Arthur memberhentikan mobilnya tepat di depan seberang pintu Restoran tempat Stela bekerja. Ia membantu Stela melepaskan sabuk pengaman dan juga merapikan rambut Stela yang sedikit berantakan.
"Semangat bekerja, nanti malam akan aku jemput seperti biasanya." ucap Arthur dengan lembut.
Stela menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, kau tak payah menjemput ku. Aku bisa pulang sendiri dengan menggunakan taxi."
Arthur menatap Stela tajam, "Jadi kau lebih memilih pulang bersama orang lain daripada bersama calon suami mu?"
"T-tidak seperti itu! ah, terserah kau saja." balas Stela lalu turun dari mobil dengan sangat cepat. Ia melihat kanan kiri sebelum menyeberang, sedetk kemudian ia berjalan cepat untuk menyeberang. Di dalam mobil Arthur tersenyum manis melihat Stela yang tampak begitu menggemaskan.
* drrttt drtttt *
Suara getaran Handphone terasa dari kantung jas Arthur. Ia meraba mengambil ponselnya, lalu mengangkat panggilan yang masuk.
"Cepat kemari, aku ingin mengajakmu sarapan bersama."
"Dalam rangka apa? Tak biasanya kau begini."
"Istri ku datang membawakan makanan
buat kita, cepat kemari.""DATANGLAH CEPAT, JANGAN MEMBUAT
AKU DAN KAKAKMU MENUNGGU!""B-baiklah, aku akan segera datang."
Panggilan diputuskan, Arthur dengan cepat menuju ke kantor untuk makan bersama Aloysius dan juga Zeline istri dari Aloysius.
------------
"Selamat pagi, tuan." Sapa semua karyawan dengan tubuh membungkuk sedikit dan senyum yang terpasang hangat.
Arthur hanya membalas dengan anggukan kepala dan kaki yang terus melangkah menuju ke ruangan.
Seorang wanita paruh bayah mendekati Arthur dan merunduk, "Tuan, sarapan apa yang akan aku buatkan untukmu?" tanya wanita tua itu.
"Tidak perlu, Kakak ku sudah menyiapkannya di atas." balas Arthur singkat.
"Baiklah, tuan."
Arthur menaiki lift untuk menuju ke lantai dua. Sesekali ia melihat kearah jam tangannya setelah di dalam lift. Pintu lift kini sudah terbuka lebar dan Arthur segera keluar dari dalam sana. Ia kembali melewati beberapa Karyawan yang tak henti menyapanya. Langkah Arthur yang lebar membuatnya sangat cepat menuju ke depan pintu ruangannya. Ia meletakkan sebuah gold-card ke depan mesin pintu otomatis, dan card itulah yang dapat membuka pintu untuk masuk ke dalam ruangan Arthur.
Ia melangkah masuk ke dalam ruangan, namun tidak ada siapa-siapa di dalam sana. Mata Arthur terus memutari setiap sudut ruangan tetap saja ruangan itu kosong, tidak ada Aloysius dan juga Zeline di dalam. Arthur mengeluarkan ponselnya, ia berniat untuk menghubungi Aloysius. Namun, ia terhenti ketika mendengar suara seorang wanita yang tampak sedang mengerang di dalam kamar mandi.
Arthur mencungak dan berjalan perlahan mendekati kamar mandi, ia menempelkan kuping kirinya ke depan pintu lalu mendengar apa yang sedang terjadi di dalam.
"shh, yaa, umhh.."
"fasterr, ahh.."
Arthur segera menjauhkan telinganya dan, berlalu. Ia memutar tubuhnya, menjauh dari kamar mandi.
"sial, apa yang aku dengar barusan? Mereka benar-benar tidak tau tempat untuk melakukannya! Bukankah harusnya mereka berfikir jika aku akan segera datang." gerutu Arthur dengan melipat kedua tangan dan tubuh yang menyandar pada meja kerjanya.
Tak lama ia bergerutu, Aloysius dan Zeline keluar dari kamar mandi. Mereka terkejut melihat kedatangan Arthur yang begitu cepat. Arthur melihat Zeline yang sudah sangat berantakan dan juga Aloysius. Mereka berdua saling melempar pandangan gugup dan canggung.
"K-kapan kau sampai?" tanya Zeline canggung.
"Barusan, kenapa kalian tampak begitu canggung? Santai saja." balas Arthur.
Aloysius menghela nafasnya, "Apa kau mendengarnya?"
Arthur mengernyitkan alisnya, "Mendengar apa? Aku tidak dengar apa-apa. Yang aku dengar adalah kau mengajakku kemari untuk sarapan bersama, hanya itu." balas Arthur berlagak seperti tidak mengetahui apa-apa, ia tak ingin suasana pagi ini menjadi sangat canggung seterusnya.
"Baiklah, mari kita makan bersama!" seru Zeline mengalihkan topik pembicaraan.
Aloysius dan Arthur menunggu Zeline yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Dengan begitu cepet Zeline memberikan makanan kepada Aloysius dan juga Arthur.
"Bagaimana dengan Stela? Apa kalian sudah menjadi dekat?" tanya Zeline mencairkan suasana.
Arthur tersenyum, "Iya, sangat dekat. Aku berharap banyak untuk kedepannya, tugas kalian hanya mengaminkan apa yang aku harapkan." balas Arthur.
"Tentu saja, apa pun untuk kau dan juga calon istrimu." ucap Aloysius.
Arthur sangat ingin menceritakan tentang mimpi Stela, namun bibirnya menolak untuk berbicara dan memilih untuk diam, menceritakan hal lain yang berkaitan tentang perusahaan. Tiga orang yang sangat satu frekuensi ini sangat cocok jika disuruh berbicara tentang perusahaan. Untuk menyelesaikan masalah pun mereka mempunyai opini yang berbeda, itu membuat masalah dalam perusahaan dapat cepat di selesaikan dengan baik dan juga rapi.
"Sepertinya sangat seru jika malam ini kita makan malam bersama lagi, apa kau mau?" tanya Zeline.
Aloysius merangkul erat Arthur, "Aku membenci penolakan. Jadi, kau harus menerima ajakan istriku!" bisiknya.
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa. Malam ini aku harus menjemput Stela dan mengantarkannya pulang." balas Arthur.
"Kalau begitu kau ajak saja dia, itu bukan masalah." ucap Zeline, yang di anggukkan oleh Aloysius.
Arthur menggelengkan kepalanya, "Dia pulang kerja sudah larut malam, aku tak ingin kalian mati kelaparan karena menunggu kedatanganku dan Stela." balas Arthur.
"Menahan lapar beberapa jam saja tidak dapat membuat orang mati, Arthur." ucap Zeline.
Arthur tersenyum, "Kau benar. Tapi, tetap saja aku tidak bisa. Nanti akan aku ajak dia makan malam bersama dengan kalian."
Zeline mengeluarkan jari kelingkingnya, "Kau janji?" Arthur hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Selamat malam & Selamat membaca!💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthur Ricard || [ENDING]
Romance(18+) Seorang gadis 23 tahun di jodohkan dengan laki-laki yang berusia 10 tahun di atasnya? Wah! "Ah, aku tak ingin menikah dengan om-om tua itu!" desah Stela kepada teman-temannya. - Start : 22 Desember 2020 Finish : 3 Oktober 2021