"ALFA! SAYA TUH BOSEN KETEMU KAMU YANG TIAP HARI AJA ADA MASALAHNYA!" Teriakan Bu Yanti seakan menusuk gendang telinga keenam murid yang sedang berada di depannya.
Hari ini dewa keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Alfa dan teman-temannya. Mereka tertangkap basah sedang mengendap-endap berjalan di lorong sekolah ketika jam pelajaran sedang berlangsung.
Guru perempuan berkacamata itu menatap tajam Alfa dan yang lain, setelah mereka baru saja ditarik paksa ke lapangan.
Entah kenapa setiap Alfa ketahuan berbuat masalah,pasti guru ini yang menemuinya. Seolah guru itu ditakdirkan bekerja hanya untuk mengawasi Alfa.
"Jangan teriak-teriak gitu juga,Bu. Saya ngga budek kok," ucap Alfa yang masih menundukkan kepala menatap sepatu hitamnya.
"KALO SAYA NGGA KAYAK GINI,KALIAN NGGA KAPOK-KAPOK! INI LAGI GAVIN, RAMBUT UDAH PANJANG GITU NGGA DICUKUR!"
"Ini model,Bu. Biar banyak cewek yang nempel sama saya," sahut Gavin yang juga masih menunduk.
"JAWAB TERUS! KALIAN ITU DI SINI SEKOLAH. ADA ATURAN!"
"Kita juga tau ini sekolah,Bu. Kan ngga ada yang bilang ini Pasar Senin," sahut Dipta.
"CAPEK SAYA NGOMONG SAMA KALIAN!"
"Saya juga capek,Bu dimongin gini sama Ibu." Saga menyahut.
"Makanya jangan buat ulah kalo ngga mau capek!" nada suara Bu Yanti mulai memelan. Guru itu pasti sudah lelah terus-terusan berteriak.
Di lain tempat,Nara baru saja keluar dari ruang guru ,membawa tumpukan buku milik teman-temannya untuk dibawa ke kelas. Nara melihat laki-laki yang berbaris di depan tiang bendera dan seorang guru yang berdiri di hadapan mereka.
Semakin dekat,samar-samar gadis itu dapat melihat wajah Alfa yang berdiri di barisan paling ujung. Setelah itu dia mengetahui siapa kelima laki-laki lain yang juga sedang berbaris di sana."Nara tolong ke sini!" ucap Bu Yanti sedikit berteriak.
Panggilan Bu Yanti membuat Nara terkejut. Dia berhenti di tempat,belum mendekat ke arah guru itu.
"Nara,sini," panggil Bu Yanti lagi.
Nara mencoba meyakinkan dirinya sebelum benar-benar menuju ke sumber suara. Tidak lama kemudian,Nara menghampirinya.
"Kenapa ya,Bu?" sebisa mungkin tatapan Nara tidak mengarah ke tempat keenam inti Thunder itu sedang berdiri.
"Saya minta tolong,awasin mereka ngejalanin hukumannya. Saya sedang ada kepentingan yang harus diselesaikan," ucap Bu Yanti kepada Nara.
"Tapi Bu,saya harus nganterin buku-buku ini dulu," kata Nara dengan sopan.
"Udah biar saya yang anter,ke kelas kan?"
"Iya,Bu."
"Tapi nanti kalo saya ada pelajaran gimana,Bu?" Nara mencoba mencari alasan agar dia tidak dimintai tolong mengawasi Alfa dan teman-temannya. Entah kenapa saat ini Nara sedang tidak ingin bertemu Alfa,dia merasa sedikit malu dengan kejadiannya bersama Alfa kemarin-kemarin ini.
"Kamu jadwalnya Pak Rudi,kan? Beliau juga ngga bisa ngajar karena ada urusan sama saya." pernyataan Bu Yanti membuat Nara terdiam. Dia harus berpikir lebih keras lagi untuk mencari alasan lain.
"Tapi bu saya juga harus-"
"Sudah sini bukunya. Kamu tunggu di sini dan hitung mereka keliling lapangan 20 kali."
Nara hanya diam,pasrah kalau setelah ini dia akan kembali berurusan dengan geng tersebut.
Beberapa saat kemudian Nara menyerahkan bukunya kepada Bu Yanti dan berjalan ke pinggir lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Teen FictionAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...