Arstel#22

2.8K 139 4
                                    

Stela terbangun dengan tubuh yang sudah basah dengan keringatnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stela terbangun dengan tubuh yang sudah basah dengan keringatnya sendiri. Mendengar teriakan Stela membuat Fiola terbangun dan Alice yang segera berlari mendekati Stela.

"Apa yang terjadi?" seru Fiola.

Tubuh Stela benar-benar gemetar dengan detak jantung yang sangat cepat tidak seperti biasanya. Ia memeluk tubuhnya sendiri dan mengelap keringat yang membanjiri wajahnya juga.

Fiola dan Alice saling melempar tatapan bingung, mereka memeluk Stela dengan sangat hangat.

"Apa yang sedang terjadi? Apa kau bermimpi buruk?" tanya Fiola dengan lembut.

Stela menarik panjang nafasnya, "Aku bermimpi sangat buruk, t-tapi aku tidak bisa membicarakannya kepada kalian." balas Stela dengan bibir yang bergetar hebat.

"Tubuhmu benar-benar sangat basah oleh keringatmu sendiri, apa kau bertemu dengan hantu di mimpimu?" tanya Alice dengan polos.

"Lebih dari itu." balas Stela datar.

Fiola menyuruh Alice untuk mengambilkan Stela satu cangkir air agar Stela dapat sedikit tenang. Tubuh Stela masih gemetar di dalam dekapan Fiola, sesekali Fiola juga mengelus lembut rambut Stela agar ia sedikit tenang.

Kedua sahabatnya ini menyuruh Stela agar meminta izin dulu untuk hari ini, dan membiarkan Stela beristirahat sejenak. Namun, Stela menolak karena sudah banyak sekali Stela melalaikan pekerjaannya. Mereka tidak dapat memaksakan Stela, namun Fiola berpesan jika dirinya merasa tidak enak badan maka Stela harus segera menghubunginya agar dapat pulang kerumah.

Stela mengangguk dan mempersiapkan diri untuk segera pergi bekerja. Selagi Stela sedang bersiap-siap, Arthur tiba-tiba saja datang dan mengetuk pintu rumah mereka.

Alice yang mendengar ketukan pintu itu segera datang dan membukakannya, "Ada yang bisa saya bantu?" tegur Alice dengan sopan.

Arthur membalikkan tubuhnya, "Apakah Stela ada di dalam?" tanya Arthur ramah.

Alice menatap Arthur bingung, "Hei?" tegur Arthur menyadarkan Alice dari lamunannya.

"Mengapa kau mencari Stela? Dia akan marah jika kau terus-terusan mengganggunya!" ucap Alice.

Fiola yang sedang duduk penasaran dengan siapa Alice berbicara, ia mendekati Alice dan melihat lawan bicaranya itu.

"Arthur? Silakan masuk." ucap Fiola ramah dan membukakan pintu rumah dengan lebar.

"T-tapi? Fiola, kenapa kau malah--" belum sempat menyelesaikan ucapannya Fiola memotong, "Kau silakan tunggu disini, Stela sedang bersiap-siap." ucapnya lalu menarik tangan Alice.

"Apa yang sedang kau lakukan?!" bisik Fiola kepada Alice.

Alice mengernyitkan alisnya, "Harusnya aku yang bertanya kepadamu, apa yang sedang kau lakukan? Membiarkan Arthur masuk begitu saja? Apa kau tidak ingat jika Stela akan marah nantinya?!" balas Alice.

Fiola melipat tangan, lalu memutar malas matanya, "Kau yang tidak tau karena kau semalam sudah tidur. Intinya, Stela sedang dekat dengan Arthur." ucap Fiola.

"BENARKAH?!" teriak Alice dengan sangat keras, bahkan membuat Arthur menoleh kearah mereka.

Fiola dengan cepat menutup mulut Alice, "Bisakah kau kecilkan volume suaramu?! Nanti aku akan ceritakan jika keduanya telah pergi dari sini." bisik Fiola.

