Arstel#7

5.4K 263 0
                                    

-----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------


*Stela's House.

Tok tok.

Suara ketukan pintu bergema di dalam ruangan rumah Stela. Fiola dan Alice menghentikan sarapan mereka, "Siapa yang datang se-pagi ini?" gumam Fiola.

"Apa kau memesan makanan?" tanya Alice.

"Tidak." jawab Fiola. Alice bergumam, "Hm, mungkin Stela yang sedang memesan sesuatu." lanjut Alice.

"Entahlah. Aku akan ke depan untuk mengecek." ujar Fiola, lalu berjalan mendekati pintu depan.

Fiola membuka pintunya, dan ia terdiam beku melihat tiga laki-laki dengan postur tubuh yang sangat tinggi dan berotot, ketiga laki-laki itu menggunakan pakaian serba hitam dan kaca mata.

"S-siapa kalian?!" ujar Fiola dengan rasa takut.

Mendengar getaran dari suara Fiola, membuat Alice segera berlari mendekati Fiola, "Apa kau baik-baik saj--" ucapan Alice belum terselesaikan, ketika ia diam membisu menatap ketiga laki-laki asing yang sekarang sedang berada di hadapan mereka.

"Tuan Cadmael menyuruh kami untuk menemui Stela." ujar salah satu dari ketiga laki-laki itu.

"Dia tidak ada disini. Dia sedang bekerja." jawab Alice.

"Bisakah kau menyuruhnya pulang? Ini sangat penting." tanya laki-laki itu.

"B-baiklah, akan aku beri tau padanya." jawab Fiola.

Alice memberikan ponselnya kepada Fiola untuk menelpon Stela dan menyuruhnya pulang.

-Gadisceroboh-

"Ada apa? Aku sedang bekerja saat ini."

"Kau pulang saja. Ini penting."


"Apa maksud mu? Tidak."

"Ayahmu menyuruhmu untuk pulang sekarang."


"Lelucon macam apa ini?
Ayah ku bahkan tidak tau tempat tinggal ku."

"Apa kau fikir aku sedang menipumu?

Pulang sekarang!"


"Aishh, aku sedang bekerja! Bisakah nanti
saja jika kau ingin bermain-main?"

"Tuan Cadmael menyuruhmu

untuk pulang sekarang Nyonya Stela."


Stela membeku, ia sangat kenal dengan suara itu.

"Apa kau sekarang percaya? Pulanglah."


Tak ada jawaban dari Stela.

"Stela?"


"Iya, aku akan segera pulang."

Lalu, Stela mematikan panggilan itu. Ia menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Dirinya masih belum siap untuk menghadap ke orang tuanya. Namun, perintah ayah-nya tidak pernah mungkin bisa ia tolak.

Melihat kegelisahan Stela, Anton yang sedang memantau dari meja kasir segera memanggil Stela, lalu menyuruhnya untuk segera mendekat.

Stela menoleh dengan dua kali anggukan, lalu mendekati Anton.

"Ada apa, pak?" tanya Stela.

Anton memandangi wajah Stela, "Apa kau sedang ada masalah, nak?"

Stela menggelengkan kepalanya, "T-tidak, pak. Aku baik-baik saja." jawab Stela.

"Kau adalah satu-satunya gadis yang selalu ceria di sini. Dan ketika melihatmu diam seperti ini membuatku ragu jika kau memang tidak ada masalah." ujar Anton.

Stela merundukan wajahnya, "hm, ayah ku ingin menemui ku."

"Lalu? Mengapa kau terlihat murung?" tanya Anton.

"Aku hanya belum siap." jawab Stela.

"Atas pekerjaan mu yang tak sebanding dengan pekerjaan mereka?" timpal Anton.

Stela mendongak, "B-bukan seperti it-. Hm, iya." jawab Stela.

Anton tersenyum, "Nak, apa pun pekerjaan mu kau harus bangga dan mengakuinya. Untuk apa kau malu pada orang tua mu sendiri? Kau ini, belum juga bertemu sudah berfikir yang macam-macam. Tidak ada orang tua yang bakal menghina pekerjaan anaknya sendiri. Jika ada juga tidak perlu di dengar. Kau bekerja untuk dirimu sendiri, dan yang menjalankannya juga kau sendiri. Tak apa." ujar Anton.

"Kau benar. Memilih berpisah dan hidup sendiri juga adalah keputusan ku! Jadi, apa pun yang aku dapatkan itu adalah usaha ku sendiri." jawab Stela.

Anton mengangguk satu kali, "Iya. Sekarang, kau pulang dan temui ayah mu." perintah Anton.

Stela mengangguk dengan cepat, lalu melepaskan semua perlengkapan dapur yang ia kenakan.

"Baiklah, pak! Besok, saya berjanji akan datang lebih awal seperti tadi." ujar Stela, lalu mendorong pintu masuk restoran dan keluar dari sana.

------------


"Dimana Stela sekarang? Apa kalian yakin jika dia akan datang kemari?"

Fiola memutar malas matanya, "Bisakah kalian diam dan bersabar? Menyebalkan sekali." jawab Fiola yang sudah mulai kesal dengan gerutu ketiga laki-laki itu.

"Ada apa?" Stela datang dengan pakaian yang di penuhi noda bekas bumbu masakan dan rambut yang sedikit berantakan, karena ia berlari menuju ke rumahnya.

"Selamat pagi, Nyonya Stela." ketiga laki-laki suruhan ayah-nya merunduk hormat.

"Tuan Cadmael menyuruh kami untuk untuk memberikan undangan ini."

"Undangan? Siapa yang akan menikah?" tanya Stela.

"Ini hanya undangan makan malam saja."

Stela menarik undangan yang laki-laki itu berikan, "Hanya ini?", " Iya, Nyonya." jawabnya.

"Ini sangatlah tidak penting. Mengapa kau tidak memberikan undangan ini kepada mereka saja?" Stela geram, seolah ia merasa sia-sia berlari menuju ke sana.

"Maafkan kami, Nyonya. Baiklah, kami permisi." tanpa mendengar balasan dari Stela, mereka pergi begitu saja.

Fiola menatap Stela, "A-apa kau akan kembali ke tempat kerjamu?"

Stela membuang kasar nafasnya, "Aku ingin tidur saja." jawab Stela, lalu masuk ke dalam rumahnya.

Fiola dan Alice saling melemparkan senyuman, "Yeay, girl's time!" seru mereka serentak.

Selamat malam & selamat membaca.

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang