya saja semuanya terasa aneh. Alfa seperti menciptakan jarak di antara mereka berdua. Setelah cowok itu menyatakan perasaannya, seharusnya Nara dan Alfa menjadi semakin dekat. Tapi ini justru sebaliknya.
Selama di sekolah,Nara sama sekali tidak keluar kelas. Di saat jam istirahat pun dia hanya menitipkan makanannya kepada Nadin. Yang Nara lakukan hanya membaca buku dan mendengarkan lagu lewat earphonenya. Bukan karena Nara tidak ingin bertemu Alfa,dia hanya tidak siap jika nanti ada hal-hal yang membuat hatinya semakin dilema. Dan untuk menanyakan semuanya kepada Alfa,rasanya Nara tidak cukup keberanian untuk melakukannya. Nara hanya merasa dirinya tidak punya hak untuk hal itu. Kalau saja saat itu Nara langsung memberikan jawaban kepada Alfa,mungkin posisinya akan berbeda.
Saat ini,Nara baru saja selesai melakukan ekstrakurikuler. Teman-temannya tentu sudah pulang sejak tadi. Sekolah sudah sepi,karena kebetulan Nara adalah anggota PMR yang pulang terakhir bersama beberapa temannya. Lapangan sekolah yang biasa tampak ramai juga sudah kosong.
Nara berjalan ke luar gerbang sekolah. Seperti biasa,Nara akan menunggu angkutan umum di halte dekat sekolahnya. Tepat saat dirinya sudah di depan gerbang,terdengar suara deruman motor dari belakang. Nara menengok. Ada rombongan motor besar yang mendekat ke arahnya.
Yang membuat Nara terkejut,ada salah satu di antara mereka yang tampak sangat menyorot. Ada Alfa di sana. Di belakangnya ada seorang perempuan yang duduk diboncengan Alfa. Rombongan motor itu keluar gerbang sekolah melewatinya. Saat motor Alfa berada di samping Nara,perempuan itu menatap ke arah Alfa dengan berani.
Motor Alfa melewati Nara begitu saja.Ternyata Vika adalah orang yang sedang dibonceng Alfa. Nara terus memperhatikan motor Alfa yang mulai menghilang dari pandangannya.
Alfa sama sekali tidak menyapanya. Untuk menoleh pun laki-laki itu enggan. Mereka berdua tampak seperti orang asing. Bahu Nara merosot melihat kejadian itu. Rasanya pasokan oksigen di sekitarnya berkurang. Matanya memanas. Alfa benar-benar mengabaikannya. Secepat itukah perasaan Alfa kepadanya hilang? Atau ternyata laki-kaki tidak pernah serius.
"Ra." Nara menoleh.
"Sendirian?" tanya Gavin. Motor cowok itu berhenti di samping Nara.
"Iya." Nara berusaha menampakkan wajahnya yang tenang. Seolah tidak terjadi apa-apa.
"Nadin udah pulang dari tadi," kata Nara,mencoba mengerti kenapa Gavin bertanya kepadanya.
"Iya gue tau," ucap Gavin. "Lo mau bareng?"
"Sama siapa?"
"Sama gue lah. Emang di sini ada siapa lagi?"
Benar juga. Nara terlalu berharap kalau Gavin akan mengatakan Alfa yang ingin mengantarnya pulang. Padahal sudah jelas laki-laki itu sudah bersama perempuan lain.
"Ngga usah,Vin. Nanti ngerepotin lo."
"Santai aja kali,Ra. Bensin gue full kok," canda Gavin.
Nara terkekeh pelan. "Ngga papa,Vin. Mending buat lo jalan-jalan aja sama temen gue."
"Kalo itu mah udah pasti gue siapin," ucap Gavin.
"Udah ayo bareng gue aja. Udah sore,nanti susah kalo nyari angkot."
"Ngga deh,Vin. Seriusan gue sendiri aja. Gue udah biasa kok." Nara masih menolak.
"Aduh ntar gue yang diamuk sama si bos,Ra."
"Hah?"
"Eh maksud gue, Nadin. Iya nanti Nadin marah kalo tau gue ngga anter lo pulang."
Lagi-lagi Nara terlalu berharap. Alfa sudah melukainya. Harusnya Nara tidak sesedih ini,status mereka hanya teman. Semua hal yang terjadi di antara dirinya dan Alfa terasa asing. Nara belum pernah merasakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Novela JuvenilAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...