"Fiola, Alice? Apa yang sedang kalian lakukan di sudut dapur?" tegur Stela sembari menggunakan sepatu.

Fiola dan Alice hanya diam saja, namun matanya melirik kearah Arthur yang sedang duduk manis di kursi tamu. Dengan sangat pelan Stela menoleh kearah ruang tamu. Matanya membulat lebar, menatap Arthur yang sedang memasang senyum manis kearahnya. Dengan cepat Stela berlari memeluk erat tubuh Arthur.

Kedua sahabatnya begitu kaget dengan apa yang mereka lihat, termaksud Arthur. Tubuh Stela memeluk Arthur semakin erat.

"Apa kau baik-baik saja?" bisik Arthur.

Stela menangis dan mempererat pelukannya. Arthur membalas pelukan Stela, "Beritahu aku jika nanti kau sudah tenang." bisik Arthur.

Fiola dan Alice meninggalkan mereka berdua di ruang tamu, berlari menuju ke dalam kamar untuk bersembunyi dan membiarkan mereka berdua.

Stela melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya, "Apa yang kau lakukan semalam sepulang dari mengantarkan ku?" tanya Stela.

Arthur menatap Stela bingung, "Aku langsung pulang, kenapa?"

"Berjanjilah untuk tidak mengantarkan ku lagi!" Stela mengangkat jari kelingkingnya di hadapan wajah Arthur.

Arthur menurunkan jari Stela, "Apa yang membuat tubuhmu gemetar seperti ini? Apa Clarysta mengusik mu lagi?" tanya Arthur.

"Aku semalam bermimpi jika kau mati di tembak, lalu di buang di danau tempat biasanya kau berdiri semalaman." ucap Stela dengan nada yang begitu kecil.

Arthur tersenyum, "Kau khawatir jika itu akan terjadi? Tenang saja, aku akan berjanji untuk terus menjagamu dan diriku." balas Arthur.

"T-tapi semalam terasa nyata! Aku benar-benar melihat darah yang membasahi bajumu, dan aku mendengar suara tembakan yang begitu besar dan bergema di telingaku." ucap Stela dengan satu tarikan nafas.

Arthur menarik Stela dan kembali memeluknya, "Baiklah, aku akan menjaga diriku. Kau tenang saja, tidak akan ada yang berani menyakitiku." bisik Arthur.

Stela menghela nafasnya lega ketika melihat Arthur yang masih berdiri tegak di hadapannya, dan ia senang masih dapat merasakan tubuh Arthur dalam dekapannya. Mimpi buruk itu benar-benar sangat terasa nyata. Stela merasa jika itu adalah suatu pertanda akan terjadi sesuatu yang menimpa Arthur. Ia benar-benar takut dan sangat tidak ingin jika Arthur dalam bahaya karenanya.

Arthur melepaskan pelukan itu, lalu menggenggam tangan Stela. Ia mengisyaratkan jika Stela harus segera berangkat bekerja dan setelah ia mengantarkan Stela, ia akan pergi ke Perusahaannya.

Selama di perjalanan tidak ada kata yang terucap dari mulut keduanya, Stela masih di selimuti rasa takut yang semakin menjadi. Ia beberapa kali menatap wajah Arthur dan memastikan jika itu benar Arthur bukan Arwah yang sedang menyamar.

"Kenapa kau terus memandangi wajahku? Apakah ada noda yang menempel?" tanya Arthur.

Stela menggeleng pelan, "Tidak ada, aku hanya takut jika nanti aku tidak dapat melihatmu lagi." balas Stela.

"Jangan berfikir seperti itu, hapuskan memori mimpimu semalam. Sekarang bukankah kau melihat aku ada di sampingmu? Jangan berfikiran yang tidak-tidak." ucap Arthur.

Stela mengangguk, "Baiklah."

Arthur menggosok lutut Stela, "Aku akan terus berada di sampingmu, percayalah." ucap Arthur.

Selamat malam & Selamat membaca💘🥰

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang