"Sebentar lagi akan menjelang pagi, kemana Arthur pergi? Mengapa dia tak pulang semalaman?" tanya Zeline, kepada Aloysius.
Aloysius sedang fokus dengan ponselnya, "Aku dari tadi menghubunginya tapi Arthur tidak juga mengangkat. Apa kau memiliki nomor Stela?"
Zeline menggelengkan kepala, "Tentu saja tidak punya. Tapi, kita bisa menghubungi Restoran tempat Stela bekerja. Aku punya daftar tempat-tempat Restoran di dekat sana, termaksud Restoran tempat ia bekerja, sebentar." Zeline berjalan mendekati meja tempat ia meletakkan brosur beberapa Restoran.
Ia mencari-cari brosur itu, namun tidak ada di atas meja, "Perasaan aku menyimpannya disini dam brosur tadi baru saja aku baca, bagaimana bisa hilang?" gumam Zeline.
"Lupakan soal brosur, aku akan langsung ke rumah Stela besok pagi." ucap Aloysius.
------------
Stela berdiri perlahan, dengan tangan yang memengang erat kasur yang ia tiduri. Setelah berhasil, ia berjalan mendekati Arthur untuk mengecek keadaannya. Ia menatap wajah Arthur yang sedang tertidur dengan sangat pulas, wajah tampan Arthur sekarang sudah di penuhi dengan luka-luka akibat kecelakaan yang menimpa mereka.
Stela mengangkat tangannya, lalu mengelus pucuk kepala Arthur dengan sangat pelan. Ia terus berdoa kepada Tuhan agar Arthur dapat segera pulih dengan sempurna. Kelopak mata Arthur terbuka, ia menatap Stela dengan tatapan yang masih sangat lemah.
"Tidurlah, aku hanya ingin memeriksa keadaanmu saja." ucap Stela.
Arthur hanya menganggukkan kepala pelan, lalu kembali memejamkan matanya. Melihat Arthur yang masih bisa membalas dan mendengar suaranya saja sudah sangat membuat hati Stela tenang.
Stela berjalan membalikkan tubuhnya untuk kembali ke tempat tidur, namun Arthur dengan cepat menahan tangan Stela.
"Kau tak boleh kemana-mana, tetaplah disini. Ku mohon." ucapnya pelan.
Stela menghela nafasnya, "Kepalaku masih sangat pusing dan tidak bisa berlama-lama untuk berdiri seperti ini." balas Stela.
Arthur menggeser tubuhnya secara perlahan, "Kau bisa tidur disini." ucap Arthur.
"Apa kau sudah tidak waras? Bagaimana bisa kasur sekecil ini menampung kita berdua?" balas Stela.
"Kau bahkan belum mencobanya. Jangan langsung mengatakan tidak bisa jika belum mencobanya!" ucap Arthur tegas.
Stela berdecik, lalu mencoba untuk tidur disamping Arthur. Karena ukuran kasur yang begitu kecil, membuat Stela dan Arthur benar-benar sangat berdekatan, bahkan nafas Arthur terdengar langsung di telinga Stela.
"Apakah menurutmu ini sangat sempit?" tanya Stela, dan berniat untuk turun dari kasur.
"Terserah kau saja." balas Arthur dan langsung mengalihkan pandanganya.
Stela kembali menurunkan tubuhnya, "Baiklah aku akan tetap disini." balasnya.
Arthur langsung tersenyum manis.
"Aku akan menelpon Kakak mu dan memberitahu mereka jika kita mengalami kecelakaan." ucap Stela.
"Tak perlu, aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Paling satu atau dua hari lagi aku akan kembali pulih seperti biasanya." balas Arthur.
Stela mengangguk, "Baiklah."
Arthur memeluk tubuh Stela dengan sangat erat, lalu ia kembali tidur dengan sangat pulas. Stela menatap wajah Arthur yang begitu dekat dengan wajahnya, ia tersenyum manis. Bibir lembut Stela mendarat di kening Arthur, lalu ia memejamkan matanya untuk tidur.
Tiba-tiba saja seorang Dokter datang untuk mengecek keadaan Arthur dan juga Stela, namun betapa terkejutnya ia melihat mereka berdua sudah berada di satu ranjang yang sama. Dokter itu tampak ragu-ragu untuk maju dan membangunkan keduanya, ia sedikit melangkah melihat Arthur dan Stela yang terlihat seperti biasa saja. Namun disisi lain, Dokter mengkhawatirkan keadaan Arthur yang tidur berhempit-hempitan seperti itu. Tubuh Arthur masih mengalami Trauma, oleh karena itu Arthur harus Istirahat dengan baik.
Dokter itu memberanikan diri untuk mendekatkan mereka berdua, lalu membangunkan Stela secara perlahan. Mata Stela perlahan terbuka dan ia sedikit malu melihat dokter yang berada di hadapannya. Stela menyingkirkan tangan Arthur dari pinggulnya, dan perlahan ia turun dari tempat tidur Arthur.
Arthur tidak terbangun ketika Stela beranjak turun, ia benar-benar tidur dengan pulas. Dokter mengatakan kepada Stela jika kondisi Arthur sedikit membaik dari kemarin, ia harus banyak istirahat dan juga jangan biarkan tubuhnya memikul beban apa pun. Wajah Stela memerah malu mendengar ucapan Dokter tersebut, lalu ia mengangguk paham dan kembali tidur.
------------
kring~
Terdengar lonceng bel yang tergantung di dalam pintu Restoran berbunyi ketika ada orang yang masuk ke dalamnya.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" ucap ramah Anton dengan senyuman.
Aloysius membuka kacamatanya, Anton membeku dan beberapa orang yang sadar akan kehadiran Aloysius benar-benar terkejut dan banyak para gadis yang menggodanya.
"Apa Stela ada di dalam?" tanya Aloysius sopan.
Anton menggelengkan kepalanya, "Hari ini dia tidak datang bekerja, aku rasa dia tertidur di rumah." jawab Anton.
"Apa kau mengetahui dimana rumah Stela? Jika kau tau, tolong beritahu aku." ucap Aloysius.
Anton mengambil pena dan juga kertas yang berada di kantung bajunya, ia menuliskan dengan sangat lengkap alamat Stela. Setelah mendapatkan alamat Stela, ia merunduk sopan lalu pergi meninggalkan restoran.
Aloysius masuk kedalam mobil, lalu membolak-balikkan kertas yang Anton berikan.
Tak beberapa lama, ponsel Aloysius berbunyi."Aku tidak menemukan keberadaan Arthur dan juga Stela, tuan."
"Terus cari, aku ingin mereka ditemukan
hari ini juga!""baik tuan."
Aloysius mengakhiri panggilan tersebut, ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Selamat malam & Selamat membaca!💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthur Ricard || [ENDING]
Romance(18+) Seorang gadis 23 tahun di jodohkan dengan laki-laki yang berusia 10 tahun di atasnya? Wah! "Ah, aku tak ingin menikah dengan om-om tua itu!" desah Stela kepada teman-temannya. - Start : 22 Desember 2020 Finish : 3 Oktober 2021