Nara memeluk lututnya kuat-kuat. Air matanya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Sudah cukup lama dia berada di daerah itu karena tidak bisa menemukan jalan menuju jalanan besar. Sekarang gadis itu sedang duduk di depan sebuah warung yang sudah tutup. Nara sudah tidak tau lagi harus bagamaina. Dia sudah putus asa. Sepertinya dirinya akan berada di sana sampai besok pagi. Sampai dia akan bertemu orang yang akan menunjukkannya arah jalanan besar.
Di saat perasaannya yang sedang takut memikirkan kondisinya sekarang,kenapa pikirannya masih saja memikirkan Alfa. Nara tidak henti-hentinya berpikir kenapa cowok itu tega melakukan ini. Membiarkannya menunggu berjam-jam di tempat seperti tadi tanpa ada kabar sedikitpun.
Kecewa. Cuman itu kata-kata yang terus berputar di otaknya. Nara terus saja merutuki kebodohannya yang dengan mudah percaya kepada Alfa begitu saja. Dia kecewa dengan Alfa. Sangat. Di saat kepercayaannya mulai tumbuh dan yakin kalau Alfa itu laki-laki baik,tapi Alfa sendiri yang menghancurkan kepercayaan itu.
Sekarang bagaimana Nara bisa pulang? Belum lagi ayahnya pasti sudah marah-marah di rumah.
Nara mendongakkan kepalanya,melihat sekeliling. Masih sepi. Tidak ada satupun orang yang lewat.
"Gue harus gimana?" lirih Nara.
Dia kembali meneteskan air matanya. Bayangan bundanya tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bundanya yang sedang tertawa di tengah keluarga kecilnya. Keluarga kecilnya yang saat itu masih baik-baik saja. Sebelum kejadian itu terjadi dan mengubah semuanya. Yang menjadikan Nara berada di posisi yang sekarang. Harus tinggal bersama istri ayahnya yang kejam,dan ayahnya yang berubah semenjak kedatangan istri barunya itu.Nara tersenyum kecut memikirkan itu semua. Memikirkan semua yang menimpanya setelah kejadian itu.
"Kenapa hidup gue semalang ini?"ucapnya masih dengan air mata yang mengalir di pipinya.Nara kembali menenggelamkan wajahnya,memeluk lututnya lagi. Memikirkan hal itu hanya akan menambahnya pusing.
"Nara?"
Panggilan itu membuat Nara mendongak sekaligus kaget. Seorang laki-laki sekarang sudah berdiri di hadapannya. Nara buru-buru berdiri,memastikan kalau yang dilihatnya tidak salah. Setelah wajahnya sejajar dengan cowok itu,air matanya kembali turun. Entahlah,air matanya lolos begitu saja.
"Hey,kenapa nangis?" tanya cowok itu. Nara mengusap pipinya kasar,menghapus air matanya.
"Gu-gue mau pulang," ucap Nara pelan.
"Lo kenapa?"
"Gue mau pulang,Bim," ucap Nara lirih,sangat memohon.
"Masuk dulu,gue anter lo pulang," ucap Bima menyuruh Nara masuk ke dalam mobilnya.Dia mengerti Nara sedang tidak baik-baik saja.
Selama di perjalanan Nara hanya diam tidak mengatakan apapun. Gadis itu hanya menatap ke depan,bersandar pada kaca di sampingnya.
"Ra? Kalo gue boleh tau lo ngapain di tempat tadi malem-malem?" tanya Bima. "Kalo lo ngga mau jawab ngga papa," tambahnya.
Nara menoleh,suasana hatinya memang sedang tidak baik. Tapi bukan berarti dia harus mendiamkan Bima yang bahkan sudah menolongnya.
"Maaf ya Bim,gue ngga bisa cerita," ujar Nara.
"Its okey. Tapi lo ngga papa kan?"
Nara tersenyum. Bima memang laki-laki yang baik. "Ngga papa."
"Syukur deh. Untung tadi lo ngga di apa-apain di sana," ujar Bima.
"Emang kenapa?"
"Di sana bahaya,Ra. Daerah sepi,banyak kriminal di sana."
"Beneran?" tanya Nara.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Novela JuvenilAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...