------------
"Kau mendengarnya'kan?" ujar Arthur dengan senyumannya.
---Now Playing : Weak-SWV.
Arthur memegang kedua pundak Stela dengan begitu santai, lalu mengarahkan Stela kembali ke depan kompor.
"Bisakah kau memasakkan ku sesuatu?" tanya Arthur dengan wajah yang berubah seperti anak kecil ketika sedang meminta permen lolipop kepada ibunya.
Stela menaikan satu alisnya, "Mengapa aku yang harus masak untuk mu?" ketus Stela.
"Karena aku menyukainya." balas Arthur, "A-a-ah i-itu maksud ku, masakan mu sangat enak, makanya aku menyukainya. Hm, bahkan mereka semua yang ada diluar menyukainya. Kau jangan sampai salah mengartikan kalimat ku tadi." lanjut Arthur dengan gugup.
"Apa yang kau katakan? Untuk apa juga aku salah tingkah dengan 'om-om' seperti mu? Justru, kau sendiri yang gugup mengatakannya." balas Stela.
Arthur hanya menatap Stela, ia tak berani mengatakan apa-apa lagi. Stela mendongak menatap Arthur, "Kau mau makan apa? Akan aku siapkan." tanya Stela.
"Sup kemarin! Sup itu adalah sup terenak yang pernah aku makan sebelumnya!" seru Arthur dengan begitu bersemangat.
"Baiklah. Kau tunggu disana, aku akan segera membuatkan sup itu untuk mu." balas Stela, lalu mulai membuat sup yang Arthur mau.
Dari tempat Arthur berdiri, ia tak memalingkan pandangannya. Ia terus menatap Stela dengan begitu tulus dan dalam. Rasa kagum dan penasaran yang Arthur rasakan bercampur menjadi satu.
Melihat Stela sedang memasak untuknya, membuat Arthur berfikir jika Stela memang masuk ke dalam kategori 'istri idaman' . Pantas saja orangtua mereka berdua bersih keras menjodohkan Arthur dan Stela. Sifat keduanya benar-benar saling melengkapi, mungkinkah ini takdir?
Stela sudah selesai dengan sup pesanan Arthur, ia mendekati Arthur dengan membawa satu mangkuk sup, lalu memberikannya kepada Arthur.
"Selamat menikmati, tuan Arthur." bisik Stela, lalu kembali bekerja.
------------
Langit yang tadinya terang sekarang telah menjadi gelap. Seperti biasa, Stela dengan begitu bersemangat menutup gordeng, mematikan lampu dan juga membalik papan yang berada di pintu.
Anton mengunci pintu Restoran sebelum mereka meninggalkan tempat itu. Stela melambaikan kedua tangannya kepada teman-temannya. Sebelum pergi dari sana, Anton mengusap rambut Stela dengan senyuman yang begitu lembut.
"Sepertinya akan ada penaikan gaji," ujar Anton.
Tak lama dari Anton mengatakan itu, semua teman-teman Stela yang telah cukup jauh dari sana berlari kembali dan mendekati Anton.
"Penaikan gaji? Apa kau serius, Bos?" ,
"Kau memang sangat tampan!"
Stela mendorong semua teman-temannya untuk menjauh dari Anton, "Pulanglah! Ini adalah urusanku bersama ayah ku saja." ujar Stela.
Syadila mencubit tangan Stela, "Beraninya kau bermain curang seperti ini kepada kami, Stela!" Stela berteriak dengan cukup keras, "C-cukup, sakit!" serunya.
Syadila tersenyum, lalu melepaskan cubitan itu. Laurent merangkul tubuh Stela, "Rencana apa yang akan kita buat jika ada penaikan gaji seperti ini?" semua tertawa mendengar ucapan Laurent.
"Terima kasih atas kerja keras kalian semua." ucap Anton.
Syadila menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak, tidak, kerja keras kita semua. Kau juga berperan, Bos. Jika tak ada kau, kami semua bukanlah apa-apa." balas Syadila.
"Dan, jika tak ada kau, Stela dan Arthur tidak akan bertemu." timpal
Mika.Suasana menjadi begitu canggung antara Stela dan Arthur. Syadila, Laurent dan juga Mika hanya tersenyum menatap mereka yang terlihat begitu canggung.
"Sudah-sudah, pulanglah. Besok kalian masih akan bekerja." ujar Anton, lalu di anggukkan oleh semua yang ada disana.
Stela mulai melangkah, "Tunggu!" teriak Arthur menahan tangan Stela.
"Kenapa?" tanya Stela, "Aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah malam, wanita tak boleh berkeliaran malam-malam seperti ini." tawar Arthur.
Stela menggelengkan kepalanya, "Tak usah, aku sudah terbiasa pulang sendirian. Terima kasih atas tawarannya, kau bisa pulang dan beristirahat lebih dulu, pulanglah." balas Stela.
"Tapi, aku tak akan membiarkan calon Istri ku pulang sendirian." gumam Arthur.
"Apa? Kau bilang apa tadi?" tanya Stela.
"T-tidak ada." balas Arthur.
Stela memutar malas matanya, lalu kembali untuk melangkah pulang menuju ke rumah. Dari belakang, Arthur membuntuti Stela. Ia tak ingin ada sesuatu hal yang tiba-tiba mengganggu Stela di jalan. Stela sadar jika Arthur membuntutinya, namun ia membiarkannya saja.
Sudah cukup jauh dari tempat mereka bekerja, Arthur masih saja mengikuti Stela dari belakang. Ia menghela nafasnya, lalu menoleh ke arah Arthur.
"Kau bisa pulang sekarang, rumah ku sudah tak jauh dari sini. Terima kasih sudah menjaga dan mengantarkanku pulang." ujar Stela.
"Baiklah, aku akan melihatmu dari sini." balas Arthur.
Stela membuang kasar nafasnya, "Ayolah, aku menyuruhmu untuk pulang, bukan melihat ku dari sini."
"Aku tak akan pulang sebelum kau sampai dirumah mu lebih dulu, Stela." balas Arthur dengan wajahnya yang datar.
Selamat malam & Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthur Ricard || [ENDING]
Romance(18+) Seorang gadis 23 tahun di jodohkan dengan laki-laki yang berusia 10 tahun di atasnya? Wah! "Ah, aku tak ingin menikah dengan om-om tua itu!" desah Stela kepada teman-temannya. - Start : 22 Desember 2020 Finish : 3 Oktober 2021