Arstel#11

4.9K 253 0
                                    

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------

"Besok, aku tidak ke kantor. Ada satu hal penting yang akan aku lakukan." ujar Arthur.

Aloysius menatap Arthur, "Hal penting apa sampai kau berani meninggalkan kantor?" Arthur tak menjawab pertanyaan yang Aloysius tanyakan.

Caroline menggenggam tangan Arthur, "Maaf atas kekacauan yang terjadi malam ini."

"Tidak masalah, Bu." jawab Arthur dengan santai.

Zeline menatap Arthur ragu, "Apa kau yakin tidak ada masalah?"

"Tentu, Kak. Semua baik-baik saja." balas Arthur.

Daniel tak henti melirik Arthur untuk memastikan jika dirinya memang benar baik-baik saja. Daniel sangat takut, jika Arthur akan benar-benar menolak perjodohan ini karena melihat jawaban yang Stela lontarkan tadi.

Perjodohan antara Arthur dan Stela, sudah di rencanakan sangat lama oleh Daniel dan juga Cadmael. Mereka berdua berteman sejak sekolah menengah atas, hingga saat ini.

------------

Di dalam rumah Cadmael, semua orang hanya diam menatap Cadmael yang terus-terusan berjalan bolak-balik tanpa henti. Cadmael benar-benar merasa malu atas apa yang Stela lakukan tadi. Ia juga merasa tidak enak dengan Arthur dan juga keluarganya.

"Stela benar-benar tidak mengenal sopan santun! Itu sebabnya aku melarangnya untuk tinggal sendirian di rumah tua itu!" Cadmael tampak begitu marah, lalu duduk di atas sofa.

Lyodra duduk tepat di sebelah Cadmael, "Ini bukan salah Stela, Ayah. Kau harus tau jika dia sekarang hidup sangat mandiri, semua yang ada di dalam rumah itu adalah hasil kerja kerasnya. Stela bukan tidak tau sopan santun, tapi dia kecewa dengan yang terjadi malam ini. Ekspetasinya terlalu tinggi, sampai dia berani bersikap begitu." jelas Lyodra yang paham dengan Stela.

"Lyodra benar, sayang. Bukan bermaksud menolak perjodohan ini, namun kau seharusnya membicarakan hal ini kepada Stela terlebih dahulu. Pertemuan ini begitu mengejutkan baginya. Wajar saja jika dirinya berlagak tidak sopan tadi." timpal Berenice, lalu di anggukkan oleh Lyodra.

"Ayah, seharusnya kau beristirahat dulu. Tenangkan dirimu, soal Stela biar Aku dan Lyodra yang mengurusnya." ujar Axelle dengan sopan.

Cadmael tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menggelengkan kepalanya lalu berjalan masuk menuju ke kamarnya.

"Kalian istirahat saja, biarkan Stela. Jangan di paksakan, seperti yang kalian tau, jika Stela tidak ingin di paksa. Soal Ayah, biar Ibu yang akan bicara dan menenangkannya." Berenice menggosok pundak Lyodra, lalu meninggalkan mereka.

Axelle merangkul pundak Lyodra dan menuntunnya untuk masuk ke dalam kamar mereka.

------------

"Stela? Apa kau akan terus melamun di depan jendela itu? Kemarilah, aku sudah membuatkan sup hangat untuk kita." ujar Fiola, lalu meletakkan satu mangkuk besar sup dan tiga piring kecil beserta sendoknya.

Stela mendekati kedua sahabatnya, lalu duduk tepat di sebalah Alice. "Sudah lama aku tidak mencicipi masakanmu, Fiola." ujar Stela dengan senyuman.

"Aku berharap, kalian masih menyukai masakan ku." balas Fiola.

Alice merangkul Fiola, "Tentu! Sampai kapan pun juga, masakan mu adalah masakan yang terbaik! Meski berada di urutan kedua setelah  Stela." Alice mengakhiri ucapannya dengan tawa kecil.

"HAHA, aku sangat tersipu. Berhenti mengatakan hal itu, Alice." balas Stela, lalu kembali menyeruput sup buatan Fiola.

Alice meraih remote TV yang tergeletak di atas lantai, ia menghidupkan TV untuk mencari hiburan. Alice terus mengganti saluran TV-nya, karena ia tak menemukan satu tayangan yang dapat menghibur mereka malam itu.

"Haa, mengapa saluran TV ini berisi tentang hal yang tidak penting. Membosankan." Alice kembali menutup TV.

"Itu sebabnya, TV ini hanya ku jadikan sebagai pajangan di rumah ini." balas Stela.

Fiola, Alice dan juga Stela hanya mengobrol sembari menyeruput sup hangat buatan Fiola hingga larut malam. Ketika jarum jam menunjuk pukul 1.00 dini hari, Stela segera beranjak dari tempat duduk, lalu masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Ia benar-benar takut jika besok dirinya telat masuk bekerja karena menjaga malam itu.

------------

Paginya,

Stela di sambut matahari yang masuk ke dalam kamar-nya melalui celah-celah. Ia sedikit meregangkan tubuhnya, sebelum ia bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

Setelah semua sudah siap, Stela turun untuk pergi bekerja. Ia melihat kedua sahabatnya yang masih tertidur pulas di atas sofa. Stela tak ingin mengganggu tidur mereka, dan memutuskan untuk pergi bekerja tanpa berpamitan.

Stela berjalan dengan begitu tenang tak ada gangguan apa pun. Hingga akhirnya ia sampai di depan restoran tempat-nya bekerja.

"Ternyata, aku tidak datang lebih awal." gumam Stela kecewa ketika  melihat lampu dan juga gordeng restoran sudah terbuka dan kursi di dalam sudah tersusun.

Stela mendorong pintu restoran untuk masuk ke dalam. Matanya membulat menatap laki-laki yang kini sedang berdiri tepat di hadapan-nya.

"T-t-tuan Arthur?" bibir Stela bergetar, ia melihat Arthur yang sedang memegang sapu dan juga memakai pakaian seperti pelayan di restoran itu.

Anton mendekati Stela, "Stela, cepat bantu Arthur untuk membersihkan tempat ini. Mengapa kau malah diam saja?!"

"Apa yang laki-laki ini lakukan disini?!"

Arthur sedikit merunduk, "Aku bekerja disini." balasnya.

"APA?!"

Selamat malam & Selamat membaca.

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang