16. Peduli

4.9K 225 9
                                        

"Dari mana kamu?" pertanyaan itu membuat Nara berhenti di tempat. Kakinya baru saja akan masuk ke dalam kamar.

"Kerja kelompok," jawab Nara tanpa berbalik badan.

"Kamu pikir ayah ngga tau hari ini kamu izin dari pagi? Terus kemana aja baru pulang sore gini?" Gunawan terus mengintrogasi Nara. Gadis itu terdiam,masih enggan menatap ayahnya.

"Siapa yang ngajari kamu jadi ngga sopan gini?! Ayah nanya sama kamu!" Gunawan memegang bahu Nara membalikan tubuh gadis itu agar menatapnya.

"Ayah pasti tau Nara kemana." suara pelan itu akhirnya keluar dari mulut Nara.

"Masih aja kamu ke sana? Buat apa?! Itu cuman buang-buang waktu kamu!"

Nara mendongakkan kepalanya. Bola matanya sudah menatap orang yang juga melakukan hal yang sama sepertinya.

"Buang waktu? Ayah tau apa soal waktu? Ayah ngga sadar kalau selama ini ayah yang buang waktu ayah sia-sia buat istri baru ayah itu. Ayah ngelupain bunda,ngelupain Nara. Apa itu yang namanya menghabiskan waktu yang benar?" Hanya ada keheningan yang terjadi beberapa saat.

"Berapa kali ayah bilang kalau Mamah Mira sekarang ibu kamu!"

"Berapa kali juga Nara bilang kalo ibu Nara cuma satu. Dia cuman istri ayah,bukan orang tua Nara. Ayah nikah sama diapun ngga bilang Nara kan? Kenapa ayah harus paksa Nara buat nerima dia?"

"Kamu emang bener-bener udah ngga bisa diatur,ya?!"

"Kenapa? Ayah mau tampar Nara lagi? Kok tangannya masih diem?" Nara mengarahkan matanya ke arah tangan Gunawan yang masih diam di samping badannya.

Melihat Gunawan yang hanya diam, Nara membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam. Nara meninggalkan ayahnya yang masih berdiri di depan pintu kamar Nara. Gadis itu mencopot sepatu dan menaruh tasnya di meja belajar. Kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Air matanya tidak ingin ia keluarkan lagi untuk hari ini. Sudah terlanjur terbiasa dengan keadaan yang mungkin akan terus dialaminya setiap hari. Merasa sudah cukup dirinya terus mengadu dan mengeluh kepada bundanya. Dia yakin bundanya tidak akan suka dengan itu.

"Semuanya bakal baik-baik aja nanti," ucap Nara seraya memandangi langit-langit kamarnya.

Ting

Nara membuka membuka handphonenya ketika mendengar ada pesan masuk. Pasti dari sahabat-sahabatnya yang ingin menanyainya kabar.

Alfa
Lo udah di rumah?

Nara mengerutkan dahinya membaca pesan itu. Bukannya terbalik,seharusnya Nara yang menanyakan hal itu.

Nara
Ngga kebalik?

Alfa
Lo rumah udah di?

Kedua alis Nara menyatu. Ada apa dengan Alfa? Laki-laki itu mencoba untuk melucu? Nara tidak habis pikir dengan si ketua Thunder itu. Ternyata banyak sifat Alfa yang Nara tidak tau.

Nara

Bukan kata-katanya yang kebalik -_-

Alfa
Terus?

Nara
Harusnya gue yang nanya itu ke lo. Masa lo yang nanya gue udah di rumah belum

Alfa
Emangnya ngga boleh gue nanya?

Nara
Ya boleh. Aneh aja

Alfa
Siapa tau lo kesandung pas mau masuk rumah. Terus jadinya ke klinik.

Nara
Lo ngelawak?

ALFA'S QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang