Arstel#24

2.7K 143 0
                                    

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------

"Akhirnya, hmm... Pekerjaan ku sudah selesai, saatnya pulang dan beristirahat!" gumam Stela sembari meregangkan tubuhnya.

Hari ini Stela benar-benar sangat lelah, rasanya tulangnya kakinya ingin lepas karena tidak duduk seharian, tapi di sisi lain Stela juga bersyukur karena pelanggan sangat ramai keramaian pelanggan membuat Stela dan semua rekannya akan di beri bonus oleh Anton.

Stela berlari kecil mengejar teman-temannya yang sudah berada di depan pintu Restoran. Semuanya memberikan salam perpisahan sebelum pulang kerumah masing-masing. Gadis ini mengambil ponselnya, ia berniat untuk menghubungi Arthur dan menyuruhnya agar tidak usah menjemput Stela. Namun, sedetik kemudian Arthur tiba-tiba saja datang dengan menggunakan motor.

Gadis ini menutup matanya yang terkena sinar dari motor Arthur yang sangat terang di gelapnya malam. Ia hanya menatap Arthur dalam, di pikirannya hanyalah ke khawatiran yang begitu dalam. Arthur memanggil nama Stela, agar ia dapat tersadar dari lamunannya.

"Kenapa kau masih menjemputku?" tanya Stela.

"Cepat naik, ini sudah sangat larut." balas Arthur.

Stela naik keatas motor, lalu Arthur melajukan motor dengan kecepatan yang sangat normal. Di atas motor, mereka berdua hanya diam saja menikmati angin malam yang sejuk.

Arthur menegakkan tubuhnya, "Apa kau sudah makan malam?"

Stela menggelengkan kepala, "Belum. Apa kau ingin mengajak ku makan malam, baiklah aku mau." balas Stela.

Arthur tersenyum, "Baik, Nyonya Arthur." ucapnya, seketika pipi Stela memerah dan ia sangat salah tingkah mendengar ucapan Arthur barusan.

"Beri tau aku jika mereka sudah dekat."

"Baik, bos."

Sekelompok mafia yang Clarysta perintahkan sedang memantau Arthur dan Stela di sepanjang perjalanan. Stela memiliki perasaan yang sangat tidak enak, ia merasa jika mereka sedang di awasi. Mata Stela memutari jalanan, namun tak terlihat ada yang mencurigakan.

"Sekarang."

* BRAKKKK *

Terdengar sangat jelas benturan dari mobil dan juga motor yang Arthur dan juga Stela kendarai. Tubuh Arthur terpental sangat jauh, dan juga kepala Stela yang terbentur sangat kuat di trotoar.

"Kerja bagus. Mari kita pergi dari sini."

Mobil yang menabrak Arthur dan Stela adalah mobil yang berisikan Clarysta, Maichel, Axton dan juga salah satu anak buah Axton yang mengendarai mobil tersebut. Mereka melajukan mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi, itu membuat Arthur dan Stela terpental begitu jauh.

Banyak mobil yang melalui mereka berhenti dan menolong mereka, Stela sudah tidak sadarkan diri karena benturan yang begitu keras. Tubuh Arthur juga sudah berlumuran darah dan banyak kulit yang robek karena terseret trotoar. Arthur berusaha berdiri secara perlahan, ia berjalan sedikit cepat mendekati Stela. Dirinya berusaha untuk menggendong Stela, namun tubuhnya terlalu lemah dan juga sudah banyak darah yang keluar dari tubuhnya, itu membuat Arthur jatuh pingsan dan juga tak sadarkan diri.

Semua orang yang berada di sekitar segera menggotong Stela dan juga Arthur kerumah sakit terdekat. Darah Arthur benar-benar keluar sangat banyak. Orang sekitar banyak yang sudah memperkirakan jika mereka berdua tidak akan bisa di selamatkan.

Dokter dengan cepat menangani Arthur dan Stela, banyak alat yang di gunakan untuk membersihkan luka dan juga menyadarkan keduanya. Tak butuh waktu yang lama Stela tersadar walau kondisinya masih sangat lemah. Tiba-tiba saja, ia teringat akan Arthur dan berusaha untuk berdiri, namun Suster dengan cepat menahan Stela dan menyuruhnya untuk tenang dan tidur saja. Stela terus menerus menyebutkan nama Arthur dengan sangat jelas, awalnya suster tidak mengetahui siapa laki-laki yang ia sebutkan itu. Namun, sedetik kemudian ia teringat jika Stela kecelakaan bersama dengan seorang laki-laki yang berada di sampingnya.

Suster itu memberi tau Stela jika Arthur berada di sebelahnya. Stela dengan perlahan menoleh dan ia melihat bayangan dokter dari tirai pemisah mereka yang berusaha membangunkan Arthur dengan sebuah alat. Stela tak bisa menahan tangisnya, ia menangis sejadi-jadinya. Tubuh Stela gemetar dan ia sangat takut kehilangan Arthur. Di dalam hati Stela terus menerus berdoa kepada Tuhan agar Arthur segera di sadarkan. Tubuh Stela juga masih sangat lemah dan belum bisa berdiri, bahkan duduk pun tubuhnya masih sangat sakit.

"Bisakah kau membukakan tirai itu untuk ku?" ucap Stela.

"Maaf Nyonya, tapi itu tidak di izinkan." jawab seorang Suster yang berada di sana.

Stela menatap tajam suster itu, tatapan Stela benar-benar menusuk suster itu dan membuatnya segera membuka tirai yang memisahkan mereka berdua. Stela terus menatap Arthur yang masih tidak sadarkan diri, air matanya terus menerus menetes.

"Bangunlah, aku mohon padamu. Aku sungguh mencintaimu, sungguh cinta."

"Arthur Ricard, bukankah kau mendengar ku? Ku mohon, bangunlah. Rasa sakit yang ada di tubuhku ini tidak dapat mengalahkan rasa sakit ku ketika melihatmu seperti ini."

"Ku mohon, bangunlah.."

Stela bergumam di dalam hatinya ia terus menangis, Stela benar-benar takut jika mimpinya kehilangan Arthur akan terjadi malam ini. Jantungnya berdegup dengan begitu kencang dengan tubuh yang sangat berkeringat dan gemetar ketakutan.

"Sekali lagi ku bisikkan padamu, Arthur Ricard... Aku, Stela Arabelle Cadmael sungguh mencintaimu.."

Stela memejamkan matanya, menahan sakit dan rasa khawatir yang begitu parah.

Tak begitu lama, tiba-tiba saja jari tangan Arthur bergerak memberi isyarat. Beberapa Suster yang berada di dalam ruangan segera berteriak memanggil Dokter, agar Arthur segera di tangani. Stela membuka matanya dengan cepat, lalu melihat jari Arthur yang sudah merespon. Melihat itu Stela menghela lega nafasnya.

Dokter yang datang segera memeriksa keadaan Arthur, sedetik kemudian mata Arthur terbuka perlahan. Ketika masih setengah sadar Arthur tetap mencari Stela, ia menoleh ke sebelah kiri dan menemukan Stela yang juga sedang menatapnya dengan senyuman yang begitu tulus.

Arthur tersenyum tipis, "Salah satu obat terampuh yang dapat menyembuhkan luka ku adalah senyummu." batin Arthur.

"I love you.." ucap Stela yang hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara. Arthur membalas dengan anggukan dan juga senyuman.

Selamat malam & Selamat membaca!💘

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang